Tragedi Masalalu 3

68 4 0
                                    

Semuanya terkejut, kecuali nyonya yamada. Yang lain terbelalak kaget tak percaya apa yang mereka lihat.

"Seto..."
"Hiro..."

Panggilan itu terdengar bersaman. Hiro memejamlan mata sejanak kemudian membukanya. Dia menatap tuan yamada yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Hiro menatap nyonya yamada lembut, mengusap sekilas bahu wanita itudan berlalu menuju seseorang disampingnya. Dia berlutut didepan pria itu, menggenggam tangannya dan menatap mata lelah itu sedih. Bisa hiro rasakan tangan itu gemetar ketika ia menggenggamnya. Hiro mencoba tersenyum.

"Yama tousan, ini aku...kagami hiro, aku star... Bukan moon niisan.." ujarnya selirih mungkin mencoba menyadarkan pria yang berstatus sebagai ayah tirinya itu. Tuan yamada terkesiap, seolah baru saja ditarik kembali kealam nyata, airmata pria paruh baya itu mengalir tampa diperintah.

"Hi.. Hiro... Star... Hiro chan?" ujarnya seolah bertanya tanya. Hiro menganggukan kepalanya perlahan, tangan tuan yamada terangkat... Disentuhnya wajah yang masih basah itu. Menelusuri setiap lekukannya, hiro memejamkan matanya... Pria ini, ya pria ini yang selalu diceritakan seto padanya, seorang ayah yang baik, yang selalu membimbing dan menyayangi sang kakak, memberikan kasih sayang yang tulus untuk saudara kembarnya itu. Sosok ayah yabg didapat sang kakak ketika mereka tak bisa menikmati kasih sayang dari sosok ayah yang sama. Sosok inilah ayah yang nyata bagi seto kakaknya. Hiro sangat menghormati pria ini, sangat berterima kasih padanya. Berterima kasih sudah menjaga sang kakak selama ini.

"Aa..aakku..tertipu lagi...kalian begitu mirip...jika seto ada disini, dia pasti akan mengejekku..." ujarnya terkekeh, namun suara itu bergetar menahan isakan. Hiro kembali menggengam tangan itu, matanya berkedip pelan, memberi jalan pada airmatanya untuk mengalir. Ya... Seandainya sosok itu ada sini pasti moon sudah mencak mencak tidsk jelas karena yamashita salah mengenali anaknya, sama seperti pertemuan pertama mereka dulu....

"Gomenne tousan... Saat itu... Aku terlalu bersikap kekanakan dan menolak menemani tousan disaat saat tousan sulit menerima kepergian niisan... Ini salahku, jika saja aku memenuhi permintaan kaasan sebentar saja mungkin tidak ada kekecewaan sebesar itu dihati tousan dan juga emu kita.... Ryosuke juga tidak perlu mendapat perlakuan seperti itu, tapi aku terlalu egois dan terlalu marah hingga memilih melarikan diri... Gomen tousan... Moon niisan pasti kecewa padaku... Sekarang aku sudah datang tousan..." Hiro menangis, tuan yamada tak bisa menahannya lagi , pria paruh baya itupun terisak hebat. Dia menjatuhkan diri kelantai ikut berlutut memeluk hiro erat.

"Hiro..gomenne... Tousan pernah berjanji padamu akan menjaga dan menyayangi niisanmu seperti darah daging tousan sendiri... Tousan juga janji suatu hari nanti kalian akan bertemu lagi saat sudah menjadi direktur yang hebat sama sama menjalankan perusahaan masing masing. Tapi sekarang moon kita sudah tidak ada.... Tousan takut bertemu kuroto, tousanmu pasti sangat kecewa pada tousan bodohmu ini..." yamashita terdiam diantara isaknya, dan menarik nafas sejenak.

"Seharusnya tousan membiarkan niisanmu itu kalian saja waktu itu kan kuroto menjemputnya... Seharusnya tousan tidak menahannya dan membiarkan kalian bersama saja sehingga tidak perlu ada kejadian seperti ini... Gomenne hiro, tousan tidak bisa menjaganya...seharusnya moon masih bersama kita sekarang... Gomen...gomen....maafkan tousan hiro kun!" tuan yamada dan hiro menangis bersama mengeluhkan segala sesak yang ada dihati mereka.

Sayama diam dengan airmatanya yang mengalir deras. Wanita itu tidak pernah paham seperti apa sebenarnya arti seto bagi suaminya. Pria itu ternyata menyayangi seto melebihi anak kandungnya sendiri emu dan ryosuke. Sayama tak terisak lagi, dia tiba tiba merasa relung hatinya begitu hangat dan tenang. Wanita itu mengangkat sedikit kepalanya dan bagaikan mimpi sudut pandangnya kini melihat sosok bayangan tampak hadir disana, tersenyum lembut dan berjalan mendekat kearah suaminya dan hiro. Bayangan itu berlutut memeluk kedua orang itu bersama. Sayama termenung ditempat, menatap tampa kedip sosok itu hingg sosok itu melirik kearahnya dan berguman...

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang