25 - Orang Gila

78 23 0
                                        


Elin menatap ponselnya berkali-kali, mengharap ada panggilan masuk dari Reynal. Atau setidaknya pesan singkat.

Sejak semalam perasaan Elin tidak enak mengenai kakaknya, takut terjadi apa-apa. Ponsel Reynal juga belum aktif sampai sekarang. Elin benar-benar takut, Reynal itu satu-satunya untuk Elin.

Elin menggelengkan kepala mencoba menepis pikiran buruknya. Gadis itu segera meloncat dari kasur dan mengambil sneakers putih di dekat pintu kamar mandi. Setelah memakainya, Elin menyambar tas selempang diatas meja belajar.

Elin berencana ke caffe milik Reynal. Jam segini biasanya jarang ada pelanggan dan pekerja pasti sedang istirahat. Elin ingin bertemu seseorang, mungkin saja dia tahu tentang Reynal. Seperti itu pikir Elin.

"Astaga!" Kaget Elin.

Baru saja dia membuka pintu kamarnya sudah dikejutkan dengan sosok laki-laki berkaos hitam tepat di depan pintu.

Kenapa harus pakai kaos hitam, kan jadi tambah ganteng.

"Ngapain?" Tanya Elin. Gadis itu segera menutup pintu kamar dan berjalan menuruni tangga satu persatu. Sedangkan Alvan berjalan mengekor Elin.

"Mau kemana?" Tanya balik Alvan.

"Lo ngapain ke sini?"

Alvan berdecak, "di tanya tuh bukannya ngejawab malah tanya balik."

Elin ikut-ikutan berdecak, "gue duluan yang tanya, jadi jawab dulu pertanyaan gue bukan malah tanya balik."

"Ck. Gue kesini mau ketemu lo lah masa iya mau ketemu bi nani," ucap Alvan mengalah.

Memang kodrat cowok itu mengalah ke cewek. Kalau cowok gak mau ngalah itu namanya ciki.

Diam-diam Elin tersenyum. Gadis itu tidak berniat menanggapi pertanyaan yang tadi dilontarkan Alvan. Sampai mereka benar-benar keluar dari rumah, Alvan meraih pundak Elin lalu merangkulnya.

"Lo mau kemana?" Tanya Alvan.

Elin diam. Menetralkan detak jantungnya. Cukup lama diam dia akhirnya memilih menjauhkan tangan Alvan dari bahunya terlebih dahulu. Lalu berjalan menuju gerbang rumah.

Alvan mengejar langkah Elin, lagi-lagi merangkul Elin tanpa memikirkan detak jantung gadis itu yang tidak bisa terkontrol.

"Mau kemana biar gue anter," ucap Alvan. Cowok itu menarik tangan Elin menuju dimana motornya terparkir.

"Kemana oy bengong ae lo," ucap Alvan, menarik pipi sebelah kiri.

"Kafe kemarin," balas Elin.

Alvan mengangguk, memberikan helm untuk Elin pakai, "habis dari kafe, gue mau ngajak lo kerumah, karena orang gila mau ketemu sama lo," ucap Alvan.

Elin menghentikan aktivitas memakai helmnya sejenak, tapi dengan cepat dia meneruskan membenarkan pengait helm agar tidak copot di kepalanya.

"Mau ngajak gue ketemu sama orang gila?" Tanya Elin tidak habis pikir.

Aneh banget. Biasanya cowok kalau ngajak cewek kerumah kan mau dikenalin sama orang tuanya.

Alvan menepuk helm yang dipakai Elin pelan, lalu menarik kaca helm tersebut hingga menutupi seluruh wajah gadis itu. Hal itu membuat Elin memberengut kesal.

"Ke kafe kemarin lagi karena lo lagi sedih?" Tanya Alvan.

Elin berdecak, cowok didepannya ini memang banyak tanya. Elin menarik kaca helm keatas hingga membuat wajahnya kembali terlihat oleh Alvan, menatap cowok itu dengam senyum manis.

MiddlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang