Sesal 2

65 5 2
                                    

Emu tampa sadar berkeringat. Dahinya basah dan matanya memerah. Mengingat hal itu jelas membuatnya merasa bersalah. Merasa buruk. Merasa sedih. Sedih lagi karna menyadari seto sudah tiada. Dia tidak bisa minta maaf. Dia tidak bisa menatap mata kakaknya dan minta maaf pada orang yang disayanginya itu.

Dia jahat.
Dia sangat jahat.
Egois.
Keras kepala.

Seharusnya dia meminta penjelasan pada seto saat itu. Bukannya lansung pergi dan bicara mqcam macam pada ibunya......

Seto terluka karna sikapnya seperti itu. Tapi kakaknya itu terlalu baik hingga hanya tersenyum dan terus tersenyum. Bahkan setolah yang datang padanya, meminta maaf dan membujuknya. Padahal jika dipikirkan lagi. Memangnya seto salah apa? Apa kesalahan kakaknya itu? Kakaknya salah punya saudara kembar? Begitu? Atau...kakaknya telah menyembunyikan kenyataan itu? Tidak, bukan seto yang ingin menyembunyikan kebenaran tapi ibunyalah yang tidak ingin dia dan ryosuke tau. Tapi kenapa malah seto yang menanggung segalanya? Sendirian....pasti pedih sekali....sakit sekali...

"Se...to...niisan.." liriihan pelan itu teredam nafas emu sendiri. Dadanya turun naik dengan cepat karna merasa sesak. Matanya memerah dan airmata turun kembali. Namun daiki tidak berhenti disana...

"Kau tidak penasaran? Mengapa seto nisan lebih memilih memakai marga kagami daripada yamada untuk cincin??"

Emu mengangkat kepalanya mendengar hal itu. Anak itu semakin mengepalkan tangannya . Menatap tak mengerti pada pada mata daiki yang seolah ingin melihatnya terluka.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang