Kemarahan Emu

67 2 0
                                    

Kouta menatap sengit emu yang saat ini tengah berkutat dengan laptopnya. Anak itu pulang dan bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa. Mengabaikan kouta yang nyatanya amat mencemaskannya. Mereka diruang tamu. Kouta duduk disopa sementara emu duduk dibawah sambil mengerjakan sesuatu dengan laptopnya.

"Kau tidak mau menjelaskan sesuatu padaku?" kouta buka suara, jenuh akan keheningan yang terjadi antara mereka.

"Iie, tidak ada..." jawab emu singkat, masih menyibukkan diri dengan laptopnya.

"Suaramu aneh emu, kau sakit?" tanya kouta kuatir saat mendengar suara emu serak.

"Iie, aku terlalu banyak bicara dan teriak hari ini..." ujarny lagi lagi singkat dan nada itu terdengar amat dingin.

"Emu, memangnya apa yang kau lakukan? Apa terjadi sesuatu? Kau seharusnya memberitauku....". Kouta berdiri, mengangsurkan duduknya dikarpet yang menghadap emu yang seolah mencoba menghindari percakapan mereka malam ini.

" Tidak ada, kau tidak perlu kuatir seperti itu, niisan!" kouta mendesah kasar saat emu tiba tiba begitu dingin, kembali seperti sosoknya yang dulu.

"Emu kun, aku tidak mengerti kenapa kau tiba tiba sep-"

"Aku akan pindah besok!"

"Eh?" kouta terkejut, tentu saja. Emu mengatakan hal itu tampa ekspresi sambil mengetik sesuatu dilaptopnya.

"Emu, jangan bercanda ini tidak lu-"

"Aku serius, tidak banyak barang barangku disini. Nyatanya aku hanya membawa pakaianku ketika kau membawaku kesini,niisan! Besok pagi aku akan berkemas dan sorenya setelah menyelesaikan tugasku dikantor aku akan pergi...." ujar emu dengan wajah datar, sama sekali tak memperdulikan wajah shock kouta.

"K..kau mau kemana? Kembali kerumahmu? Kau membeli apartemen? Dimana? Daerah mana? Kau sudah mempersiapkan semua ini? Sejak kapan?"

"Iie, aku tidak kembali kerumah dan aku juga tidak membeli apartemen. Aku akan tinggal dirumah hikaru niisan..."

"Hi..karu..?" Emu mengangguk.

"Ka..kapan kau bertemu dengannya?"

"Kemarin dan hari ini"

"Emu kun, apa kau memang perlu pindah? Maksudku, ini terlalu mendadak..."

"Kau tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku, niisan?"

"Eh?" kouta mengeryit bingung saat emu tiba tiba membalik pertanyaannya beberapa saat lalu. Dia menatap wajah emu yang tampak datar, anak itu benar benar serius sekarang.

"Jujur saja aku tidak ingin melakukannya secepat ini niisan. Tapi dengan berlama lama disini membuatku tidak bisa mengontrol emosiku jika melihatmu... Aku tidak ingin membencimu karna kau sudah melakukan banyak hal untukku selama ini... Aku hanya ingin menenangkan pikiranku dan untuk sementara sebaiknya jangan temui aku. Mulai besok sebaiknya kita jaga jarak..." kouta tercekat, dia menatap emu dengan segala kekhawatiran yang selama ini ditakutinya.

"Ap..apa maksudmu emu chan?"

"Kau tau niisan? Aku percaya padamu ... Dan ini menyakitkan saat aku tau kalau kau tidak pantas mendapatkan kepercayaan dariku, aku tidak ingin bersikap kekanakan dan marah padamu dengan membencimu. Aku akan bersikap dewasa. Mempertimbangkan kalau selama ini kau sudah sangat baik padaku dan juga melindungiku. Dengan begitu setidaknya rasa marah ini dapat aku tekan. Aku hanya ingin mengatakan ini, kau.... Seharusnya jujur padaku dan menjelaskannya secara baik baik padaku... Aku mungkin bisa mengerti. Atau..akan lebih baik jika kau mengabaikanku sejak awal dan pura pura tidak mengenalku daripada kau memperhatikanku tapi seolah menjadi musuh dalam selimut bagiku ..ini lebih buruk daripada pengkhianatan niisan." matanya berubaha sendu untuk sesaat namun secepat itu pula kembali tampak dingin dan tak bersahabat. Emu, kembali diam menekan segala emosinya kuat kuat.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang