Hiro terdiam, kota didepannya juga sama mematung. Satu tetea airmata jatuh kelantai membuat kota mengangkat kepala dan mendapati hiro didepannya tengah menundukkan kepala sambil memijat keningnya.
"Kau baik baik saja, hiro-kun?" tanya kota hati hati. Hiro menarik sudut bibirnya memciptakan senyum miria yang pedih.
"Aku harus bagaimana? Jika yang kau katakan benar aku sendiri tidak tau harus bersikap seperri apa didepannya..." pandangan hiro beralih pada pintu didepan mereka. Sedikit mengumpulkan keberanian, pria itu mencoba melihat adiknya lewat celah kaca yang ada dibagian tengah atas pintu itu. Hatinya berdenyut sakit mendapati satu orang didalam sana tengah terbaring menyamping membelakangi posisi pintu. Kemqna perginya baby kyu yang dulu selalu menunggu mereka untuk segera datang menemaninya dikamar rumah sakit? Biasanya ryosuke selalu menghadap kearah pintu dan menyambut kedatangan mereka dengan binar semangat sebelum merengek minta dibawa pulang.
"Itu masih dugaan sementaraku, hiro-kun!" kota ikut tidak tenang melihat hiro yang kacau. Tapi ia sedikit lega karna daiki bersedia pulang bersama taiga hingga pembicaraan ini tidak akan sampai ketelinga anak itu. Iya.. Pembicaraan mereka tentang ingatan ryosuke yang mungkin saja sudah kembali.
"Bagaimana jika besok daiki tau? Jika kyu bersikap seperti yang engkau katakan, aku tidak berani membayangkan sesakit apa perasaan daiki. Taiga mengatakan padaku kalay daiki agak demam. Begitu pulang lansung tidur setelah dipaksa makan lalu minum obat. Emu juga masih belum stabil, suhu tubuhnya terkadang panas dan dingin sering membuatnya pusing dan muntah muntah
Jujur saja, aku tidak tahan melihatnya seperti itu. Aku sempat lupa pada daiki dan kyu karena terlalu mencemaskannya tadi...."
Kota tersenyum kecil mendengar pengakuan hiro. Sudut hatinya bersorak senang karna tau bahwa hiro sebenarnya sangat menyayangi emu mereka. Tapi keadaan saat ini tidak mengizinkannya terang terangan tampak bahagia. Adik adik mereka itu sudah cukup tertekan sekarang."Sudah ada hikaru disana, dia akan menjaga sekaligus mengawasi inoo juga. Taiga pasti juga tidak akan mengabaikan daiki. Dia pasti merawatnya. Sekarang kita bisa pokus pada ryosuke dulu. Jika kita membiarkannya seperti ini, aku kuatir keadaannya memburuk. Trauma pasca amnesia sebisa mungkin harus kita hindaridan dari pihak keluarga yang seharusnya betperan disini..." mendengar kata keluarga pandangan hiro kembali berlabuh pada kota. Ditatapnya dokter muda itu penuh selidik.
"Kota-nii, apa kau tau ibu kandungku dan yama tousan ada disini?"
Hening.
Namun wajah kota tidak terkejut dan itu membuat hiro mengulum senyum pahit. Dokter didepannya hanya melempar satu tatapan maaf lewat pandangan mata lelahnya.
"Kau tau...." lirih hiro pelan dan kota mengangguk kecil.
"Aku ingin bertemu hikaru..." kota menghela melihat hiro yang beguman sendiri. Sedikit rasa sesal mendapati sosok didepannya justru terlhat rapuh padahal dia sudah berharap banyak agar dapat mengandalkan hiro saat ini.
"Dia tidak merencanakan hal buruk. Cukup itu yang kau ingat baik baik! Aku, hikaru, inoo atau siapapun itu diantara kami semua...tidak ada yang mengharapkan hal buruk terjadi. Sekarang tolong kuatlah dan hadapi adikmu didalam sana karna tidak satupun dari kami yang sanggup menjelaskan hal ini kecuali kau. Selain tentang apa yang terjadi tiga tahun ini, ada hal lain yang juga sudah keluargamu sembunyikan dari dia. Tentang jantung siapa yang ada didadanya beserta fakta kalau kau dan seto kembar. Sedari dulu hanya emu dan orangtua kalian saja yang tau bukan? Setidaknya berusahalah, hiro-kun! Tenangkan hatinya walau sedikit saja." hiro terdiam lagi. Matanya balas menatap lelah pandangan kesal kota. Tidak bisakah kota mengerti? Dia juga merasa kesal dan marah pada dirinya sendiri. Memangnya apa yang bisa dikatakannyap pada ryosuke? Bisakah dia menghibur hati adiknya itu sementara dia yakin kalau dirinya sendiri masih mudah terjatuh setiap teringat sosok seto yang sudah tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...