"Ryosuke..."
"Ryo....."
"Ryochan..."
"Ryosuke kun..."Dahinya berkerut, suara suara itu bergema disekitarnya. Menariknya dari kegelapan dan membawanya ketempat yang amat terang. Ryosuke, anak itu mengerjap perlahan saat sinar matahari menerpa wajahnya. Matanya terbuka dan refleks memicing saat sinar itu menyilaukan penglihatannya, membuatnya tidak dapat melihat dengan jelas. Yang dia tau, saat ini tubuhnya terasa begitu ringan dan nyaman. Dia ada disebuah tempat, hijau dan wangi. Seperti padang rumpuy luas yang membentang tampak tak berujung.
"Aku...dimana?" tanyannya entah pada siapa. Ryosuke berdiri, menatap sekelilingnya dan tak menemukan apa apa. Hanya hamparan rerumputan luas juga semilir angin yang menerpa tubuhnya. Benar benar menenangkan.
TAP
"Ryo! Kemari!" Ryosuke terkejut luar biasa saat seseorang tiba tiba muncul dan menggenggam tangannya kemudian menariknya berlari. Dia semakin terkejut lagi saat tubuhnya tak mampu menolak dan justru mengikutinya. Dia memandang punggung orang itu terheran heran, merasa tak asing dengan postur tubuh itu. Perlahan pandangannya turun kebawah, kearah tangan mereka yang saling bertautan. Matanya melebar, tangannya.... Jauh lebih kecil dari terakhir kali dia mengingatnya. Tangan mereka yang bertaut memperlihatkan jemari jemari mungil dan gemuk, walaupun jemari miliknya lebih panjang dan kulitnya pucat.
"Kyuchan!"
DEG
"Dai niichan..." Ryosuke menoleh kebelakang ketika suara itu familiar terdengar ditelinganya. Matanya melebar melihat sosok daiki saat berumur 18 tahun tengah memanggilnya sambil menangis.
"Niichan..." Ryosuke berusaha menahan langkahnya namun dia tidak bisa, dia masih tetap berlari kecil bersama sosok yang kini semakin erat menggenggam tangannya. Seolah tak ingin melepasnya, tak mengizinkannya menghampiri daiki disana.
"Ryochan..." matanya sekali lagi melebar melihat sosok hiro yang tengah menunggunya dan juga orang yang kini menariknya. Dia kembali menoleh kebelakang dan lagi lagi terkejut saat melihat sosok hiro juga ada disana, sosok itu tampak menenangkan daiki. Dia memperhatikan kedua sosok hiro itu bergantian, mereka tampak beda. Hiro yang bersama daiki lebih akrab dimatanya. Sementara hiro yang diujung sana seperti seseorang yang sudah lama tak dijumpainya.
"Niichan..." lirihnya sedih saat melihat daiki menangis keras dan meronta dalam pelukan hiro. Ryosuke ingin berhenti dan menghampirinya, namun seolah dia tidak dapat mengendalikan dirinya.
"Kyu! Onegai! Jangan pergi! Niichan mohon! Jangan pergi hiks...ja..ngan... Hiks..kyuchan!" Ryosuke menggeleng kuat. Memangnya dia mau kemana? Dia tidak kemana mana. Ryosuke kesal, dia menatap sengit punggung seseorang yang kini masih menggenggam erat tangannya itu. Dia tidak mengenalnya, dia bahkan belum melihat wajahnya sedari tadi. Ada daiki dibelakang sana, kakaknya itu tampak begitu kuatir. Ryosuke tidak tega melihatnya seperti itu. Anak itu menarik nafasnya kuat sebelum bersuara...
"Lepaskan aku!" Ryosuke menyentak tangannya dan saat itu juga genggaman itu terlepas dan tampa sadar justru membuatnya terjatuh.
"Aarrghhh!" Ryosuke memekik terkejut saat tubuhnya terhempas kedepan namun dahinya berkerut saat tak ada sedikitpun rasa sakit yang diterimanya. Matanya sempat terpejam kuat itu perlahan terbuka. Dia mengerjap perlahan sebelum membawa tubuhnya kembali berdiri.
"Kyuchan..."
"Dai niichan.." Ryosuke tersenyum saat mendapati daiki tengah berdiri beberapa meter dihadapannya sambil mengulurkan tangan. Dia sudah akan melangkah kearah daiki jika saja suara seseorang tadi tidak kembali didengarnya.
"Ryo.. Niichan membutuhkanmu... Onegai..."
DEG
"Ni..niichan?" Ryosuke tercekat. Terheran dengan dirinya sendiri, sesuatu dalam dirinya menariknya untuk berbalik menatap sosok itu. Dahinya berkerut mendapati sinar matahari yang begitu menyilaukan membuatnya tak dapat menatap wajah itu. Dia mengalihkan pandangannyakearah kiri dan mendapati sosok yang mirif hiro disana dengan senyuman yang begitu cerah. Ryosuke tampa sadar tersenyum kecil karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Moment (End)
FanfictionCover by@DPrakasanti Summary Terrlalu banyak rahasia dan kesalahan membuat kita terluka dan lupa seperti apa sebenarnya kebahagiaan itu. penyesalan tidak akan mengubah apapun kecuali kepribadian . terlalu banyak kepedihan, salah paham dalam masalalu...