Epilog (end)

187 8 15
                                    

Semilir angin pagi berhembus pelan menggerakkan lonceng berwarna emas yang terpasang rapi disebuah jendela kaca dimana seorang pemuda bersurai kecoklatan terduduk disana. Matanya terpejam menikmati hembusan angin yang bergerak lembut disekitar tubuhnya, menggerakkan beberapa helai rambut hitamnya. Namun seketika turun satu tetes airmatanya dari manik kanannya yang masih terpejam erat. Dadanya bergemuruh hebat  menahan rasa sesam yang seolah memerintahkannya menangis detik itu juga.

"Nisan...."

Suaranya terdengar sangat lirih penuh kesedihan saat ingatannnya kembali ditarik pada masalalu tepatnya tiga bulan yang lalu dimana pada saat itu terjadi, dia hampir kehilangan kakaknya yang sangat disayanginya.

Plashback

Saat itu tiba tiba dia terbangun dari tidurnya karna haus dan saat menoleh ia tidak menemukan emu yang biasanya tidur diranjang sebelahnya. Selimutpun masih terlipat rapi menandakan belum disentuh pemiliknya sama sekali. Ryosuke penasaran kemana kakaknya pergi malam malam begini. Rasa hausnya mendadak hilang dan ia memutuskan keluar kamar untuk mencari kakaknya itu.

Saat tiba dilobi ia melihat banyak orang dan dia merasa mengenal beberapa orang disana dan seseorang yang duduk bersimpuh memeluk orang yang terbaring penuh darah. Ia juga mendengar tangisan yang sangat keras.

"Emuchan...hiks. .gomenne otouto.... bertahanlah emu...jangan tinggalkan kami...." Ryosuke terbelalak melihat itu pemuda yang terbaring dan penuh darah itu merupakan pemuda yang selama ini begitu disayanginya. Pemuda yang selalu menjadi alasannya untuk bertahan dan tetap bernafas, kakaknya yamada emu.

Plashback end

"Hiks...nisan...hiks, gomenne...hiks... emu nisan..."

Ryosuke mengepalkan tangannya kuat saat ingatannya berputar kembali didalam benaknya. Isakannya tak bisa ditahan lagi. Ingatan itu membawanya kepada rasa takut yang dulu dialaminya saat kakaknya itu tengah sekarat dalam pelukan hiro nisannya.

Clek...

"Ryochan....?"

Suara lembut itu membuatnya turun dari kusen jendela fan berlari menuju seorang pemuda dengan sweater putihnya tengah menatapnya bingung.

"Hiks..."

Ryosuke memeluk erat kakaknya. Dia menenggelamkan kepalanya dibahu sang kakak yang beberapa bulan belakangan  ini selalu terasa nyaman untuknya mengadu akan rasa sedihnya.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang