"Om-Om antelin Ocha beli es klim dong"gadis mungil berumur kurang lebih lima tahun dengan pipi tembam itu terus saja merengek kepada pria tampan yang sedang berkutat dengan kertas-kertas.Pria tampan 25 tahun itu menghembuskan nafas lelah. Huft...selalu saja seperti ini. Tujuh tahun berlalu tetap saja ia seperti ini, sama sekali tidak ada yang berubah, bahkan perasaannya masih sama.
Gadis mungil bernama lengkap Ariska Ocha Margadarma, menatap Om-nya dengan polos. Tidak mengerti dengan Om nya yang terlihat kesal.
"Om kenapa? Gamau antelin Ocha ya"ucap gadis mungil itu dengan nada murungnya.
"Om anterin"jawab pria itu.
"Asiik. Om Lio ganteng deh"Ocha berseru senang. Gadis mungil itu langsung saja merentangkan tangannya. Pria tampan itu tersenyum tipis dan langsung mengangkat tubuh mungil gadis itu, menggendongnya.
"Lain kali kamu jangan mau kalau dititipin sama Papa kamu kesini"pria itu berucap sambil sesekali mengecup pipi tembam gadis mungil itu.
"Emangnya kenapa Om?"tanya Ocha dengan mata yang berkedip lucu.
"Soalnya Om itu sibuk"
"Sibuk apa Om?"
"Sssstt..kamu gak perlu tahu. Yaudah sekarang mending beli es krimnya"Ocha mengangguk senang dan memeluk leher Omnya erat.
"Om palfumnya apasih, kok wangi banget. Ocha juga mau dong"ucap Ocha dengan polosnya, membuat pria tampan itu terkekeh sekilas, bahkan orang-orang kantor yang kebetulan mendengar ucapan Ocha ikut terkekeh.
"Nanti Om kasih. Tapi ada syaratnya"
"Syalatnya apa Om?"
"Nanti kalau kamu dititipin kesini jangan mau"Ocha yang tidak mengerti dengan ucapan Om-nya lantas hanya mengangguk saja.
"Iya Om nanti Ocha bilang sama Papa Laksa"
"Anak pintar"
"Tapi Om, Ocha suka kalau dititipin sama Om"
"Suka kenapa?"
"Iya, soalnya Om gak nyebelin kayak Om Fajal"
"Bisa aja kamu"
"Om-Om, Ocha boleh nanya gak?"
"Mau nanya apa?"
"Om Lio kan ganteng, kok gak punya pacal sih"
Galva terdiam. Pertanyaan Ocha sungguh mengganggu pikirnya. Aish! Susah sekali rasanya mendapatkan pacar.
Di umurnya yang menginjak ke 25 tahun, sudah memiliki keponakan, Ocha. Anak pertama Gilva bersama Raksa. Mereka berdua memang memutuskan menikah muda, katanya untuk menghindari sesuatu yang tidak seharusnya terjadi sebelum menikah.
Galva sendiri masih menjomblo, menunggu kepastian. Sebenarnya sudah ingin menyerah, tapi hati berkata lain. Hati memang tidak bisa bohong. Seberapa besar pun Galva berusaha melupakan gadis itu di dalam pikirannya tetap saja tidak bisa. Kristal, satu nama yang selalu tersemat rapih dalam relung hatinya.
Galva hanya berharap, semua penantiannya tidak akan sia-sia. Iya, semoga saja.
"Kamu emangnya ngerti pacar itu apa?"tanya Galva balik.
"Enggak ngelti sih"
"Terus, kenapa nanya?"
"Emm..Ocha kemalin disuruh sama Om Fajal. Katanya Om Lio halus mopon, gaboleh galau telus gitu"
"Mopon? Mopon apa?"tanya Galva yang memang benar tidak mengerti.
"Ocha gak ngelti Om. Itu kan katanya Om Fajal. Om Lio harus mopon"Galva terus berpikir keras. Mopon? Benda apa itu?. Ah sial! Galva tau jawabannya sekarang. Pria berbalut jas hitam itu mengacak gemas rambut ponakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS
Teen FictionSequel of Bad Girl VS Bad Boy BISA DI BACA TERPISAH👌👌 ~~~ Mereka kembar, namun berbeda. Jika Galva matahari maka Gilva adalah bumi. Galva yang selalu membawa keceriaan dan Gilva yang diam tidak peduli. Untuk pertama kali dalam hidup Galva merasak...