Kagami Kyusuke (lanjutan)

64 2 0
                                    

Seorang lelaki cantik tampak mendengus malas, ruang kerjanya tampak sedikit-sangat berantakan. Dia menghela nafas berkali kali, melipat tangannya dan menumpukan dagunya diatas meja kerjanya. Matanya menatap kesal sebuah figura disana, namun terbersit kilatan rindu dimata itu.

"Aishh anak itu sudah melupakan aku ya? Yak! Kau tidak ingin bertemu denganku lagi haa?!" teriaknya pada figura disana, tentu saja hanya dijawab oleh dentingan jarum jam... Mengingat keadaan kantor sangat sepi karena orang orang lebih memilih keluar ruangan ditengah waktu makan siang ini

CEKLEK

Pintu terbuka, itu membuatnya mengalihkan tatapan kesana, sebuah lengan menjulur masuk disertai kantong plastik besar yang dia yakin berisi makanan.

"Waktunya makan inno chan..." suara itu terdengar dibarengi menyembulnya kepala seorang lelaki yang kini tampak tersenyum pada lelaki tadi.

"Aku tidak lapar..." ujar lelaki yang dipanggil inno tadi sambil memejamkan matanya dan memiringkan kepalanya keatas tangannya yang masih terlipat.

"Aku tidak menerima alasan, aku tau kau lapar... Sampai jam berapa kau kerja semalam hm? Jam 3, 4 atau sampai pagi? Haah, aku yakin kau sudah melewatkan makan malammu dan juga sarapan pagimu, aku tidak mau kau juga melewatkan makan siangmu..." titah lelaki tampan itu sambil membuka makanan yang dibawanya tadi dan menatanya dimeja santai yang berada tak jauh dari meja kerja lelaki tadi. Merasa tak mendapat jawaban lelaki itu kembali melirik lelaki tadi lalu menghela nafas pelan.

"Inno chan?"
Hening

"Inno...."
Hening. Lelaki tampan itu menghela nafas lagi kemudian tatapannya sedikit menajam.

"Inno Kei...."

Ting

See? Hanya satu panggilan itu yang berhasil membuat lelaki cantik kembali membuka mata dan menegakkan tubuhnya untuk menatap lelaki yang baru saja memanggilnya. Tak masalah jika yang memanggilnya dengan nama itu adalah orang lain, tapi akan jadi masalah jika yang memanggilnya tadi adalah lelaki tampan itu.

"Haik, aku akan makan, taiga san... Jadi hentikan tatapan sendu itu... Kau terlihat menjijikan..." cecar inno sekenanya.
Kenapa? Mulutnya memang begitu, orang yang tak kenal akan mempermasalahkan hal itu. Termasum lelaki tampan tadi Taiga Hanaya, sahabatnya, keluarganya. Inno beranjak dari tempat duduknya dan menjatuhkan diri disisi sofa yang sejak tadi sudah ditempati taiga. Taiga tersenyum, dia menyerahkan sepasang sumpit pada inno yang diterima lelaki itu dengan malas.

"Nande? Kau tidak suka yang aku bawa hari ini? Atau kita makan diluar saja?" tanya taiga perhatian, inno memutar bola matanya.

"Iie, selera makanku memang berkurang..." ujar inno cepat. Taiga kembali tersenyum, namun tatapan matanya berubah sendu saat melihat kearah perut inno yang terlihat karena kemeja lelaki itu tersingkap. Bekas luka itu masibh terlihat jelas dimatanya. Menyadari arah tatapan taiga dengan cepat inno membenarkan kemejanya.

"Ayo makan, jam makan siang akan segera berakhir..." Inno menyambar salah satu makanan yang dibawa taiga.

"Masih sering sakitkah?" ujar taiga tak nyambung, membuat inno yang menyuap makanannya terhenti diudara.

"Kadang kadang.... Tapi, mengingat dia rasa sakit yang aku rasakan ini justru  membuatku lebih baik..." jawab inno melanjutkan aktifitaa makannya. Taiga kembali tersenyum dan mengikuti jejak inno-makan.

"Lalu, kapan adik tersayangmu itu pulang?" tanya taiga lagi. Inno menelan makanannya cepat lalu menjawab...

"Minggu depan, dan saat itu aku akan membunuhnya karena tidak pernah menghubungiku minggu ini..." pelan, begitulah makna kalimat barusan tapi mempunyai arti yang menakutkan dimata taiga.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang