"Mo...moon..niichan.." ryosuke berguman lirih. Dirinya sendiri tidak yakin apakah dia yang bersuara ataukah barusan itu hanya lirihan dalam hatinya saja.
Dua perawat yang ada disana lansung menghampiri ryosuke begitu melihat anak itu menbuka mata dengan tarikan nafas yang sedikit terengah. Lewat ujung matanya yang belum pokus, ryosuke melihat seorang perawat menjauh dan beberapa saat kemudian muncul bersama seseorang yang lain. Seseorang itu lantas mendekatinya, mata ryosuke melebar dan dadanya bergemuruh nyeri saat melihat wajah itu. Wajah itu kembali membuat kilasan masalalu menyibukan kepalanya. Rahang ryosuke mengatup erat erat saat sosok itu sibuk memeriksakan keadaanya dan selanjutnya melempar senyum penuh kelegaan padanya. Ingin sekali ditepisnya tangan yang kini mengusap kepalanya namun saat ini dia tak punya tenaga untuk melakukan itu. Belum ada satupun suara yang dapat ditangkap jelas oleh ryosuke walau orang itu sudah membuka mulutnya sedari tadi. Berujar banyak kata kata namun anehnya satu satunya kata yang memenuhi otak ryosuke hanyalah...
PEMBOHONG.
Matanya menatap sangsi sosok dokter yang kini duduk disisinya, menggenggam jemarinya dan berusaha menanyakan keadaanya. Namun bibir ryosuke masih mengatup rapat, dahi dokter itu mengerut tak mengerti.
"Ryo? Kau bisa mendengarku?" kota, doktet itu bertanya cemas. Tangannya terangkat hendak mengusap helaian rambut ryosuke lagi saat ryosuke justru memalingkan wajahnya, secara tidak lansung memberitau pada kota bahwa dia tidak ingin disentuh.
"Ryo? Kenapa?" dokter itu terkejut. Tidak mengerti mengapa anak didepannya ini bersikap seperti ini. Dia tau kalau bergerak seperti itu butuh tenaga. Anak ini baru saja kritis dan mereka butuh berjam jam mengendalikan jalur pernafasannya agar normal kembali. Tak ada jawaban, ryosuke hanya diam dan masih menghadapkan wajahnya kearah berlawanan dari tempat kota berada. Menciptakan lebih banyak tanya lagi dibenak dokter itu. Kota terdiam. Matanya melirim dua perawat yang ikut memandang penuh tanya padanya.
"Kalian bisa keluar kalau sudah selesai..." dua perawat itu hanya mengangguk pelan kearah sang dokter lalu pergi. Meninggalkan kota yang sudah berdiri dari dudukny dan menatap ryosuke dengan rasa bingung bercampur cemas. Dia jelas mendapati sorot amarah dikedua bola mata ryosuke ketika anak itu sempat menatapnya sepersekian detik.
"Ryo? Doko ni?"
"Ke...luar!" suara serak yang teredam masker itu menyentak kota. Dia masih bisa mendengar jelas apa yang ryosuke katakan. Dia bisa mengerti kalau ryosuke ingin ditinggal dan istirahat. Namun yang tidak kota mengerti adalah mengapa tubuh ryosuke bergetar dan nafasnya menjadi lebih berat.
"Ryo? Astaga..kau menangis? Kenapa? Ada apa? Apa ada yang sakit? Kau tidak boleh menangis! Dadamu bisa tambah sakit." dokter itu tidak bisa menyembunyikan rasa kuatirnya. Dia jelas panik mendapati anak didepannya mulai mengais udara agak tetburu buru. Namun baru saja tangannya ingin menyentuh ryosuke, anak itu lebih dulu menepisnya. Hal itu jelas membuat kota terkejut bukan main mendapat perlakuan benci sejelas itu. Dokter itu mematung ditempat saat arah pandangan ryosuke menguncinya. Mata ryosuke menatap tepat pada pupil matanya dan rasanya tatapan mata itu sanggup menghancurkan seluruh pertahanan kota. Tatapan mata itu seolah menghakiminya habis habisan. Membuat dokte r itu terdiam mengatup bibirnya saat anehnya dia juga melihar kalau ryosuke tampak begitu terluka. Kota merasa begitu berdosa. Ekspresi wajah itu membuatnya merasa seperti seorang tersangka, tapi....kenapa?
"Ryo...." gerakan kota terhenti karna ryosuke lagi lagi mendesis tak suka padanya. Matanya menatap begitu tajam walau mata itu memerah dan aliran aitmata sudah menghiasi wajahnya. Kali ini perlakuan benci benar benar tak bisa diabaikan kota. Tangannya sudah terasa dingin begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...