2. kambuh

175 10 1
                                    

Masih dalam flashback 3 bulan yang lalu....

"Aku pergi ya? Ka-chan jaga diri, mungkin lusa kami akan pulang....jangan nonton dorama membosankan hingga larut malam. Makan dan tidur yang cukup
Aku sangat menyayangi okaachan..." Seto mengecup singkat pipi ibunya.
"Kau juga jaga diri, jaga adik-adikmu ya?"

" Oka-chan...daisuki. Oka-chan yang terbaik..." Setelah mengucapkan itu, Seto menutup kaca mobilnya.
Mobil sport hitam itu melaju dengan kecepatan sedang ditengah jalan kota tokyo yang mulai gelap, meninggalkan ibunya yang masih setia dengan tatapan sendu yang sulit diartikan. Sungguh ada rasa khawatir yang sangat besar menghampiri hatinya.

"Ni-chan? Sungguh kau sudah dijalan? Aish! Hujannya sangat deras, apa kau baik baik saja? Kau benar benar keras kepala!" Emu berdiri dekat jendela kamarnya.  Tangan kirinya terulur bermain dikaca jendela yang berembun sementara tangan kanannya setia memegang hpnya. Villa mereka terasa sepi saat ini, sungguh Emu merasa aneh.

" Hahaha, kenapa kau jadi begitu cerewet, Otouto? Tenanglah, Ni-chan baik baik saja dan kau tidak perlu sekhawatir itu? " Suara Seto yang tenang membuat Emu mendecak sebal. Tidakkah kakaknya itu tau kalau dia begitu khawatir?

" Ni-chan, jangan menelpon saat menyetir...itu berbahaya. " Ujar Emu datar.

" Ni-chan menggunakan bluetooth, Otouto, tidak akan apa apa...sama sekali tidak mengganggu. " Tanggap Seto sambil tertawa kecil.

" Haah terserah Ni-chan sajalah. " Emu menghela nafas panjang dan seterusnya tercipta keheningan  diantara mereka. Baik Emu maupun Seto tidak ada yang berniat memutuskan sambungan telpon. Emu menatap kosong derasnya hujan, pikirannya teringat akan beberapa kenangan. Kebahagiaan saat dia menghabiskan waktu bersama keluarganya. Dan ketika dia mendapatkan seorang adik. Emu tersenyum kecil mengingat hal itu.

"Ni-chan..." Panggil Emu pelan.

" Hn.."

"Kita akan selalu bersama kan?"

" Hm? Tentu saja kita akan selalu bersama. " Jawab Seto pasti.

"Arigatou Ni-chan, daisuki..." Ujar Emu tulus, dia tersenyum senang.

"Daisuki dayo Otouto..." Balas Seto lirih.

JEDARR TARR TARR TARRR

Emu tersentak kaget, reflek kakinya mundur beberapa langkah dari jendela. Seto diseberang telpon juga sedikit terkejut mendengar suara petir yang cukup kuat itu.

" Ni-chan...." Emu menoleh kebelakang saat merasa ada yang masuk kekamarnya dan memanggilnya dengan suara lemah. Matanya terbelalak sempurna saat melihat Ryosuke jatuh berlutut sambil mencengkram kuat dadanya. Keringat dingin membasahi baju yang dikenakannya dan mengalir didahi hingga sekitar lehernya. Nafasnya terdengar putus-putus bahkan sesekali tetcekat, membuatnya semakin pucat.

" Ryo-chan! " Emu menjatuhkan ponselnya begitu saja, membuat benda itu menghantam lantai dengan kuat hingga hancur. Sambungan telponya dengan seto terputus. Begitu saja.

" I..iitai..ni-chan, se..saak se..kali..." Ryosuke mencengkram kuat lengan Emu yang sudah merangkulnya. Emu sedikit meringis sakit akibat cengkramannya, namun itu bukan masalah untuknya.

" Otou-chan! " Emu berteriak memanggil Tuan Yamada yang entah ada dimana saat ini. Emu menatap Ryosuke cemas, airmatanya jatuh begitu saja tampa diperintah.

" Tenanglah Otouto! Jangan tidur! Ni-chan akan marah padamu kalau kau sampai tidur! " Emu sedikit berteriak saat Ryosuke mulai kehilangan kesadarannya.

" Ni-chan...." Ryosuke benar benar menutup matanya. Terakhir dilihatnya Emu menangis sambil mengguncang pelan tubuhnya. Setelah itu semuanya gelap.

Sejak saat itu semuanya berubah, sungguh dia tidak tau apapun. Ryosuke sadar dari tidur panjangnya, yang didapatinya pertama kali adalah genggaman tangan hangat Nyonya Yamada yang menggenggam erat tangannya. Setelah itu tatapan penuh kebencian Emu, kakaknya. Selanjutnya sikap ayahnya yang berubah 180 derajat dan juga ibunya yang menjadi pendiam. Namun, jauh dari semua itu yang.paling membuatnya terkejut adalah...

Tbc@

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang