Keputusan

49 3 0
                                    

Yamada Emu
Yamada Emu
Yamada Emu

Pemuda itu saat ini memenuhi kepala seorang yabu kouta. Bagaimana tidak? Sejak pagi tadi anak itu menghilang dari kamarnya dengan sebuah pesan mencari udara segar. Namun sampai siang menjelang sore tak kunjung kembali. Hal itu tentu saja membuatnya cemas ditambah lagi kondisi emi sedang tidak baik.

"Aishh! Yamada Emu! Kau mencari udara segar ke eropa heh?" kouta menggerutu sebal.  Ini sudah kesekian kalinya dia mencoba menghubungi ponsel ponsel pemuda itu namun yang menjawab adalah suara operator yang membuatnya muak. Lama dia berdiam diri didalam mobil yang memang diparkir ditepi jalan itu. Sampai keningnya berkerut melihat beberapa sosok yang sangat dikenalnya tengah berjalan berdampingan sesekali terlihat bersenda gurau. Kouta melihat mereka diseberang jalan sana berjalan bersama ditrotoar khusus pejalan kaki itu. Tampa menunggu waktu lama, pria itu segera keluar dari mobilnya dan menyeberang jalan dengan hati hati, sedikit berlari kecil mengejar sosok yang dilihatnya itu.

"Inno kun...!"

Sosok yang dipanggilnya itu berbalik menatapnya dengan kening berkerut namun saat merasa pamiliar dengan wajah itu sua diantara tiga sosok pria itu tersenyum.

"Kouta niisan?"
"Ah, kouta kun!"
@@@@@@@

Kouta menatap ketiga pemuda dihadapannya dalam diam. Mereka ada disebuah restoran sederhana yang menjual berbagai macam olahan mie. Ramen disini terkenal dengan aneka rasa dan cara penyajiannya. Ini restoran paporite inno dan adiknya keito.

SLRUUP

"Aaahhh enaakk!" suara keito menciptakan senyum tipis diwajah kouta. Pria itu lantas memperhatikan bagaimana inno mengangsurkan air putih kehadapan keito dan juga menghapus percikan kuah ramen disekitar dagu adiknya itu. Inno sepertinya benar benar menyayangi adiknya itu.

"Kau tidak makan kouta kun?" kouta sedikit tersentak, pria itu lalu mengalihkan tatapannya pada sosok taiga yang duduk disebelah kiri inno.

"Aku masih kenyang taiga san..." ujarnya sambil tersenyum. Taiga hanya mengangguk pelan menanggapinya.

"Lalu untuk apa kau ikut kesini kalau tidak mau makan bakka!" ucapan sinis itu membuat kouta meringis. Inno menunjuk nunjuknya dengan sumpit yang ada ditangannya.

"Aku rindu pada kalian! Kalian selalu sibuk jika aku minta bertemu. Saat melihat kalian tadi aku sempat ragu apa aku salah orang. Ternyata itu benar kalian..." ujar kouta dengan nada merajuk. Membuat ketiga orang disana gantian meringis mendengarnya.

"Ishh hentikan itu, aku geli mendengarnya! Kau saja yang selalu minta bertemu mendadak! Memangnya kau pikir apa pekerjaanku heh?" balas inno membela diri dam kouta tak berani menjawab lagi, dia memilih diam dengan wajah muram.

"Bagaimana keadaannya kou kun?" pertanyaan itu membuat kouta mengangkat kepalanya. Dia menatap taiga yang baru saja bertanya itu dengan wajah sedih.

"Baik...."

Ketiga orang dihadapannya mengerut dahi saat mendengar itu. Dokter.dihadapan mereka ini memang mengucapkan kata baik namun kenapa wajahnya mengatakan yang sebaliknya? Ditambah lagi raut wajah itu benar benar membuat orang lain cemas.

"Apa terjadi sesuatu niisan?" tanya keito kuatir. Dia menatap kouta yang tersenyum kecil kearahnya. Yah, mereka memang tidak terlalu akrab namun setidaknya sudah salng mengenal.

"Tak ada yang terjadi. Bukankah yamada emu memang selalu begitu? Dia selalu baik baik saja... Setidaknya  hal itulah yang selalu ingin dia perlihatkan dihadapan semua orang..."

Mereka semua tertunduk mendengar hal itu. Ya, emu memang selalu begitu. Menelan semua yang dirasakannya sendirian tampa mau berbagi dengan siapapun. Dan mereka tau dengan sangat apa yang menyebabkan semua hal ini terjadi. Tentu saja seluruh dosa ini.... Kebohongan mereka.."

"Ini sudah tiga tahun inno kun! Taiga san? Ryosuke..."

