Dia kembali lagi kesini. Bandara yang bahkan baru semalam diinjaknya. Ryosuke diam, tidak bicara sedikitpun. Dia hanya diam, membiarkan daiki terus menark lengannya kesana kemati untuk mengurus keperluan penerbangan mereka. Sang kakak pun tak ada bedanya, juga diam dengan wajah datarnya. Satu satunya yang sama hanyalah genggaman tangannya itu yang masih hangat seperti biasa. Namun ryosuke lelah, dia hanya bisa meringis tertahan saat daiki lagi lagi menyeretnya begitu saja.
"Ssshhh..." ringisan itu keluar begitu saja dari bibirnya dan membuat daiki menoleh. Sang kakak menatap wajahnya yang pucat, kemudian menghela nafas dan berujar....
"Tunggu saja disini dan jangan kemana mana!" itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut sang kakak. Memperingatkannya untuk diam persis seperti anak kecil. Ryosuke tidak menjawab, ia hanya mengangguk kecil dan melihat daiki mulai menjauh. Anak itu menatap tangannya, masih bergetar walau tak sehebat sebelumnya. Dia mengedarkan pandangannya kesekitar, melihat sang kakak cukup jauh berada disana tampak berbincang dengan seorang petugas. Anak itu kembali mengeluarkan ponselnya,mendial nomor hiro disana untuk yang kesekian kalinya.
"Maaf, nomor yang an-"
PIP"Haaah..." dia menghela nafas. Memijat pelipisnya pelan dan menunduk, memandang ujung sepatunya yang putih. Pandangan matanya meredup. Lihatlah, bahkan pakaiannya masih seperti saat mereka berolahraga tadi pagi. Daiki benar benar tak memberinya celah. Memangnya dia bisa kemana dikota sebesar ini? Dia bahkan tak tau apa apa dan mengenal siapapun disini. Jika ini hokaido, dapat dipastikan dia sudah kabur seperti yang selalu dilakukannya. Lamunan itu terhenti ketika ryosuke terdorong cukup kuat kedepan. Seseorang telah menabraknya dari belakang.
Bruukk
Traakk"Ah, gomen! Gomenne! Gomen!"
Mata ryosuke melebar, menatap ponselnya yang terjatuh dan terinjak seseorang yang baru saja menabrak bahunya. Orang itu berseru panik, mengatakan kata maaf dalam nada tinggi yang menurut ryosuke lebih tepat disebut teriakan. Ryosuke meringis ketika melirik kearah ponselnya, benda itu baru dibeli kemarin. Baiklah, hiro akan marah jika tau hal ini nanti.
"Ah, bagaimana ini?!" orang itu menarik rambutnya kuat ketika melihat layar ponsel ryosuke retak. Dia kemudian meraihnya dan mencoba menyalakannya.
"Ah, tidak mau menyala! Gomenne! Aku akan menggantinya, sungguh aku akan menggantinya!" Ryosuke menutup telinganya, suara orang ini benar benar mengganggu. Terlebih saat ini ryosuke masih terduduk disisinya membuat jarak resolusi gema suaranya makin menusuk gendang telinga saja.
"Tak apa, aku akan memperbaikinya nanti." ujar ryosuke akhirnya saat melihat orang itu menatap horor ponselnya dengan hidung yang memerah, seperti ingin menangis. Dia jadi tidak tega melihatnya.
"Tidak, aku akan mengantinya! Aku akan mengganti....nya!
DEG
Mata itu menatapnya, melebar dengan pupil yang membesar. Orang itu mengangkat kepalnya, membuat ryosuke akhirnya bisa menatap wajahnya dengan jelas. Mata mereka bertemu, dalam makna yang berbeda. Sosok dihadapannya membatu, menatap ryosuke dengan mata membola. Ryosuke hanya bisa menatapnya bingung. Apalagi setelaah melihat wajah orang itu memucat dengan bibir bergetar namun tatapan mata itu tidak dapat ryosuke artikan.
"Anda baik baik saja?" tanya ryosuke, mulai tak nyaman ditatap seperti itu. Jika tatapan itu bisa menelanjangi, ryosuke rasa dia sudah telanjang sekarang. Dia merinding saat membayangkannya.
"Kk..kau...ryo..suke..??"
DEG
Apa ini?
Ryosuke tertegun, menatap orang itu dengan mata yang juga terkejut. Satu tanda tanya besar dikepalanya. Ryosuke, nama seseorang yang selama ini memenuhi kepalanya. Nama yang selama ini muncul dalam potongan ingatannya.
RYOSUKE
Semua pertanyaan ambigu itu seperti baru saja terjawab. Apakah itu adalah nama dirinya sendiri? Hanya ada satu cara untuk memastikan hal itu. Ryosuke menatap sosok didepannya itu cepat meraih tangannya, menggenggamnya begitu erat. Membuat sosok itu terheran dalam rasa terkejutnya.
Haruskah aku melakukan ini? Apa ini bagian dari hal yang mereka sembunyikan? Orang ini mengenalku, bukan sebagai kyusuke tapi sebagai ryosuke. Dai niichan, ini untuk ingatan ku aku ingin mendapatkannya kembali!
Ryosuke menatap kedepan, dimana sang kakak masih terlihat sibuk dengan urusannya. Dia menghembuskan nafas perlahan untuk meyakinkan diri sendiri, lalu kembali menatap sosok didepannya itu dan kalimat itu keluar begitu saja..."Bawa aku pergi dari sini! Siapapun kau, bawa aku pergi dari tempat ini!"
"Apa maksudmu ryosukekun?"
"Eh?"
"Aku akan menjelaskan semuanya nanti!"
"Apa maksudmu ryosuke kun?"
DEG
'Ryosukekun!'
'Ryosukekun!"
'Ryosukekun!'Kepalanya berdenyut sakit, panggilan itu terdengar begitu familiar ditelinganya. Ryosuke makin meyakini keputusannya. Orang didepannya ini pasti sangat mengenalnya hingga berani memanggilnya seakrab itu. Anak itu menelan ludahnya gugup kemudian semakin mempererat genggamannya pada sosok pemuda chibi dihadapannya itu.
"Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang tolong bawa aku pergi dari sini." ujar ryosuke semakin yakin. Dia melirik sekali lagi sosok daiki yang ada didepan sana, memastikan kalau sang kakak tidak memperhatikannya. Sebuah senyum sedih muncul diwajahnya, namun cepat terhapus saat tingkah aneh daiki pagi ini teringat diotaknya.
"Sesuatu yang kalian sembunyikan itu... Aku akan mencari taunya sendiri, niichan! Maafkan aku...."
"Jangan bermain main dengan kepercayaan"
-YRK-................
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanficCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...