35 - Drama ABG

80 26 0
                                    


Reynal yang baru saja datang berhenti tepat disamping Alvan yang berdiri mematung menatap Elin dan cowok itu berpelukan.

Hal itu juga berlaku untuk Kate dan Farel. Kedua anak manusia itu berdiri ditempat mereka masing-masing begitu melihat siapa cowok yang memeluk Elin. Kate memejamkan matanya lalu membuka matanya, dia melakukannya berulang-ulang kali memastikan apakah cowok itu nyata atau hanya halusinasinya. Begitupun Farel. Dia mengucek matanya memastikan apakah dia salah lihat. Tapi memang kenyataannya ini nyata.

"Kak itu beneran..."

"Kalian kaget ngelihat gue?" Tanya cowok itu setelah mengurai pelukannya bersama Elin.

Elin masih menangis, bahkan sudah sesenggukan. Alvan tidak tega melihat gadis itu menangis. Dia ingin merangkulnya, ingin menghapus air matanya, juga ingin memeluk erat. Tetapi dia tidak bisa.

Dalam diri Alvan menyuruhnya untuk menghampiri Elin dan memeluk gadis itu erat-erat. Namun tubuhnya seolah tidak mau bergerak. Tubuh Alvan masih berdiri kaku, tidak bereaksi apa-apa. Hatinya yang bergemuruh. Sakit, panas, sedih, bersatu padu. Alvan tidak bisa menangis, dadanya sesak.

Sampai dekapan secara tiba-tiba dari cowok itu membuat Alvan seolah ditarik dari kubangan kesedihan, dia merindukan pelukan ini. Pelukan hangat seorang sahabat. Sejenak, Alvan melupakan sakit hatinya. Tangannya terulur membalas pelukan sahabatnya.

"Gue kangen lo," ucap cowok itu.

Alvan mengangguk, menepuk punggung sahabatnya beberapa kali sebelum akhinya mengangguk. "Gue juga."

"Ini ada apa? Kok bisa... plis jelaskan ke kita," ucap Kate.

Elin ikut mengangguk setelah gadis itu menyeka kasar air matanya, mendekati Reynal dan menarik tangan cowok itu, "kak jelasin.."

Reynal mengangguk dan mengelus lembut belakang kepala Elin, "ayo masuk, kakak jelaskan semuanya."

.
.

"Lho, kalian mau ngapain kesini?"

Alex yang memegang kaleng cola menatap Fano sinis, "ada larangan kita nggak boleh kesini?" 

Fano menatap Alex malas, lalu memilih tidak peduli dengan Alex dan Zain yang malah menghampiri coach Arnold yang sedang duduk di bangku lebar berbahan bambu.

"Alvan belum balik?" Tanya Galang, baru saja datang dari dalam penginapan sembari membawa satu basket keranjang berisi penuh jagung yang siap bakar.

Fano menghentikan aktivitas kipas-kipasnya, "lah, iya?"

Galang meletakkan wadah jagung tersebut di meja yang sudah berisi potongan daging, sosis, dan juga bakso yang sedang Putra oleskan bumbu.

Fano mengedarkan tatapannya kepada anak-anak yang duduk di teras penginapan, meneliti satu persatu diantara anak-anak tersebut yang sedang bercanda gurau barangkali ada Alvan yang terselip disana. Nyatanya memang tidak ada.

"Di kamar nggak ada?" Tanya Fano.

Galang menggeleng, "dia bahkan belum kesini buat ganti baju," jawabnya.

"Habis selesai tadi gue lihat Alvan nyamperin Elin, terus mereka pergi nggak tahu kemana," sahut Putra yang masih sibuk mengolesi bumbu pada sosis.

MiddlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang