Reynal yang baru saja selesai membeli tiket bioskop langsung menghampiri Elin yang sedang duduk sendirian."Sejam lagi," ucap Reynal sambil memasukkan tiket kedalam saku celananya.
Elin mengangkat kepalanya yang semula menunduk fokus kepada ponsel, "masih lama."
Reynal mengangguk, "klauter satu baru semenit yang lalu masuk," ucapnya, Elin hanya mengangguk.
"Mending main dulu ke timezone," usul Reynal.
Elin mengangguk antusias, "boleh tuh," sahutnya. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan berdampingan dengan Reynal, jangan lupakan tangan kanan Reynal yang bertengger manis merangkul bahu Elin.
Reynal membawa Elin ke street basketball setelah membeli beberapa tiket permainan. Namun ekspresi gadis itu tidak seantusias tadi, dia tidak suka permainan yang berhubungan dengan bola. Apapun itu. Dan sekarang, kakaknya ini malah mengajaknya bermain basket, katanya sudah lama tidak menyentuh bola basket.
"Aku nggak jago main basket," ucap Elin sambil menatap bola basket yang ada di depannya dengan tatapan lesu.
"Ck, itu cuma masukin bola ke ring aja," ujar Reynal sambil menunjuk ring yang ada di depan adiknya.
Elin mencebik, "nggak bisa, pasti nggak masuk terus," kesalnya. Manja-satu sifat yang selalu melekat pada diri cewek itu jika sedang bersama Reynal.
Reynal mengacak rambut Elin, "men-co-ba," ejanya. Elin hanya mengangguk kesal, "iya-iya!"
Mereka memulai permainan, Reynal hanya tertawa geli melihat wajah Elin yang kesal setiap bola yang dilemparnya tidak berhasil memasuki ring. Kebalikan dengan Reynal yang mulus memasukkan bola satu persatu kedalam ring.
Karena sudah sangat kesal Elin melemparkan bola ditangannya ke ring dengan kasar, dia memilih tidak melanjutkan permainannya lagi. Reynal langsung menghentikan permainannya melihat adiknya yang malah beranjak pergi, gadis itu malah menuju ke mesin pencapit boneka dan berdiri di depan sana.
"Mau main ini?" Tanya Reynal sambil menunjuk mesin boneka di depan Elin.
Elin mengangguk, "kakak yang main, bonekanya buat aku," jawab Elin disertai cengiran lebar.
Reynal menggeleng, "kakak laper El, makan dulu aja yuk?"
Elin langsung menunjukkan raut wajah malas, malas banget.
"Lagian kamu belum makan dari siang kan? Ngelamun-ngelamun di kafe doang," ucap Reynal sambil menarik Elin kedalam rangkulannya.
Elin akhirnya hanya bisa menurut, "tapi nanti dapetin boneka yang abu-abu itu buat aku ya," ucapnya sambil menunjuk kedalam mesin capit boneka, kepada boneka yang dimaksudkan.
Reynal hanya mengangguk mengiyakan sembari mengacak-acak rambut adiknya dengan gemas.
Reynal dan Elin sibuk dengan makanannya masing-masing. Elin dengan spagetti dan Reynal dengan nasi goreng seafood. Keduanya sedang berada di resto mall yang tidak jauh dari area timezone.
Elin punya kebiasaan buruk sejak kecil yang masih terbawa sampai sekarang, susah makan.
Kebiasaannya itu timbul sejak dia kelas 3 SD, setelah bunda meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dia menjadi malas makan dan tidak mau makan jika bukan bunda yang menyuapi dan memasakkannya. Kebiasaan buruknya terbawa sampai sekarang walaupun dia sebentar lagi akan menginjak umur 17 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Middleman
Teen Fiction❝Sahabat atau kekasih?❞ Kalau dua-duanya bisa kenapa tidak? ❝Bertahan dengan yang sudah lama atau membuka hati untuk yang baru datang?❞ Jika mempertahankan hati milik yang sudah lama tetapi tidak kunjung diberi kepastian buat apa? Jangan jadi orang...