"Iie, kyusuke!"

Kouta meringis saat keito memperbaiki panggilannya. Dia tau anak itu sangat menyayangi daiki yang sangat menyayangi ryosuke. Itulah salah satu sebab mereka tidak akur padahal cukup sering bertemu. Mereka seolah berada dikubu yang berbeda. Keito disisi daiki dan dia disisi emu.

"Maksudku kyusuke. Ini sudah tiga tahun dan dia sudah 17 tahun dan bulan mei nanti usianya akan genap 18 tahun. Tidakkah kita harus mengakhirinya? Dia sudah cukup dewasa dan dia pasti bisa mengerti."
Ujar kouta mengiba. Mereka memang sering membicarakan hal ini dan akhirnya malah terjadi pertengkaran kecil antara kouta dan keito.

"Niisan, kita sudah sering membicarakan ini. Kita hanya perlu menunggu saat yang tepat." keito menatap sengit kouta. Pria itu tampak tidak dalam mood baik untuk membicarakan hal ini. Ayolah, ini waktu santainya bersama inno setelah sekian lama tidak bertemu. Haruskah pembicaraan ini merusak suasana hatinya?

"Haaah.." kouta menghela nafas sejenak sebelum meraih ponselnya yang ada diatas meja. Merapikan pakaiannya lalu berbalik.

"Waktu yang tepat tidak akan pernah datang jika bukan kita sendiri yang menentukannya. Setidaknya beri sedikit rasa kemanusiaan kalian padanya. Anak itu tidak baik baik saja seperti yang terlihat. Akan lebih baik jika yang memberitau mereka daripada Kamisama yang nantinya mempertemukan mereka secara tidak sengaja..... Karena ketika saat  itu tiba, aku yakin baik emu maupun kyusu- tidak, maupun ryosuke... Mereka tidak akan menerima semua itu begitu saja. Mereka pasti marah dan kecewa... Aku yakin, baik aku ataupun kalian.... Tidak ada yang ingin kehilangan kedua orang itu. Kita sudah jadi keluarga sekarang... Dan juga ikatan darah tidak bisa kita abaikan begitu saja..."

Inno menatap sendu punggung kouta yang mulai berjalan menjauh. Kouta mengalah kali ini. Dia tidak meladeni keito seperti biasa. Namun dibalik semua itu, kata katanya benar benar menohok hati mereka. Inno melirik keito yang tertunduk dengan sudut matanya. Anak itu mencengkram kuat sumpit makannya hingga buku buku tangannya memucat. Inno mengerti semua ini memang sudah terlalu jauh.

"Taiga... Kurasa kita memang harus segera bertindak..." perkataan inno disambut senyum oleh taiga. Berbeda dengan keito yang menatap kakaknya itu tidak mengerti.

"Kita harus mengakhiri ini kei, jika kita bisa berkumpul sebagai satu keluarga yang utuh nantinya tidakkah itu mimpi yang sangat indah?" inno mengusap rambut coklat keito. Adiknya itu lantas kembali menundukan kepala.

"Aku sudah janji pada daiki, aku tidak akan membiarkan  siapapun mengambil kyu darinya... Bagaimana jika kyu nanti lebih memilih emu dari pada daiki? Dia pasti akan terluka..." keito menghela nafas, membayangkan daiki yang terluka membuatnya tidak nyaman. Bagaimanapun dia sudah terlanjur dekat dan terbiasa dengan anak itu. Segala tingkah dan ulahnya, keito sudah memahami watak seorang kagami daiki. Ryosuke adalah segalanya bagi anak itu sekarang.

"Semuanya sudah terluka kei.... Karna itu ini waktunya kita menghentikan semuannya. Jika daiki benar benar menyayangi kyu, daiki pasti akan mengerti.... Kita hanya perlu bicara, menjelaskannya secara perlahan..." ujar taiga lirih, mencoba membantu inno menasehati adik mereka ini.

"Aku hanya tidak ingin ada yang terluka lagi.." kedua kakaknya tersenyum. Walau keito  mengutarakannya dengan nada sendu mereka tau anak itu sebenarnya juga peduli.

"Tidak akan ada yang terluka lagi..." lanjut inno sambil merangkul adiknya itu. Mereka kembali melanjutkan acara makan yang tertunda itu dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing masing.

"Ya, semoga saja tidak ada yang terluka lagi..." doa mereka hampir bersamaan.

"Ah, ya! Hubungi si hika itu. Sampai kapan dia mau menghindar?" perkataan inno hanya disambut anggikan kepala oleh taiga. Sepertinya mereka akan segera melakukan pertemuan rahasia, mungkin saja...

  .................

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang