19 - Cosplay jadi Wanted

77 29 0
                                    


Elin mengoleskan selai strawberry keatas roti yang dia pegang, melakukan berulang-ulang sampai olesan yang keempat pada rotinya. Dia meletakkan pisau selai beserta kaleng selai yang sudah dia tutup terlebih dahulu, lalu meneguk susu coklat hangat di gelasnya.

Tangannya meraba ponsel di meja makan yang baru dia aktifkan. Elin menonaktifkan ponselnya terhitung sejak kemarin dia jalan sama Kate. Cewek itu tidak mengaktifkan kembali ponselnya sampai pagi tadi, dan dia baru mengaktifkan sekarang. Alasannya apa Elin juga masih ragu mengungkapkannya. Konyol.

Banyak notif masuk ketika Elin menghidupkan data seluler, dia membiarkan ponselnya bergetar menerima banyak sekali notif. Tangan kanannya meraih satu roti yang tadi sudah dia olesi selai, lalu menggigitnya besar-besar.

Dari banyaknya notif yang dia terima, hanya notif dari Alvan yang dia buka.

Alvan : Sory gue ngaret

Alvan : Lo dimana

Alvan : Gue didepan rumah lo

Alvan : Kok lo nggak nunggu gue ke rumah lo?

Alvan : Lo pergi kemana?

And many more .......

Elin hanya me-read dan tidak berminat membalas pesan dari Alvan. Lalu notif dari Alvan muncul di layarnya kembali.

Alvan : Jangan berangkat dulu

Alvan : Gue jemput

Alvan : Sekarang gue otw

Elin langsung mengantongi ponselnya. Lalu memakan sarapannya dengan cepat, dia harus berangkat duluan sebelum Alvan sampai kerumahnya.

"Bibi!! Aku berangkat dulu!!" Seru Elin ke bi Nani yang sedang mencuci piring. Setengah berlari dia meninggalkan dapur dengan sepotong roti yang masih ada ditangannya.

"Iya non hati-hati," sahut bi Nani.

Baru saja Elin keluar dari gerbag, dari jauh motor Alvan melaju menuju kearahnya. Dia segera berlari ke jalan kecil yang berada di samping rumahnya. Biarlah dia melewati jalan tikus ini untuk sampai ke jalan raya walaupun lumayan memakan waktu daripada berangkat bersama Alvan.

Alvan menghentikan motor di depan pagar rumah Elin, cowok itu turun tanpa mencopot helm dikepalanya. Dia memencet bel didekat pagar berkali-kali, sampai seorang wanita paruh baya yang dia ketahui adalah bi Nani keluar dari rumah dengan langkah tergopoh-gopoh.

Bi Nani membuka pagar dan tersenyum ramah kepada Alvan, "cari non Elin, den?"

Alvan mengangguk, dia membuka kaca helm nya. "Belum berangkat kan?" Tanya nya.

"Baru aja berangkat, kayaknya belum jauh den dari sini," jawab ni Nani.

Alvan mengangguk, "berangkat dulu bi," pamitnya. Bi Nani mengangguk, lalu dia mengangguk samar kearah bi Nani sebelum akhirnya dia melajukan motor menjauh dari rumah Elin.

.
.

"Lo jadi pembaca protokol," putra, si ketua kelas-berkata kepada Elin. Senin ini adalah giliran kelas Elin yang bertugas menjadi petugas upacara.

Elin yang menempatkan posisi di barisan paling belakang para petugas paduan suara melongo, "kok gue? Bukannya si Ina?"

Putra mengangguk, "ina hari ini izin, sakit. Diganti lo, gpl sana," ucap Putra Bossy.

Elin menggeleng keras, "lo gila? Gue nggak bawa topi sama dasi," ucapnya sedikit berbisik. Dia merendahkan tubuhnya agar tertutupi oleh teman-temannya yang lebih tinggi.

MiddlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang