Part 28

2.8K 127 2
                                    

**

Pagi ini Keanu telah siap untuk berangkat ke Australia. Calista membantu pria itu menyiapkan perlengkapannya. Namun ada yang berbeda dari wanita itu hari ini, wajahnya sedari pagi murung seperti mendung. Ia masih memikirkan mimpinya semalam, walau hanya sebatas bunga tidur, namun entah kenapa ia merasa berat mengijinkan Keanu pergi.

Cup

Kecupan di pipinya menyadarkannya kembali ke dunia nyata, ia menatap Keanu yang saat ini memandangnya bertanya.

"Apa yang mengganggu pikiranmu sejak pagi tadi?" tanya Keanu.

Calista diam tak menjawab, ia menundukkan pandangannya ke arah lantai.

"Apa masih tentang mimpi semalam?" tebak Keanu. Lagi-lagi Calista diam, membuat Keanu menghembuskan napasnya pelan lalu berjongkok di depan istrinya.

"Jika memang benar-benar kau berat mengijinkan aku pergi, maka aku akan batalkan penerbangannya sekarang. Aku akan menyuruh Dion mewakiliku. Aku tidak tenang meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini," ujar Keanu.

Calista memandang Keanu sesaat lalu menghembuskan napasnya pelan, "Pergilah, aku tidak papa. Mungkin ini hanya pikiran negatifku saja. Lagi pula, meeting ini sangat penting dan kasian Dion bila harus mengurus semuanya sendiri," ujar Calista.

"Kau yakin?"

Calista mengangguk yakin dan membuat Keanu tersenyum.

"Aku berjanji akan menyelesaikannya secepat mungkin."

Calista tersenyum dan mengangguk.

**

"Kabari aku jika kau sudah sampai di sana," pesan Calista pada Keanu saat mengantarkan pria itu ke halaman depan.

"Pasti."

"Ya sudah, kalau begitu aku berangkat dulu."

Keanu masuk ke dalam mobil lalu mulai meninggalkan kediaman keluarga Pranata. Setelah Keanu pergi Calista masuk ke dalam rumahnya kembali.

"Huh laparnya," desahnya lalu ia menuju dapur dan membuka kulkas. Di sana ia menemukan sekotak ice cream, roti tawar, dan beberapa salad buah. Ia mengambil satu salad buah dan membawanya ke meja makan. Ia menyantap salad buah itu dan betapa nikmatnya saat salad itu masuk ke dalam mulutnya. Dengan lahap ia memakan salad itu hingga tandas.

"Dulu ibumu juga begitu, di awal kehamilannya tidak mual-mual, namun sensitif sekali. Setelah menginjak lima bulan baru merasa mual-mual. Coba di cek saja ke dokter, siapa tahu kamu memang beneran hamil."

Calista menghentikan makannya saat kata-kata ayahnya terngiang kembali di kepalanya.

"Apa benar aku hamil?" bisiknya.

"Ck! Lebih baik aku cek saja ke dokter, beneran hamil atau tidak. Namun.... kalau beneran hamil bagaimana?" tanyanya risau.

"Duh, semoga saja tidak."

**

Keanu menatap kaca jendela di samping tempat duduknya di pesawat. Ia masih memikirkan keadaan istrinya sampai saat ini. Ia merasa khawatir akan istrinya akhir-akhir ini.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Ken?" tanya Dion yang berada di samping Keanu.

Keanu menggelang, "Apa semua materinya sudah siap?" tanya Keanu mengalihkan pembicaraan.

"Sudah siap semuanya, kau tinggal eksekusi saja nanti."

"Aku ingin meeting ini cepat selesai."

"Ouwww, pengantin baru pasti sangat merindukan istrinya dan tidak kuat jauh-jauh dengan sang istri," goda Dion yang sangat tepat sekali.

"Apa sih, aku hanya ingin semuanya cepat selesai dan tidak bertele-tele. Masih banyak pekerjaanku di kantor," elak Keanu.

"Ck! Bilang saja benar apa yang kukatakan."

"Diamlah, yon."

Keanu memilih tidur dalam perjalanan daripada meladeni ke-absurd-an pria di sampingnya.

**

Calista keluar dari ruang dokter kandungan dengan wajah datar. Ia melangkah pelan menyusuri koridor untuk pulang. Ia menyentuh perutnya dan perlahan senyumnya mengembang.

"Aku hamil," bisiknya.

"Aku benar-benar hamil," ujarnya dengan senyum di wajahnya dan mengelus perutnya yang masih rata.

"Aku harus memberitahu ayah dan Ken."

Namun sedetik kemudian ia teringat kembali dengan mimpinya, ini sama persis dengan yang terjadi di dalam mimpinya.

"Semoga saja tidak terjadi apa-apa kedepannya," doanya.

Calista meneruskan langkahnya menuju parkiran seraya terus berdoa dalam hatinya. Namun, sebelum pulang ia menuju supermarket dulu untuk membeli susu ibu hamil.

**

Calista turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah. Ia menuju kamarnya dan duduk di ujung ranjang.

Drrtttt

Drrtttt

Getaran ponselnya mengalihkan perhatiannya, ia mengambil ponselnya yang ada di tas dan mengangkatnya.

"Halo," sapanya.

"Lista."

"Ken."

"Iya, aku baru saja tiba di hotel tempat diadakannya meeting," beritahu Keanu.

"Oh, syukurlah."

Calista terdiam memikirkan sesuatu, ingin sekali rasanya mengatakan pada pria itu bahwa saat ini ia sedang mengandung. Namun ia urungkan karena waktunya tidak pas, mungkin lebih baik saat nanti pria itu pulang.

"Lista," panggil Keanu karena tak ada sahutan dari istrinya.

"Eh, iya. Kenapa?"

"Kau tidak papa?"

"Aku baik-baik saja."

"Ya sudah kalau begitu, aku siap-siap untuk meeting dulu. Doakan agar cepat selesai."

"Iya."

"Bye."

"Bye."

Setelah sambungan ditutup, Calista menatap foto hasil USG nya dan mengelusnya pelan.

"Anak ibu," bisiknya haru.

**

Oke...

Sampai di sini maafkan aku ya part ini pendek, nggak tahu lagi harus gimana huhuhu

Ideku untuk part ini udah mentok sampai di sini hadehhh

Tunggu part selanjutnya ya

See you....

BENCI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang