Keputusan

51 3 0
                                    

"Kau sudah memutuskan?" pertanyaan itu memecah keheningan yang terjadi diantara kedua pemuda itu. Pemuda yang bertanya tadi mengangsurkan segelas kecil wine pada pemuda dihadapanya. Pemuda dihadapannya itu menghela nafas, lantas meraih segelas wine itu dan mempermainkannya. Mendorongnya kekiri dan kekanan hingga isinya tumpah mengotori meja kaca itu.

"Yak! Yamada Emu! Jangan menambah nambah pekerjaanku!" pekikan keras itu membuatnya menghela nafas. Pemuda itu mengangkat gelasnya dan meneguk cairan itu cepat. Membuatnya memejamkan mata kuat, menikmati cairan panas itu ditenggorokannya.

TUK

Gelas kecil itu kembali keatas meja. Diletakan sedikit kasar oleh sipeneguknya. Emu, sipeneguk menatap sosok dihadapannya dengan pandangan sayu.

"Aku tidak tau yutti." ujarnya sebelum merebahkan kepala diatas meja. Matanya mengerjap perlahan tampa ada semangat sedikitpun.

"Kau hanya harus memutuskan. Ikuti rencana mereka atau bertindak sesuai dengan.keinginanmu." perkataan itu membuatnya terkekeh sinis. Yuto, sosok pemuda yang baru saja berbicara itu terheran heran dibuatnya.

"Kau sudah mabuk ya?" yuto berdiri lalu pindah duduk disisi kanan emu agar dapat melihat wajah sahabatnya itu. Dia menghela nafas melihat wajah emu sudah memerah. Lalu sedikit bergidik saat sadar ternyata sudah hampir dua botol wine diteguk sedari tadi oleh sahabatnya itu.

"Astaga! Aku tidak sadar kau sudah minum sebanyak ini!"

"Aku akan bertindak sendiri...aku...
Tidak percaya...mereka..." racauan itu terdengar pelan ditelinga yuto. Yuto cepat menatapnya, dia lantas menepuk pipi emu sedikit kencang untuk menyadarkannya. Namun tidak ada respon yang berarti membuatnya menhela nafas lelah.

"Aku akan menelpon kouta niisan untuk menjemputmu." ujarnya kemudian. Baru saja tangan itu meraih ponsel emu yang ada diatas meja, tangan sipemilik sudah lebih dulu menahannya.

"Ja...ngan...aku...tidak...mau..ber....  Temu dia..." ujar emu lemas, dia membalik kepalanya membuat yuto menghela nafas lagi.

"Lalu aku harus menelpon siapa? Hikaru niisan? Yang benar saja! Dia bisa memakiku karna sudah membantumu kabur dari pemakaman."

Yap. Yamada Emu, anak itu sudah seenak hatinya meninggalkan hikaru diarea pemakaman. Meminta yuto untuk menunggunya disisi lain bukit dan kabur dari sana. Sampai saat inipun dia tidak tau apakah hikaru masih menunggunya atau sudah pulang. Hikarupun sama sekali belum menghubunginya padahal waktu sudah menunjukan pukul 7 malam.

"Ini aneh, dia bahkan tidak coba menghubungi ponselmu. Bagaimana dia bisa setenang itu? Emu kun? Hikaru niisan tidak menunggumu disana semalaman kan? Bagaimana kalau dia dimakan hantu yang ada disana?"

"Ti...dak...akan...hantu...itu...tidak...
Akan...meng...gang..gunya...ada... Seto..niichan...yang...akan...men...ja....ganya..."  yuto tersentak mendengar nama seton disebut. Anak itu tersenyum miris.

"Kau pasti sangat tertekan emukun!" ujar yuto pelan. "Aku tidak tau bagaimana jadinya jika aku ada diposisimu. Apa aku bisa sekuat dirimu?" tanya yuto entah pada siapa karena pada kenyataannya emu telah memejamkan mata dalam deru nafas teratur. Sepertinya anak itu tertidur.

@@@@@@

Hiro berjalan cepat meninggalkan daiki dan ryosuke. Pria itu menyembunyikan dirinya dibalik dinding dan.mengeluarkan ponselnya. Dia melirik kekiri dan kekanan sekali lagi sebelum menempelkan ponsel itu ketelinganya. Menghubungkannya dengan seseorang diseberang sana.

"Moshi moshi, tousan?" hiro menghela nafas lega begitu panggilannya tersambung dengan cepat.

"Star? Bagaimana? Kalian sudah tiba?" suara berat disebtang sana terdengar berat dan tegas. Sosok yang dipanggil hiro 'tousan' itu berdehem singkat seolah menetralkan gema suaranya.

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang