17 - Dating

83 30 0
                                    


Malam minggu, sad night untuk Elin yang notabenya tidak ada pasangan.

Gadis itu berjalan di pinggir trotoar sembari memetik dedaunan dan membuangnya asal. Tidak patut dicontoh. Dia bukan tipikal cewek yang suka keluar malam minggu atau suka banget keluar buat caper sama cowok-cowok ya, enggak banget.

Dirumahnya sepi, dia bosen. Dia baru mendapat kabar kalau kakaknya tidak jadi pulang dalam waktu dekat ini karena belum kelar urusan. Dia juga baru saja kerumah Kate buat memgajak cewek itu makan dimana diluar atau jalan-jalan kemana aja yang penting nggak dirumah, tapi ternyata Kate sedang keluar sama Farel. Dan itu sad banget gak sih? Dia jauh-jauh naik ojol kerumah Kate malam-malam begini demi menghabiskan malam minggu bersama sahabat, eh sahabatnya malah pergi sama pacar. Ini sad banget sumpah.

Memang sih salah Elin yang nggak ngontak Kate duluan, jadi gini kan ujungnya?

Dan akhirnya, Elin lebih memilih ke supermarket buat beli cemilan sebanyak-banyaknya. Terpaksa marathon drakor lagi, padahal belum ada rekomendasi drakor terbaru yang bagus dari Kate.

Elin mendorong pintu supermarket dengan lesu, sampai-sampai pintu kaca tersebut tidak bergerak sedikitpun. Namun tangan kekar dibelakangnya mendorong pintu kaca tersebut sampai terbuka, Elin baru melangkah masuk kedalam supermarket.

"Lagi sakit mbak?" Cowok yang membantu Elin membuka pintu supermarket itu rupanya berjalan di belakang Elin.

Elin tidak berniat membalas pertanyaan cowok itu, sampai cowok itu berdiri didepannya mengambilkan keranjang belanja untuk Elin.

"Pacar lo kemana? Kok malam minggu sendirian?"

Dan suara itu membuat Elin menatap sepenuhnya si lawan bicara, Nathan.

.
.

Makan malam di restoran bintang lima sudah menjadi hal biasa untuk Zain dan keluarganya. Yang tidak biasa, makan malam kali ini dihadiri dua keluarga. Keluarga Zain dan keluarga Sandra.

Zain tidak tahu kalau dinner kali ini bakal dihadiri oleh keluarga kecil Sandra. Kalau sudah begini pasti akan menjurus kepada pembicaraan serius tentang hubungan antara Zain dan Sandra.

Jika saja Zain tahu akan seperti ini jadinya, dia lebih memilih kabur ke rumah Alex atau kalau tidak ke apartemen Farel.

"Kita langsung ke intinya saja karena saya tidak bisa berlama-lama, ada pertemuan dengan klien saya malam ini," ucapan papa Sandra membuat kelima orang yang duduk melingkari meja kaca itu menjadi terpusat kearahnya. Pria dengan jas warna abu itu meletakkan kedua tangannya diatas meja.

"Iya benar, jadi kita atur waktu kapan acara pertunangan Sandra dan Zain akan diselenggarakan," ini suara Papa Zain. Pria paruh baya yang memiliki wajah hampir mirip dengan Zain itu membuka suara.

Hal itu membuat Sandra menghentikan aktivitas mengunyah makanannya, dia memusatkan perhatian penuh kepada papa Zain dan papanya. Matanya melirik Zain sebentar, cowok itu hanya diam dengan ekpresi datar seperti biasa.

"Tunangannya selesai mereka ujian nasional aja pah, gimana?" Veronica bersuara, mama modis yang merupakan mama Zain itu selalu menampilkan senyum sumringah.

"Ujian nasional sekitar dua bulan lagi kan, San?" Tanya mama Sandra, dan Sandra hanya mengangguk.

Veronica menepuk pundak Sandra, "kamu kok dari tadi diem, nggak seperti biasanya, kenapa sih?"

Sandra tersenyum tipis, "nggak papa tan."

"Sandra itu moodyan banget, lagi dalam mode badmood deh kayaknya," sahut mama sandra sambil terkekeh pelan, diikuti gelengan kepala oleh mama Zain.

MiddlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang