Brumm bruumm..
Suara derum motor terus bersahutan membuat kepala Gilva rasanya ingin pecah saat ini juga. Di posisi seperti ini benar benar membuat tangan Gilva berkeringat dingin. Walaupun bukan pertama kalinya, tapi tetap saja Gilva merasa gugup. Pernah suatu hari ia di kepung anak motor bersama daddynya dan tapi saat itu tidak sebanyak sekarang.
"Gil lo telfon Galva suruh dia bawa anak anak kesini. Gue gak bakalan sanggup kalo lawan mereka semua"Gilva mengangguk patuh dan mengambil ponsel di tas ranselnya. Sial! Gilva benar benar gugup sekarang. Bahkan tangannya sedikit bergetar saat memegang ponselnya.
Gilva hanya gugup bukan takut. Masalah bertengkar sebenarnya Gilva bisa, karena ia memang sering ikut berlatih bersama kakak dan daddynya. Hanya saja, entah kenapa saat ini ia merasa gugup entah kenapa. Perasaannya tidak enak.
Saat sambungan terhubung bersamaan dengan derum motor yang tidak lagi terdengar. Raksa turun dari motornya disusul Gilva yang ikut dengan ponsel yang ia letakkan di telinganya.
"Bang cepet susul gue. Gue dikepung anak geng motor"ucap Gilva saat sambungan sudah tersambung.
"Hah!! Di kepung? Kok bisa? Posisi lo dimana? Lo gak papakan?"bisa terdengar jika nada Galva terdengar Khawatir di sana.
"Gue di deket jalan adipati yang sepi. Dan gue gak papa. Gue sama Raksa"
"Raksa?"
Karena kesal Gilva terlalu lama menelfon, Raksa langsung merebut ponselnya dan berbicara kepada Galva di ujung sana yang dilanda rasa khawatir.
"Cepet kesini bawa anak anak. Gue gak bisa lawan sendiri"setelah itu Raksa langsung saja menutup telfonnya dan menyerahkan ponsel pada Gilva.
"Pasangan romantis banget sih"ledek salah satu anak Arasko di antara mereka.
"Ceweknya cantik banget sih"
"Bener bray. Bolehlah buat mainan"
Rahang Raksa mengeras mendengar celetukan salah satu di antara mereka. Urat urat ditangannya menonjol, wajahnya sudah memerah menahan amarah. Dia pikir dia siapa berani membuat gadis yang ia sayang menjadi mainanan. Tunggu? Gadis yang ia sayang? Siapa?.
Tanpa menunggu, Raksa langsung saja memberikan bogeman kepada cowok itu.
Bugh!
Pukulan mendarat di wajah cowok yang mengucapkan kata kata ingin menjadikan Gilva mainan. Raksa menghajar dengan membabi buta, bahkan ia sampai berlari mencari padang rumput yang lebih luas untuk bertarung. Lebih dari lima belas orang sudah mengepung Raksa dan Gilva.
Bukan hanya Raksa yang bertengkar, bahkan Gilva ikut andil dalam bertengkar melawan anak Arasko. Gilva benar benar dibuat kuwalahan saat anak Arasko terus menyerangnya. Raksa sendiri sudah memisahkan diri dan melawan sekitar lima belas orang dan sisanya sekitar tujuh orang melawan Gilva.
Bayangkan, Gilva perempuan melawan tujuh pria. Jika dibandingkan Gilva memang tidak ada apa apanya hanya saja Gilva memang sangatlah pandai dalam beladiri. Jadi jangan sekali kali meremehkan perempuan seperti Gilva.
Bruuk!
Salah satu dari mereka tersungkur saat Gilva menendangnya cukup keras. Dan lagi Gilva terus melayangkan pukulan saat enam pria itu ingin menyerangnya. Gilva menundukkan kepalanya saat seseorang ingin menendangnya. Gilva cukup lihai menghindari serangan serangan ke tujuh pria itu.
Selain itu Raksa juga sama sama saling menghindari serangan lawan. Wajahnya terdapat lebam saat dirinya lengah karena diam diam memerhatikan Gilva. Ia khawatir gadisnya akan kenapa kenapa. Jika Gilva kenapa napa ia akan benar benar marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga gadis yang ia sayang. Ya, Raksa menyayangi Gilva.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS
Teen FictionSequel of Bad Girl VS Bad Boy BISA DI BACA TERPISAH👌👌 ~~~ Mereka kembar, namun berbeda. Jika Galva matahari maka Gilva adalah bumi. Galva yang selalu membawa keceriaan dan Gilva yang diam tidak peduli. Untuk pertama kali dalam hidup Galva merasak...