24 - Move On?

79 25 0
                                    


Bayi tua : Pulang beli Es krim stravaco

Bayi tua : Tepati janjimu kakak Pina yang paling ganteng yang paling pina sayang 😚

Alvan berdecak kesal setelah membaca isi chat dari adiknya. Dia melemparkan ponselnya ke matras yang berada di samping tempat duduknya, tangannya terulur menerima air mineral yang disodorkan oleh Fano.

"Thanks," ucap Alvan. Lalu cowok itu segera meneguk setengah dari isi botol air mineral tersebut.

Karena gabut di rumah Alvan, Fano dan Galang lebih memilih mengajak Alvan ke tempat fitness. Mereka bertiga sudah lebih dari lima jam berada di tempat ini. Alvan tidak menolak ajakan Fano dan Galang karena dia sudah lama sekali tidak meregangkan otot-ototnya seperti, dan terlebih disini gratis. Iya gratis, kan Fano yang punya tempat ini.

"Bjirr perutlo menggoda sekali," ucap Galang yang baru selesai dengan aktivitas angkat bebannya.

Cowok itu mendekat kepada Alvan setelah merebut minuman ditangan Fano, lalu tangan kirinya menyentuh perut Alvan yang membuat si pemilik perut refleks menepis tangan Galang.

"Nakutin si anjing," ucap Alvan sembari menjauh dari Galang.

Fano terkekeh, "salah satu alasan gue nggak pernah copot kaos, ya gitu karena si curut ini suka raba-raba perut sikpek gue," ucap Farel sambil menunjuk-nunjuk Galang dengan jari telunjuknya.

Alvan bergidik ngeri, "jangan bilang kalau dia gay," ucapnya ngeri.

Galang langsung berdiri dari duduknya, menimpuk kepala Alvan dan Fano secara bergantian menggunakan botol air mineral yang sudah kosong. "Mulut lo pengen gue kecup," ucapnya dengan gemas.

Alvan semakin bergidik ngeri, "anjir beneran gay." Lantas mengambil kaosnya yang terletak di matras bersama jaket, celana, dan ponselnya.

Galang cemberut menatap Fano dan Alvan. Dia tidak gay kok guys suer!!! Demi apapun suer!! Galang cuma iri aja sama perut Alvan yang ternyata kotak-kotak kek roti lima rebuan yang pernah Galang lihat di kantin. Kalau perut Fano jangan ditanya bulet apa lonjong, secara kan dia punya tempat beginian pasti nge-gym terus. Disini Galang merasa gagal jadi laki-laki, perutnya tetap buncit walaupun setiap minggu dia dateng ke tempat ini.

Bagaimana tidak buncit kalau datang cuma mau update instatory. Biar kelihatan kayak cowok—ya gitulah.

Farel menggelengkan kepala karena sikap Galang, lalu melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, "udah sore udah mau tutup nih tempat, sana buruan pulang lo pada," ucapnya mengusir.

Alvan yang baru selesai memakai jaketnya mengangguk, menepuk-nepuk bahu Fano, "bro besok gue kesini lagi tapi gratis ye," candanya.

Fano mengangguk, "siap bro asalkan adek lo buat gue, muehehehe."

Alvan menunjukkan kedua jempolnya kepada Fano, "silahkan ambil aja tuh bocah, gue nggak peduli.".

Fano terkekeh, "sip Sip ntar malem gue ambil."

Galang yang menyimak dengan saksama perbincangan singkat antara Fano dan Alvan, refleks menendang betis Fano membuat Fano mengaduh kesakitan, dikira nendang bola apa gimana si Galang. Nendang betis Fano kenceng amat.

"Setan! anjing!" Maki Fano, lalu dia membalas menendang betis Galang. Tetapi tidak tepat sasaran.

"Jangan berani-beraninya lo rebut adek Alvan dari gue, setan," geram Galang. Lalu menonjok lengan Fano yang berkeringat.

Alvan yang mendengarnya hanya berdecak dan menggelengkan kepala, "kalau kalian berdua mau ya bagi dua aja, ribet," ucapnya sembari memakai sepatu.

MiddlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang