31 - Kesemutan

84 23 0
                                    


Hari ini Alvan datang untuk latihan tanpa ditemani Elin. Semalam ketika mereka berdua video call, Alvan sudah bersikap seperti biasanya. Dia bilang kemarim dia hanya dedikit badmood karena bertemu Zain dan kawan-kawan. Dan dengan mudahnya Elin mempercayainya. Karena setahu Elin, Alvan memiliki hubungan yang kurang baik dengan Zain dkk.

"Elin mana?"

Suara tersebut membuat Alvan mendongak menatap siapa yang bertanya, tidak menjawab langsung karena Alvan kembali menunduk untuk menyelesaikan urusan tali sepatu.

"Lagi marahan lo berdua?"

"Nggak."

"Ck, jangan di bikin sakit hati lagi tuh anak orang."

Alvan menatap Putra, "kenapa?"

"Jadi bener lo lagi marahan sama Elin? Wah bener-bener si anak, gue gibeng lo!" Ucap Putra emosi. Tangan kirinya sudah mengunci leher Alvan membuatnya sedikit kesusahan bernapas.

"Lepas anj—"

"—setan!" Maki Alvan.

Putra tersenyum miring, menikmati tatapan sangar yang dilayangkan Alvan. Lalu dia menepuk bahu Alvan dua kali sebelum dia membisikkan sesuatu kepada Alvan.

"Gue suka Elin dari dulu asal lo tahu aja," ucap Putra berbisik. Lalu langsung lari ngacir menghindari kaki Alvan yang tiba-tiba melayang hendak menendangnya.

Alvan menatap Putra yang sudah berada di tengah lapangan dengan tatapan tidak percaya. Bisa-bisanya dia mengatakannya dengan se watados itu. Tatapan Alvan masih lekat kepada Putra yang kini sedang melakukan pemanasan, lalu senyum miring terbit pada wajah Alvan.

Gue nggak tahu kalau ada banyak yang sayang sama Elin, lo jangan khawatir. Gadis itu baik-baik saja, seperti yang lo harapkan.

.
.

Beberapa hari terakhir ini Elin tidak pernah bertemu lagi dengan Zain dkk. Dan hari ini, akhirnya mereka di pertemukan di sebuah pusat perbelanjaan.

Tadinya Elin datang bersama Kate, cewek itu mengajaknya membeli sesuatu. Karena Elin gabut di rumah, akhirnya dia mengiyakan ajakan Kate. Lagi pula Kate bersedia membelikannya es krim coklat semau Elin.

Namun rasanya sekarang Elin merasa menyesal. Dia melupakan kenyataan bahwa Kate dan Farel adalah sepasang kekasih, mereka memiliki dunianya sendiri. Walau dikata orang mereka bucin sekalipun, mereka tidak peduli.

Seperti apa yang tengah terjadi sekarang. Kate dan Farel bersikap seolah-olah di mall segede dan seluas ini hanya ada mereka berdua, yang lain mereka anggap goib. Kate asik menyuapi Farel dengan es krim, sedangkan Farel merangkul pinggang Kate—tepatnya memeluk.

Mereka bertiga—Farel, Kate, dan Elin duduk di depan toko kaos yang kebanyakan peminatnya adalah laki-laki. Zain dan Alex diantaranya, dua cowok itu sedang sibuk memilih kaos.

Elin hanya perlu menulikan telinga dan mengabaikan kalimat-kalimat yang diucapkan Farel dan Kate sebenarnya, tapi tidak semudah itu. Percakapan sepasang kekasih itu membuatnya menjadi bergidik.

Elin berniat bangkit dari duduk, namun kedatangan Zain dan Alex membuatnya membatalkan niat. Gadis itu menggeser tubuhnya, menyisahkan ruang barangkali Alex dan Zain berniat duduk.

"Elin...."

Suara lembut yang Elin yakini milik Kate membuat Elin hampir tersedak potongan terakhir corn eskrim yang baru saja masuk ke mulutnya. Elin buru-buru menelan corn yang tersisa di mulut, menatap Kate dengan tatapan bertanya-tanya.

"Lo sama kak Zain dan Kak Alex dulu ya, gue mau jalan sama kak Farel," ucap Kate dengan nada lemah lembut. Tidak seperti biasanya. Ekspresi Kate yang seperti itu malah membuat Elin ingin memuntahkan kembali es krim yang beberapa menit lalu sudah masuk ke perutnya.

MiddlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang