Cemas (lanjutan)

65 4 3
                                    

Kota merasa lega saat menangkap sosok seseorang yang tengah menuju kearah mereka dan sosok itu sudah beberapa meter didepannya. Kota yang sudah akan bicara justru dibuat bingung saat hiro tiba tiba berdiri dan...

BUG

"Hiro!!!" kota terbelalak terkejut. Begitu pula seseorang tadi, yang kini terjerembab kelantai dingin rumah sakit dengan sudut bibir yang sedikit berdarah.

"Hiro-kun apa yang kau lakukan?" kota segera beranjak, membantu sosok itu untuk berdiri dan memeriksa wajahnya sekilas. Dia spontan meringis melihat ada luka kecil tercipta disana menandakan pukulan hiro tidak main main.

"Aku tak apa!" ujar sosok itu dan mendorong pelan tubuh kota untuk mundur sementara sosok itu melangkah maju menatap penuh penghakiman pada hiro yang menatapnya tajam.

"Ada denganmu huh? Kau mengajakku berkelahi disaat pertama kita bertemu setelah semua hal yang terjadi??" hikaru, sosok itu. Dia menggertakan gigi karna kesal dan marah. Dia juga menaruh sedikit dendam atas sikap hiro yang mengacuhkan emu selama ini.... Mungkin dua atau tiga pukulan bisa menghapus dendambya itu. Atau mungkin empat? Karna dia cukup tersinggung atas kekasaran hiro barusan.

"Kusso! Kenapa kau memanggil ibuku kemari huh?! Apa yang kau pikirkan!! Kau tidak tau hal buruk apa yang akan terjadi jika orangtua kami ikut campur? Kau tidak lihat sekacau apa disini?!!"  hiro merenggut cepat krah kemeja hikaru, menatapa tidak sabaran pada mata hikaru yang kini berubah gelap.

"Hiro-kun hentikan!" kota maju hendak melerai namun tangan hikaru terangkat, mencegahnya.

"Bukannya mengajaku bicara baik baik, kau malah berpikir untuk mengajakku berkelahi. Aku tak heran lagi sekarang. Sifatmu dan seto jelas jauh berbeda!" hikaru menyentak kuat cengkraman tangan hiro dan mendorong kasar bahu hiro sehingga mundur beberapa langkah.

"Kau tidak tau betapa lembut dan penyayangnya saudara kembarmu itu huh? Betapa sabar dan bijaksananya dia menyikapi tiap masalah. Aku sempat betpikir akan menemukan sosoknya dalam dirimu tapi ternyata aku salah! Kau dan seto jelas jauh berbeda! Sekalipun kalian kembar dan wajah kalian nyaris tak ada bedanya! Seto tetaplqh seto dan kau tetaplah kau! Sosok egois yang pengecut!! Kau mau adik adikmu ada yang mati dulu huh?!! Kau tidak melihat seberapa buruk keadaan emu?? Dia sudah dua kali mencoba bunuh diri!! Demi kamisama! Kau masih berpikir untuk diam saja  dan tidak melibatkan orangtuamu?!!"

Nafas hikaru terengah. Dadanya naik turun dan wajahnya memerah. Ditatapnya benci hiro yang menatap kosong padanya. Tangannya mengepal erat menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan. Karna bagaimanapun, wajah itu tetap membuatnya hanyut dalam kenangan sehingga dia tidak sanggup melukai hiro begitu saja. Rasa rasanya akan sama seperti memukul seto yang begitu dihargainya hingga saat ini, dan dia tidak ingin terbebani rasa bersalah nanti.

"Kau tidak mengenal ibu kandungku, hikaru-kun..." suara lirih hiro membuat hikaru dan kota menaruh perhatian penuh padanya. "Aku dan moon nisan berumur lima tahun saat itu ketika kedua orangtua kami bercerai dan memutuskan membagi hak asuh antara aku dan moon. Ibuku orang yang egois, dia berpikir apa yang dilakukannya adalah hal baik tampa memikirkan bagaimana perasaanku dan moon saat itu. Kami berdua berusaha terlihat baik baik saja karna kami mencoba memaklumi segala keputusannya. Ayahku bahkan tak bisa mencegah apapun keinginannya saat itu. Sama seperti saat ibuku dengan egoisnya meminta agar ryosuke dibawa pergi oleh kami tampa dan menjadi bagian dari keluarga kagami. Dia sosok yang seperti itu...berpikir pendek dan semaunya. Tidakkah kau mengerti? Aku tidak tau apa yang akan dilakukannya nanti jika dia sudah tau apa yang akab terjadi disini? Dengan sifatnya yang seperti itu apa kau pikir dia akan diam saja??"

Endless Moment (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang