Keheningan kembali menghiasi rumah besar itu. Baik Nyonya maupun Tuan Yamada tidak ada yang ingin bicara. Tuan yamada yang hari ini memang tidak bekerja tampak menghabiskan waktunya untuk nonton tv. Sementara Nyonya Yamada hanya memperhatikan suaminya itu dengan tatapan sedih. Apakah benar benar tidak ada jalan lagi untuk mengembalikan kehangatan dirumah ini? Dia sungguh merindukan saat saat itu." Apa yang harus aku lakukan agar keluarga kita kembali seperti dulu? "
Nyonya Yamada berujar lirih, nada suaranya memperlihatkan keraguan. Tuan Yamada meliriknya sebentar dengan tatapan dingin lalu kembali menatap tv. Walaupun sebenarnya sejak tadi dia tidak menaruh minat untuk menonton." Bisakah kau kembalikan putraku? Jika bisa, maka semuanya akan kembali seperti dulu. " Guman Tuan Yamada meremehkan.
" Aku bukan Tuhan, aku juga kehilangan dia...dia anakku! " Balas Nyonya Yamada pelan.
" Oh? Kupikir hanya Ryosuke anakmu.." Tuan Yamada menatap sengit istrinya.
" Kenapa kau berubah? Aku butuh dukunganmu, bukan tekanan seperti ini. Jika berada diposisiku saat itu, apa yang akan kau lakukan? " Tanya Nyonya Yamada memelas.
" Aku tidak akan mengorbankan anakku, tidak akan pernah! " Jawab Tuan Yamada percaya diri.
" Kau tidak tau apa apa, Ryo dan Moon benar benar sekarat saat itu. Keputusanku juga berdasarkan permintaan Moon sendiri..."
Nyonya Yamada menghapus kasar setetes airmata yang sukses meluncur dipipinya." Dan engkau menyetujuinya begitu saja? Kau tidak berusaha menyakinkan Seto kalau dia masih bisa hidup. Kau egois saat itu! Yang kau pikirkan hanya Ryosuke sehingga kau tidak merasakan rasa sakit yang diderita Seto! " Tuan Yamada melempar remot tv ysng dipegangnya keatas meja. Membuat Nyonya Yamada tak kuasa menahan tangis lagi.
" Dia harapanku, bahkan kami sudah merencanakan banyak hal setelah dia lulus dan melanjutkan perusahaan kita...tapi, apa yang terjadi sekarang? Kau membuatnya pergi. Aku kecewa padamu, aku memilihmu menjadi pendampingku karena kau pikir kau orang yang tepat untuk menjadi ibu bagi anak anakku. Ternyata aku salah, kau bahkan tidak bisa menjaga anak kita dengan baik, kau tidak bisa memberikan kasih sayang yang seimbang untuk mereka...kau memintaku untuk menganggap Seto seperti anakku sendiri dan lihat! Disaat aku sudah terlalu menyayanginya kenapa justru kau yang tampak membeda bedakan? Kau membuat kesalahan besar...." Tuan Yamada beranjak dari tempat duduknya. Menghela nafas berat lalu masuk kekamar Seto yang kini berubah menjadi kamarnya. Sejak kejadian beberapa bulan lalu, Tuan Yamada memang memutuskan menjaga jarak dengan istrinya. Dia benar benar merada kecewa dan hatinya begitu berat untuk menerima semua kenyataan.
Wanita itu menatap nanar pintu kayu yang menenggelamkan sosok pria yang sangat dicintainya itu. Otaknya mencerna semua kalimat yang baru saja diucapkan oleh sang suami. Sekeras apapun dia mencoba berpikir positif, namun hanya satu hal yang tertangkap oleh syaraf otaknya. Pria yang telah bertahun tahun menjadi suaminya itu baru saja menyatakan sebuah penyesalan karena telah menikahinya. Ya....penyesalan besar, sungguh dia merasa kalau takdir Tuhan tengah mempermainkannya. Airmata yang sedari tadi tahannya, kini telah mengalir deras membasahi pipi putih bersih yang mulus itu kembali. Nyonya Yamada membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Menahan isak tangis yang memaksa keluar. Rasa sesak memenuhi hatinya, jantungnya seolah berontak ingin meledak. Ini diluar keinginannya. Bukan dia yang mengatur kematian seseorang. Dia hanyalah manusia biasa yang ingin hidup bahagia dengan orang yang disayanginya.
Tbc@
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...