Part 44

4.5K 116 1
                                    

**

Calista memandang haru makhluk mungil nan lucu di gendongannya. Ia tersenyum melihat buah hatinya telah lahir setelah satu jam proses persalinan. Sungguh tidak ada lagi hal yang lebih bahagia daripada ini.

"Viano Harris Pranata," ujar Keanu yang berada di samping istrinya. Ia masih dengan setia menemani Calista sejak persalinan tadi.

"Viano Harris?" tanya Calista.

"Ya, aku ingin nama kecilku tersemat di nama putra kita. Penggabungan nama kedua keluargaku yang aku sayangi."

"Itu nama yang bagus, aku suka."

Keanu tersenyum, "Aku mencintaimu dan putra kita," ujar Keanu lalu mencium pelipis Calista. Calista terdiam, ia tak mampu berkata apapun, yang ia rasakan hanya detakan jantungnya yang tak beraturan seakan ingin melompat keluar.

"Aku tadi sudah dikabari ayah bila operasi ibu berhasil dan sudah dipindah ke ruang rawat. Dan aku juga minta kau untuk dipindah ke ruang yang sama dengan ibu."

Calista tersenyum mendengar penjelasan Keanu. Ia masih tidak bisa berkata apapun. Namun setidaknya ia bersyukur ibu mertuanya telah melewati masa kritis.

**

Di sisi lain, seseorang yang terbaring di ranjang rumah sakit pasca operasi mulai mengerjapkan matanya. Ya! Dia adalah ibu Keanu, Clara.

Tuan Pranata yang menunggu wanita paruh baya tersebut tersenyum senang saat sahabatnya mulai siuman. Beliau pun memanggil dokter untuk mengecek keadaan wanita paruh baya tersebut. Tak lama kemudian dokter yang menangani Nyonya Clara datang dan memeriksa kondisinya.

"Nyonya Clara sudah lebih baik pasca operasi, sekarang pun kondisinya sudah stabil," ujar sang dokter setelah memeriksa Nyonya Clara.

"Syukurlah, terima kasih dokter," sahut Tuan Pranata.

"Sama-sama, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu."

Setelah kepergian sang dokter, Tuan Pranata menatap wajah pucat sahabatnya.

"Bagaimana keadaanmu Clara? Apa masih ada yang sakit?" tanya Tuan Pranata.

"Aku sudah lebih baik, Hans. Terima kasih atas semua yang sudah kau lakukan untukku dan putraku."

"Tidak perlu berterima kasih padaku, Cla. Semua memang kewajibanku sebagai ayah angkat Ken dan juga sahabatmu."

"Betapa beruntungnya aku memiliki sahabat sepertimu, Hans."

Tuan Pranata tersenyum, "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu, Cla. Bila Maria masih hidup, aku yakin dia akan amat senang bertemu kembali denganmu."

"Oh ya, di mana Ken dan juga Calista?"

"Mereka di ruang bersalin. Tadi saat menunggumu operasi, Calista tiba-tiba kontraksi dan akhirnya dibawa Keanu ke ruang bersalin. Dan saat ini kita resmi menjadi seorang Opa dan Oma," ujar Tuan Pranata seraya terkekeh.

"Syukurlah, lalu bagaimana keadaan mereka?"

"Mereka sehat, Cla. Ibu dan bayinya."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Cucu kita seorang jagoan, Cla."

"Benarkan apa yang kubilang waktu itu, kalau anak Calista adalah laki-laki."

"Kau pernah merasa begitu?"

"Iya, dulu waktu aku masih menjadi Minah dan belum tau bila Calista menantuku."

Lalu mengalirlah obrolan-obrolan antara sahabat yang lama berpisah itu. Hingga ketukan pintu membuat mereka menghentikan obrolan mereka untuk melihat siapa yang datang.

"Calista! Ken!" ujar Tuan Pranata.

"Ayah! Ibu! Ken memang sengaja memindahkan ruang rawat Calista sama dengan ibu," jelas Keanu karena Calista masuk ke ruangan dengan ranjangnya dan juga putra mereka dalam gendongan wanita itu. Kedua orangtua mereka mengangguk mengerti.

Keanu mendekati ibunya setelah ranjang Calista di letakkan di samping ranjang Nyonya Clara. Sedangkan Tuan Pranata sendiri memilih untuk menengok cucunya yang sedang berada di gendongan putrinya.

"Bagaimana keadaan ibu? Apa masih sakit?" tanya Keanu.

"Ibu sudah lebih baik, Ken."

"Syukurlah, aku sangat khawatir bila ibu meninggalkanku untuk yang kedua kalinya."

Nyonya Clara tersenyum, "Ibu tidak akan meninggalkanmu lagi, nak. Ibu tidak sanggup bila jauh darimu lagi."

"Hey Cla, lihatlah cucu kita! Lucu sekali," ujar Tuan Pranata seraya memperlihatkan baby Vian kepada sahabatnya.

"Tampan sekali. Persis dengan Ken waktu kecil."

"Siapa namanya, Ken?" tanya Tuan Pranata.

"Viano Harris Pranata."

"Harris," gumam Nyonya Clara terharu.

"Iya, bu. Aku ingin nama alm. ayah juga tersemat di dalam nama putra kami."

"Siapa nama panggilannya?" tanya Tuan Pranata.

"Baby Vian, ayah," sahut Calista.

"Okay Baby Vian, cucu tampan Opa. Kau sangat menggemaskan sekali sayang."

Semua orang yang ada di ruangan itu tersenyum bahagia bermain bersama Baby Vian. Anggota baru keluarga Pranata dan juga Harris. Sosok makhluk mungil penyatu dua hati yang seharusnya menjadi satu sejak dulu.

**

THE END


**

Hhhh akhirnya drama yang satu ini selesai juga

Gimana pendapat kalian setelah membaca ini sampai akhir? Please comment di bawah ya

Thank you semua

Tunggu epilognya......

**

BENCI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang