Permintaan yamada Sayama

81 4 9
                                    

Seoul, Korea Selatan

Suasana rumah megah itu tampak hening, yang terdengar hanyalah deru hujan yang semakin deras diluar sana. Seorang wanita tampak duduk gelisah diruang tamu rumah itu, sesekali dia melirik jam yang ada dipergelangan tanganny. Seoranf lelaki berdiri tak jauh dari wanita itu tersenyum kemudian mendekat pada wanita tersebut.

"Tenanglah nyonya, saya berani menjamin tuan muda hiro bersedia bertemu dengan anda. Mungkin dia akan sedikit terlambat karena menjemput tuan muda daiki terlebih dahulu..." perkataan yang keluar dari mulut tuan lee membuat wanita itu tersenyum.

"Seperti apa dia sekarang? Bersediakah anda menceritakan sedikit kepada saya, tuan?"

"Lee, cukup panggil saya tuan lee..."
Tuan lee tersenyum ramah pada wanita dihadapannya yang ternyata adalah nyonya yamada, ibu kandung tuan muda hiro. Tuan lee tau, tak ada yang dirahasiakan keluarga ini darinya sejak dia bekerja sebagai orang kepercayaan kuroto kagami beberapa tahun lalu. Bahkan saat kuroto memutuskan pindah keseoulpun, dia turut serta bersama keluarga ini.

"Tampan, pintar, berbakat, cerdik dan baik hati...itu semua sudah cukup untuk mendiskripsikannya." ujar tuan lee mantap. Tatapan nyonya yamada berubah sendu.

"Begitu pula dengan seto ku..." lirih nyonya yamada pelan namun masih dapat didengar tuan lee. Tuan lee tersenyum saat tangan nyonya yamada sedikit gemetaran ketika mengangkat cangkir tehnya.

"Anda gugup?" tanya tuan lee sopan. Nyonya yamada meletakan cangkirnya hati hati lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Kuroto niisan mengatakan padaku kalau kalau hiro sedikit marah, aku jadi gugup jika harus bertemu dengannya secara tiba tiba seperti ini. Tapi besok, aku skan kembali ke jepang. Perasaanku sedikit tak tenang, jadi bagaimanapun juga aku harus menemui hiro ku hari ini...."

"Kenapa dihari hari sebelumnya anda tidak mau menyebut nama anda ketika ditanya petugas kami?" tanya tuan lee penasaran.

"Aku takut kalau hiro tau aku yang ingin mrnemuinya, maka bisa saja dia menolak dan seterusnya menghindar dariku." jawab nyonya yamada lirih.

"Aku tidak mungkin seperti itu..." nyonya yamada dan tuan lee menoleh kearah suara, terlihat disana dua orang lelaki tampan tengah berdiri berdampingan. Lelaki yang lebih muda terlihat masih menyandang tasnya malas malasan sampai tuan lee menghampirinya dan menggiring lelaki itu menuju kamarnya.

"Sebaiknya berikan waktu mereka bicara berdua tuan muda..." satu kalimat yang tidak begitu panjang berhasil membungkam daiki yang ingin protes ketika tuan lee mendorongnya pelan untuk naik kekamarnya. Sehingga kini tinggallah hanya nyonya yamada dan hiro diruang tamu itu.

"Hiro chan..." nyonya yamada menatap hiro dengan tatapan rindu yang sangat dalam. Biasanya dia tidak akan seperti ini, tapi saat wajah itu tertangkap oleh retina matanya bayangan seorang yang lain muncul dalam pikiran dan hatinya. Dia benar benar merindukan putranya itu, seorang yang kini berada sangat jauh dari jangkauannya.

"Kenapa kaasan sangat ingin bertemu denganku?" dengan singkat dia berujar, berusaha mengontrol perasaannya untuk tidak menangis dan memeluk wanita yang berstatus ibu kandungnya itu. Bagaimanapun juga dia sangat merindukan wanita itu. Hiro lebih memilih mengalihkan pandangannya dan duduk berseberangan dengan nyonya yamada. Nyonya yamada berusaha tersenyum miski dia tau, satu kalimat saja yang keluar dari mulutnya akan terdengar seperti isakan nantinya. Dia benar benar tengah menahan airmatanya.

"Aaaa...aaku ingin berbicara denganmu hirochan, apa kau mau mengabulka. Satu permintaan kaa...chan?" tanya nyonya yamada gugup. Bahkan dia tidak berani bertatap dengan anaknya tersebut. Wajah datar hiro membuatnya merasa canggung.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang