At Seito Hospital, Tokyo Jepang
Hikaru duduk cemas disamping ranjang seseorang yang kini terbaring tak berdaya dengan alat bantu pernafasan juga alat medis lainnya yang tertempel ditubuhnya. Tubuh pucat itu dari tadi terus berkeringat, membuat hikaru tak tau harus bagaimana lagi selain menunggu seseorang itu sadar.
"Niichan mohon ryo...bangunlah..." hanya kalimat itu yang saja digumankan hikaru sambil meremas pelan tangan dingin orang itu, yang ternyata adalah ryosuke.
"Bagaimana hika?" seseorang dengan pakaian dokter masuk dan ikut menatap cemas kearah ryosuke.
"Aku tidak tau,apa yang harus kita lakukan kouta?" tanya hikaru pelan, yabu kouta, dokter muda itu merangkul bahu hikaru dan ikut menghela nafas.
"Yang penting dia harus sadar dulu dan setelah itu kita pikirkan kelanjutannya." Kouta menepuk bahu hikaru sekilas dan beralih menatap wajah pucat ryosuke.
"Aku rasa dia pingsan saat melihat ojiisan, seharusnya dia tidak melihat hal hal seperti ini...dia masih kecil..."
Lanjut kouta lirih, hikaru mengangguk setuju atas argumen kouta. Beruntung hikaru datang disaat yang tepat. Hikaru berencana untuk mengajak ryosuke tinggal diapartemennya malah mendapati keadaan rumah keluarga yamada yang mengenaskan. Tak hanya disitu keterkejutannya, dia mendapati tubuh kaku ryosuke yang nyaris tak lagi bernyawa karena tubuh itu benat benar dingin juga detak jantungnya yang terasa sangat lemah. Selain itu, tuan yamada sama kritisnya dan saat inipun tengah ditangani oleh para dokter. Sedikit saja dia terlambat datang, maka dua orang yang sangat dia sayangi itu pasti benar benar tak terselamatkan lagi."Apa yang sebenarnya terjadi disini..." Hikaru berguman pelan. Suaranya terdengar sesak dan siap menangis.
"Ojiisan mencoba bunuh diri...dia melukai dirinya sendiri...tampaknya dia begitu tertekan..." mata kouta menatap sendu, keadaan keluarga itu benar benar miris menurutnya.
"Kau sudah mengabari emu, hika kun?" tanya kouta kemudian. Hikaru mengangguk pelan.
"Sebaiknya aku melihat ojiisan sekarang, apa aku bisa menitip ryosuke padamu?" Kouta mengangguk, diapun bertukar posisi dengan hikaru dan duduk disana sambil menggenggam tangan dingin ryosuke.
"Aku pergi dulu sensei, tolobg jaga adikku..." pesan hikaru.
"Ya, jangan kuatir, itu sudah tugasku.." Hikaru tersenyum sekilas lalu melangkah keluar dari kamar rawat ryosuke menuju ruang operasi tuan yamada. Tampa disadarinya, seseorang tengah mengawasi setiap gerak gerik mereka dari tadi.
@@@@@@@
Emu berlari sepanjang koridor rumah sakit membuat banyak mata menatapnya heran. Yuto juga masih setia mengikuti sahabatnya itu walau dia sendiri was was tak karuan begitu tau yang dikunjungi emu adalah rumah sakit. Emu memelankan langkah begitu melihat sosok yang dia kenal tengah duduk dengan kepala menunduk didepan UGD.
"Hika niichan..." panggil emu pelan, sungguh...airmata sudah menggenang dipelupuk matanya yang selama ini terlihat tajam dan dingin itu.
"Emuchan...." Hikaru berdiri dan lansung menarik sang adik kedalam pelukannya, membiarkan emu menumpahkan airmata serta keresahannya.
"Sssttt, daijoubu...tidak apa apa emuchan..." Hikaru mengeratkan pelukkannya, perlahan emu membalas pelukan itu dan tubuhnya semakin bergetar hebat menahan tangis. Dia tidak menyangka harus menginjakkan kaki lagi kerumah sakit. Hal seperti ini kembali terulang, saat dulu seto dan ryosuke juga sekarat.
"Nande? Aku takut niichan..." Emu bersuara lirih. Hikaru sendiri tidak tau harus bagaimana sehingga dia hanya diam.
"Yutokun...kau disini?" Emu melepas pelukannya dari hikaru dan melihat kebelakang, kearah sahabatnya yang tampak diam menatap mereka.
"Apa yang terjadi? Siapa yang ada didalam sana?" tanya yuto pelan, dia benar benar kuatir sekarang.
"Ojiisan...ayah emu, tuan yamada..."
Jawab hikaru pelan, emu menundukan kepalanya dan memejamkan matanya, sementara yuto sangat terkejut."Nani? Apa yang terjadi niisan?" Yuto terlihat penasaran dan tidak sabaran.
"Sebaiknya kita bicarakan nanti saja, yutokun!" Hikaru mencoba memberi pengertian dan yuto mengangguk pasrah. Tak ada lagi yang bersuara, mereka duduk dalam diam dan larut dalam pikiran kekhawatiran masing masing.
"Niichan...dimana okaasan?" Emu yang pertama kali membuka suara, dan mendengar pertanyaan itu hikaru terdiam tampa tau harus menjawab apa. Dia memang telah menghubungi nyonya yamada, namun nomor ponsel nyonya yamada tidak aktif.
"Niichan tidak tau, emuchan..." Yah, hanya itu yang dapat dikatakan hikaru. Dia memang tidak tau ada dimana sekarang nyonya yamada. Emu mengeryit heran dibuatnya. Dia mengambil ponselnya dan berniat menghubungi ibunya namun tangannya tak kunjung menekan tombol hijau disana. Hikaru dan yuto paham kalau emu masih ragu dan canggung pada ibunya itu sekarang.
"Tidak perlu, emukun, niichan sudah mencoba menghubungi imo tapi nomornya tidak aktif." ujar hikaru seadanya. Emu memejamkan matanya dan membukanya kembali. Disertai hembusan nafas kuat.
"Bagaimana dengan...r..ryo..suke?"
Hikaru tersenyum samar, dia tau kalau emu masih peduli pada adik kecil mereka itu. Hikaru sengaja tidak mengatakan apapun mengenai ryosuke pada emu karena takut kalau emu bertambah cemas.
"Dia....."
"Hikarukun! Cepat ikut aku!" belum selesai hikaru bicara, mereka dikejutkan oleh teriakan seseorang yang ternyata kouta. Kata kata hikaru terputus begitu saja tergantikan oleh raut cemas yang sangat kentara diwajahnya.
"Niichan ada apa?" Emu menahan tangan hikaru yang siap berlari menyusul kouta.
"Nanti miichan jelaskan emu, niichan harus pergi sekarang...tetaplah disini!" Hikaru melepas lembut tangan emu dilengannya dan segera menyusul kouta.
"Pergilah, aku akan berjaga disini...."
Yuto yang paham akan apa yang dipikirkan emu segera memberi solusi. Emu mengangguk sekilas dan segera mengikuti hikaru................
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...