Kate menyangga dagunya menggunakan kedua telapak tangan, kedua sikunya dia tumpukan diatas boneka Chimmy milik Elin.Maaf ya Chimmy kalau kamu kesakitan karena Kate, huhu :'(
Kate merasa aneh dengan sahabatnya yang satu itu. Sejak satu jam yang lalu Elin sibuk memilih baju didalam lemari kaca yang berukuran cukup besar. Mau apa sih Elin sebenernya?
"El lo mau pergi kemana sih?" Kate yang sejak tadi cuma diam ngelihatin Elin akhirnya membuka suara.
Elin yang masih memakai piyama biru dengan rambut asal cepol itu tidak menghiraukan pertanyaan Kate. Dia masih fokus mengobrak-abrik isi lemarinya.
"Mau pergi ke acara apa? Biar gue yang pilihin baju biar lo nggak saltum," ucap Kate lagi.
Elin akhirnya menoleh, dia berjalan kearah ranjang. Duduk dipinggir ranjang sambil menggigiti kuku-kuku jarinya, dia bingung sebaiknya harus bilang sama Kate atau tidak.
"Lo mau pergi sama Alvan atau kak Zain nih?" Tanya Kate
Yang ditanya malah sibuk melamun, dia merasa konyol sendiri. Masa iya mau diajak Alvan jalan-jalan biasa aja harus seribet ini.
Elin memilih mengambil ponselnya di nakas, dia membuka kembali roomchatnya dengan Alvan. Cowok itu tidak mengirim pesan singkat lagi setelah pesan Besok gue jemput jam 9 yang dikirim oleh cowok itu semalam.
"Lo mau pergi sama siapa sih? Gue penasaran tau!!" Rengek Kate seperti bayi. Gadis itu menarik-narik ujung piyama yang dikenakan Elin untuk menarik perhatian sahabatnya.
Elin kembali duduk di pinggir ranjang, dia menggerak-gerakkan bibirnya sambil menatap Kate, yang hal itu justru membuat Kate tambah penasaran.
"Alvan ya? Iya kan??" Kate menebak dengan antusias, hal sederhana itu membuat Elin menutup mukanya dengan kedua telapak tangan, dia mengangguk samar.
"Omaigat! Demi apa demi apa?!" Kate histeris, dia memajukan tubuhnya mendekat ke Elin, menggoyangkan kedua bahu Elin dengan heboh.
"Alhamdulillah YaAllah akhirnya Elin jatuh cinta juga sama si Alvan kampret," Kate antusias sendiri seperti orang gila. Dia benar-benar senang sekarang.
Akhirnya, Elin kesayangannya sudah bisa mulai bangkit secara perlahan-lahan.
"Pokoknya kak Rey harus tahu kalau adiknya—"
"Apaan sih lebay banget," Elin melempar boneka berbentuk love warna merah kepada Kate, lalu mencubit pinggang Kate keras-keras.
"AW AW Sakit El Lephass—" Kate mengaduh kesakitan.
"Rasain," desis Elin murka.
Kate mengusap-usap pinggangnya, lalu menatap Elin dengan wajah terluka.
"Kejam banget sih," kata Kate.
Elin menatap jam dinding putih yang berada di dekat pintu, setengah delapan. Dia menatap Kate, "kat, bantu pilihin baju."
Kate tersenyum senang, lalu menjentikkan jarinya. "Serahkan padaku masalah ini," ucapnya. Detik selanjutnya cewek itu meloncat dari kasur dan berdiri di depan lemari milik Elin.
Elin duduk di pinggir ranjang depan lemari sambil mengamati Kate yang mengobrak-abrik deretan dress miliknya. "Kat, kayaknya gue nggak perlu pakai dres deh," ucapnya. Hal itu membuat Kate memutar tubuhnya menatap Elin.
"Oh iya kan lo belum bilang mau pergi kemana, ke acara apaan," Kate menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "bingung deh gue."
Elin meringis, "Alvan gak bilang mau pergi kemana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Middleman
Fiksi Remaja❝Sahabat atau kekasih?❞ Kalau dua-duanya bisa kenapa tidak? ❝Bertahan dengan yang sudah lama atau membuka hati untuk yang baru datang?❞ Jika mempertahankan hati milik yang sudah lama tetapi tidak kunjung diberi kepastian buat apa? Jangan jadi orang...