Emosi 2

58 4 5
                                    

"Dia masih disini?" kota tersentak kaget mendapati seseorang menyentuh bahunya. Pemuda itu segera menoleh mendapati sosok tinggi berkemeja biru itu tersenyum lebar padanya.

"Uh, kau membuatku terkejut. " sosok itu tertawa geli dan ikut menyandarkan punggungnya dikursi tunggu itu. Duduk berdanpingan dengan kota yang terlihat lelah.

"Boleh aku beri saran?" kota kembali menatap sosok itu, dahinya berkerut bingung namun dia tetap menanggapi.

"Ya?"

"Kau harus tegas dan memaksa pasien bernama yamada emu itu untuk kembali kekamar rawatnya. Dia kekurangan cairan dan butuh infus. Kau juga harus memberinya obat untuk menstabilkan daya tahan tubuhnya. Dia benar benar harus istirahat dengan benar.  Ups, gomen kalau aku jadi menceramahi dokter hebat sepertimu."

"Kau tau kai, kadang aku sedang ingin memukul kepalamu. Aku tentu tahu semua itu. Hanya saja aku tidak berdaya melakukan apa yang baru saja kau katakan. Aku merasa jahat jika memaksanya meninggalkan ryosuke!"

"Um,ok! Kalau begitu pindahkan kekamar lain. Kita punya kamar dengan dua ranjang saja jika kau tidak ingin memisahkan ataupun menggabungkan mereka dengan pasien lain."

"Tidak bisa, terlalu jauh dari ruang ICU. Kondisi ryosuke masih mengkhawatirkan. Aku tidak berani memindahkannya kekamar rawat yang lain."

"Kondisi emu juga mengkawatirkan ngomong ngomong...."

Kota sedikit menyerong duduknya. Dahinya mengerut bingung menatap sosok itu  yang kini juga menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Hei shouma kai, ini aneh. Kau.... Kenapa  terkesan begitu kuatir?"

"Apa aku terlihat seperti itu?" shouma kai, sosok itu tertawa pelan dan merangkul bahu kota.

"Aku hanya kuatir, memangnya salah? Dan juga kau tidak bisa membiarkannya. Emu bisa kolaps dan...kau tau apa saja yang bisa terjadi. Aku bantu kau membujuknya agar mau kembali kekamar rawatnya." kai berdiri, menarik tangan kota fan menuntun pemuda itu kembali memasuki kamar rawat ryosuke. Begitu tiba didalam pemandangan yang menyambut mereka membuat kai meringis dan menatap kota dengan alis bertaut.

"Hei, rumah sakit ini bisa dituduh yang tidak tidak jika ada yang tau kalau kau membiarkan emu seperti itu." kota hanya menggigit bibirnya cemas.  Tampa menanggapi perkataan kai, dokter itu segera menghampiri emu.

"Emu? Emu-chan?"

Posisi emu sama sekalai tidak berubah sejak ia memutuskan untuk keluar dan menenangkan diri tadi. Adik mereka itu masih membaringkan kepalanya disisi ranjang ryosuke dengan mata terpejam. Bahkan jemarinya dan jemari ryosuke masih saling bertautan. Bedanya, jika tadi emu hanya gemetaran dan tubuhnya dingin, maka kali ini tubuh itu terasa sangat panas dan adik mereka itu merintih dengan wajah yang begitu pucat.

"Kota, dia butuh ditangani segera. Cepat bawa dia kenapa masih memanggil? Kau pikir dia akan bangun hah?"

Kota menatap kai sebentar sebelum mencoba melepaskan genggaman tangan emu pada ryosuke. Satu tarikan pelan berhasil memisahkan jari jemari itu dengan mudah. Namun hal itu justru menandakan kalau emu tidak lagi sadar. Seandainya masih ada sedikit kesadaran yang tersisa, emu tentu akan mempertahankan genggamannya pada ryosuke. Menyadari kondisi emu kembali memburuk, tampa basa basi kota segera mengangkat tubuh itu dan dia menatap kai kemudian.

"Bisakah kau berjaga disini?"

"Tentu. Ngomong ngomong shif kerjaku baru sore nanti."

Alis kota sempat bertaut bingung mendengar hal itu. Bertanya dalam hati, untuk apa kai datang pagi pagi kerumah sakit kalau shif kerjanya baru sore nanti? Namun, rintihan sakit emu membuatnya mengabaikan itu dan segera bergegas pergi setelah berujar terima kasih pada kai yang kini sudah duduk menyamankan diri disofa yang ada.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang