Part 39

2.9K 123 0
                                    

**

Calista dan Keanu pulang ke rumah pukul empat sore, mereka langsung menuju kamar mereka masing-masing.

"Kembalilah ke kamar kita, Calista," pinta Keanu pada istrinya saat wanita itu hendak masuk ke kamarnya sendiri. Calista diam, ia masih marah dengan pria itu.

"Kumohon."

Calista menghembuskan napasnya kasar lalu berbalik menuju kamar pria itu, meninggalkan Keanu yang tersenyum tipis walau masih diacuhkan istrinya. Namun setidaknya, Calista masih mau menuruti permintaannya.

**

Malam harinya, Calista duduk menyandar di kepala ranjang seraya membaca artikel tentang bayi di tab-nya. Keanu menghampiri istrinya tersebut dengan mengambil tempat di samping wanita itu.

"Kalau boleh tahu, memangnya Bu Minah sakit apa?" tanya Keanu.

"Gagal ginjal, namun belum kronis," jawab Calista tanpa menatap pria itu.

"Gagal ginjal?!!" Keanu terkejut, ia merasa sedih sekali saat tahu wanita paruh baya tersebut menderita penyakit yang cukup serius.

Calista mengangguk mengiyakan lalu meletakkan tab-nya ke nakas. Ia menghela napasnya pelan lalu menoleh ke arah Keanu.

"Ken," panggilnya.

"Ya," Keanu menatap istrinya.

"Ehm, seandainya Bu Minah tinggal dengan kita di sini, apa boleh?"

"Ya aku sih boleh-boleh saja, asalkan beliau mau dan ayah mengijinkan," jawab Keanu setelah beberapa menit terdiam.

"Aku akan meminta ijin ayah besok dan aku yakin dia pasti mengijinkan."

Keanu mengangguk, "Sebaiknya kau tidur sekarang, sudah malam."

Calista menurut dan mulai membaringkan tubuhnya. Keanu menyelimuti tubuh mereka lalu menunduk untuk mengecup perut buncit istrinya.

"Selamat tidur, sayang. Jangan bikin bunda lelah ya, jangan nakal di dalam," pesan Keanu pada buah hatinya. Calista yang melihat interaksi itu hatinya menghangat, namun ia mengabaikan itu dan langsung memejamkan matanya.

**

Keesokan harinya, keluarga Pranata termasuk Tuan Pranata yang telah pulang dari perjalanan bisnisnya, menikmati sarapan bersama di ruang makan. Mereka dengan khidmat menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Bi Nur.

Calista melirik ayahnya beberapa kali, ia mengambil gelas minumnya lalu meminumnya sedikit. Ia berdehem pelan lalu menatap ayahnya.

"Ayah," panggilnya.

"Hm."

"Ayah, beberapa bulan ini aku memiliki teman. Dia wanita paruh baya yang pernah aku tolong saat di keroyok debt collector, namanya Bu Minah. Sampai saat ini, aku masih berhubungan baik dengannya, bahkan sudah aku anggap layaknya ibu kandung. Dan satu bulan terakhir ini beliau sakit, sakit gagal ginjal namun belum kronis. Aku kasihan padanya, dia hidup sebatang kara dan tak punya saudara satupun. Selama ini aku masih bisa merawatnya saat berkunjung ke sana, namun melihat kondisiku sekarang nampaknya tidak mungkin aku harus bolak-balik sana-sini. Apalagi Ken juga melarangku bepergian," jelas Calista.

"Menurut ayah, suamimu itu benar. Kandunganmu sudah delapan bulan dan sebentar lagi persalinan. Tidak baik bila kamu bepergian."

"Tapi yah kalau tidak ada yang merawat, beliau akan jatuh sakit lagi bahkan bertambah parah. Aku sebenarnya juga berpikir kalau lebih baik beliau tinggal di sini sementara, selain aku bisa merawatnya, ada pelayan lain yang juga merawatnya. Jadi aku lebih tenang akan keadaannya. Apa ayah mengijinkan beliau tinggal di sini sementara?" tanya Calista.

BENCI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang