Mumpung liburan skul and kerja jadi ngisi waktu luang lanjutin cerita lagi nihh...
Seoul, Korea Selatan
"Ye tousan, aku akan ke jepang sore ini. Terlalu lama jika menunggu besok, lagi pula aku dengar ternyata okaasan justru berangkat siang ini bukan besok..." Hiro menghela nafas membayangkan apa yang terjadi, semua juga membuatnya tak dapat berpikir jernih.
"Hah...ksu harus menjaga adikmu itu star, tousan dan kaasan akan menyusul kalian..." suara berat diseberang sana juga membuat hiro semakin kuatir.
"Nani? Apa terjadi sesuatu di tokyo sehingga kasan dan tousan juga harus datang?" tanya hiro cemas. Terdengar helaan nafas diseberang.
"Hm, eto..kau akan tau besok. Sebaiknya hubungi kasanmu begitu kalian tiba ditokyo..." tuan kagami berujar tegas. Hiro mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ya, tousan...tapu apa semua akan baik baik saja? Setidaknya beritau aku sesuatu..." rengek hiro, ah sikap kekanakannya kembali.
"Nande, cukup fokus untuk berangkat sore ini dan kita bertemu di tokyo. Baiklah...tousan harus bersiap siap juga...jaga diri kalian ya? Jaga adikmu..."
"Wakatta.."
PIP.
"Haah!" Hiro menghembuskan nafasnya kasar. Dia memandang langit kota seoul dari jendela kamarnya, langit masih tampak mendung walau hujan sudah berhenti beberapa menit lalu. Perlahan matanya beralih pada sang adik yang tengah tertidur pulas diatas ranjang besar miliknya. Adiknya itu tertidur karena lelah menangis. Hiro menatap wajah polos daiki. Sekarang dia masih tidak percaya kalau anak 18 tahun inilah yang tadinya menceramahinya panjang lebar. Hiro mendudukan diri disamping tubuh daiki, mengelus bahu adiknya itu lembut."Darimana kau belajar bicara seperti dai? Kau tau? Niisan sangat menyayangimu dai..." ucapan itu diakhiri sebuah kecupan yang diberikan hiro dikening adiknya. Tampa mereka tau bagaimana takdir akan mempermainkan mereka nanti...
@@@@@@
"Hikaru kun...imo sudah dalam perjalanan kesana. Tolong jaga ryosuke dan juga jisanmu dengan baik. Imo mohon..." Wanita itu meremas jubah coklatnya cemas. Dia mendapat kabar buruk mengenai keluarganya dan hal itu pula yang membuatnya seperti orang kebingungan sekarang.
"Imo tenanglah..semua baik baik saja. Ryosuke juga sudah ditangani oleh seorang dokter sekarang.... Aku juga sedang menuju kamar ojisan saat ini, kurasa imo perlu bicara dengan ojisan..." suara lelaki diseberang telpon membuat kecemasan wanita itu semakin bertambah.
"Kau meninggalkan ryo? Yak hikaru!" wanita itu refleks meninggikan suaranya. Dan sepertinya orang diseberang telpon sangat terkejut.
"Tidak imo...ada dokter yang sedang memeriksanya lagi pula chinen dan yuto juga ada disana menunggunya. Imo jangan datang dalam keadaan panik, itu akan memperburuk keadaan..." Hikaru berujar tenang. Terdengar jelas olehnya orang diseberang telpon menghela nafas.
"Imo takut...ryo masuk rumah sakit lagi, ini membuatku sangat merasa buruk. Seharusnya aku tak pergi...hiks..." wanita itu mengusap wajahnya kasar. Sekuat apapun dia mencoba untuk tidak menangis, tetap saja airmatanya mendesak ingin keluar.
"Imo please...jangan menangis. Aku sudah sampai dikamar ojisan. Haruskah aku masuk? Imo harus bicara dengannya, apa imo tidak mengkhawatirkannya? Ah, kouta niisan bersamanya saat ini..." Hikaru menjelaskan, sepertinya lelaki itu tengah mengintip sekarang.
"Imo akan lansung menemuinya nanti. Kembalilah melihat ryo, imo tenang jika kouta ada disana bersama ojisanmu. Sepertinya mereka sedang bercerita tentang hal itu sekarang..." perkataan sayama wanita itu sukses membuat hikaru mengeryit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...