"Kyu chan..." kepala kairi menyembul menatap sosok yang kini sudah melepas jaket dan syal yang tadi sempat membalut tubuhnya. Namun ada yang aneh, kening kairi berkerut karenanya.
"Kau baik baik saja? Kenapa kau pucat sekali?" tanya kairi. Pria itu segera mendekat pada ryosuke yang masih setia duduk bersandar sambil memejamkan mata disofa ruangan itu. Dia diam, tidak melirik ataupun menjawab. Kairi menghela nafas dan mulai memeriksa keadaan anak itu. Ditempelkannya tangannya kedahi ryosuke dan helaan nafas keluar dari bibirnya berikut ceramah gratisnya.
"Dasar bodoh! Kau demam dan masih saja memaksa hiro membawamu kesini!" kalimat itu membuat ryosuke refleks membuka mata dan menatap kairi sangsi.
"Apa kau pikir aku tidak taj baby kyu? Pasti kau yang memaksa hiro membawamu kesini kan? Jangan beralasan, aku tau jalan pikiran mu kagami kyusuke! Kau pasti berulah, membuat hiro prustasi lalu membawamu padaku iya kan?" Ryosuke tidak menjawab dia berdiri dan memakai jaket juga syalnya dengan gerakan menghentak. Membuat kairi terkejut.
"Kyu, kau mau kemana?" suaranya melembut, tau jika ini bukan saat yang tepat meladeni bocah mudah emosi itu. Tak ada jawaban, hanya sebuah helaan nafas kasar. Tepat saat ia hendak melangkah, kairi mencekal tangannya.
"Niichan yang tidak suka aku disini kan? Jadi sekarang aku pulang saja.." ujarnya datar, tampa mimik wajah ataupun nada suara hanya datar dan dingin. Membuat kairi sadar kalau dia salah bicara tadi.
"Iie? Aku tidak bilang begitu kyu.. Hanya saja..." dia menatap ryosuke sebentar kemudian perlahan melepas pegangannya pada lengan remaja itu. Melihat tingkah kairi yang aneh, dahi ryosuke berkerut dalam
"Hanya saja apa?" tanyanya saat pria itu hanya diam.
"Haah.. Bolehkah aku mengatakan ini? Aku harap kau tidak tersinggung kyu chan.. Sikapmu pada hiro niichanmu, aku tidak suka. Kau, tidak menghargainya... Dia saudaramu kyu.." mendengar hal itu lantas ryosuke tersenyum miris
Memicingkan mata menatap kairi."Seharusnya niichan mempertanyakan sikapnya padaku, bukan sikapku padanya.." kairi terkejut melihat ryosuke tersenyum seperti itu. Dia tidak mengerti.
"Niichan... Dia memandangku berbeda dengan daiki niichan... Mungkin kalian tidak menyadarinya.
Tapi aku merasakan itu.. Walau aku tau dia menyayangiku, tapi aku merasakan rasa sayang itu tidak utuh... Dia... Terlalu berhati hati dengan sikapnua dan itu membuatku merasa... Kami terlalu jauh untuk dikatakan saudara... Ada sesuatu dalam diriku yang membuatku merasa tidak nyaman ketika bersamanya, tak jarang aku mendapatinya diam diam menatapku dengan pandangan mata yang sulit diartikan... Dia menatapku lirih, dingin, membuatku merasa takut dan segan padanya... Tatapan tak bersahabat itu selalu mengintimidasiku, seolah aku telah merebut sesuatu darinya... Dia yang seperti itu padaku... Bukan aku.... Sikapnya yang berubah ubah membuatku tidak bisa memahaminya... Karena itu niichan, aku ingin mengingat semuanya hingga semua yang kalian ungkapkan itu bukan lagi sekedar cerita.." masih dengan senyum yang sama, ryosuke menatap kairi yang terdiam tampa sorot mata yang pasti. Mengabaikan hal itu ryosuke kembali menuju pintu
Membukanya lebar lalu melirik kairi sekilas ssbelum menghilanh dibalik pintu yang kini ditutupnya dengan pelan.Blam
Bersamaan dengan itu kairi yang tercekat mencoba menghembuskan nafasnya perlahan. Pria itu menggigit bibirnya gugup. Menatap kearah pintu dimana sosok ryosuke menghilang dari pandangannya. Pria itu kembali menghembuskan nafas kasar. Matanya terpejam sejenak sebelum memijat dahinya pelan. Otaknya memerintahkan bibir itu berguman halus..
"Hiro hanya belum terbiasa kyu! Menatapmu tentu mengingatkannya pada seto nya.. Aku tidak bisa menyalahkan sikapnya..
Dia hanya tidak tau harus bersikap bagaimana pada seseorang yang secara tidak lansung telah menyebabkan saudara kandungnya tidak ada didunia ini. Jantung kembaranya berdetak dalam tubuhmu... Sikap sayangnya itu tertuku untuk seto, tapi saat yang didapatinya adalah sosokmu tentu skapnya berubah canggung... Sebagian besar hatinya tergerak padamu karena jantung itu milik kembarannya. Semacam telepati... Selebihnya mungkin bisa dikatakan sekedar simpati atai wujud rasa hormatnya pada sayama imo ibu kandungnya yang juga ibumu.. Bagaimana aku menjelaskannya? Aku tau ini semua akan menyakitimu... Semua orang, bermain opera kyu... Bahkan aku..juga..." dan kairi tersenyum miris setelahnya
Kairi, kau terlalu cepat menarik kesimpulan... Kagami hiro tidak sejahat itu....
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...