Part 18

2.6K 117 2
                                    

**

Di sebuah ruangan yang disinari oleh sinar mentari pagi, seorang gadis dengan wajah sembab dan sayu memandang kosong wanita yang sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit. Sudah tiga hari ia dengan setia menunggu di sini, namun belum ada tanda-tanda siuman dari wanita tersebut, seakan dunia di sana lebih indah dari pada di sini.

"Kapan ibu akan bangun? Calista sudah merindukan ibu. Calista ingin ngobrol dengan ibu lagi," bisik Calista lirih di samping ibunya.

"Bu, jangan tinggalin Calista, jangan tinggalin kami. Ibu harus kuat, harus sembuh dan Lista yakin kalau ibu pasti bisa. Ayo Bu, bangun dan kembali bersama kami lagi," ujar Calista penuh harap.

Ceklek

Seorang pria paruh baya masuk ke dalam ruang rawat Nyonya Maria dan memandang sendu keadaan di dalam. Perlahan, ia mendekati gadis yang sedang menggenggam tangan wanita yang tergolek lemah di brankar rumah sakit.

"Istirahatlah dulu sayang, biar sekarang ibu ayah yang jaga," ujarnya.

"Calista masih ingin menunggu ibu siuman, yah."

"Tapi kamu juga perlu istirahat, sayang. Percayalah, ibu pasti tidak akan senang bila melihat keadaanmu saat ini."

"Tapi yah-"

"Calista, bila kamu tidak mau istirahat lalu kamu juga jatuh sakit bagaimana? Ibu pasti sangat sedih bila itu terjadi, dan bukan cuma ibu, ayah juga akan sangat sedih. Ayah tidak mau lagi melihat orang-orang yang ayah sayangi jatuh sakit, cukup kali ini dan jangan lagi."

Calista memandang ibunya sekali lagi, kalau dipikir kembali, memang benar apa kata ayahnya. Namun, ada sedikit rasa keberatan dalam hatinya bila jauh dari ibunya saat ini.

"Ayah suruh Ken ke sini ya, nanti pulangnya bareng Ken," tawar ayahnya.

"Tidak usah, yah. Nanti Calista pulang sendiri saja, naik taksi," sahut Calista cepat.

"Ya sudah kalau begitu, hati-hati di jalan sayang."

Calista mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya, "Kabari Calista bila ibu sudah siuman, yah."

"Pasti, sayang."

Setelah itu Calista keluar dari ruangan ibunya dan memesan taksi online.

**

Keanu kembali ke ruangannya setelah seharian penuh meeting menggantikan ayahnya. Ia duduk di kursi kebesarannya dan mengambil segelas air mineral di atas mejanya lalu meneguknya cepat. Ia melihat jam tangan Eigner yang melingkar di tangan kokohnya, di situ menunjukkan pukul delapan malam.

"Huh," desahnya lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Keanu melamun dan terbayang wajah sedih Calista tiga hari yang lalu.

"Semuanya memang salahku, harusnya aku bisa menjaga ibu lebih baik lagi. Dan aku telah mengecewakan ayah dan Calista dengan tidak memberitahu mereka akan penyakit ibu," bisik Keanu penuh sesal.

Drttt Drtttt

Getaran ponselnya menyadarkan dirinya. Setelah melihat ID Callernya, ia mengangkat telepon itu.

"Halo, yah," sapanya.

"Ibu sudah siuman?! Baiklah, Ken ke sana sekarang."

BENCI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang