Raksa mengerjabkan matanya saat merasakan sesuatu bergerak di samping tubuhnya. Pertama kali yang ia lihat saat membuka mata adalah ruangan bernuansa putih dengan bau obat obatan yang masuk dalam indra penciuman Raksa.
Raksa melirik kesamping. Ternyata Gilva tengah tertidur disampingnya dengan tangan yang ia jadikan bantal. Sedangkan di sofa terdapat Galva, Fajar,Zico, Adi, dan Zaka. Raksa memang sudah dipindahkan di ruang rawat dan ruangan yang ditempatinya saat ini adalah ruangan vvip jadi tak heran jika sofa di dalam ruangan terdapat lebih dari dua.
Tangan Raksa terulur mengusap wajah damai Gilva yang tengah tertidur. Gilva yang merasakan sentuhan di wajahnya mengerjabkan matanya. Raksa tersenyum melihat Gilva yang mengucek kedua matanya.
"Raksa lo udah sadar?"Raksa hanya tersenyum menjawab pertanyaan Gilva.
"Gue panggil dokter dulu"baru saja bangkit tangan Gilva sudah di tarik terlebih dahulu oleh Raksa.
"Gak usah! Gue udah sembuh kok lihat wajah lo"sial! Dalam keadaan sakit pun Raksa masih sempat sempatnya menggoda.
Gilva langsung memalingkan wajahnya saat pipinya merasa memanas. Kenapa Gilva merasa jika ac di ruangan ini mati. Raksa terkekeh melihat wajah merah padam Gilva. Lucu.
"Gil"Gilva menolehkan kepalanya dan menatap Raksa yang tersenyum ke arahnya.
Degdegdeg..astaga! Perasaan apa ini, entah mengapa bibirnya ikut melengkung membentuk sebuah senyuman saat melihat Raksa tersenyum. Gilva merasa dirinya benar benar aneh saat ini.
"Lo...beneran sayang sama gue?"
Shit!
Kenapa dari sekian banyaknya kejadian kemarin Raksa malah mengingat ungkapan sayangnya. Lantas Gilva harus menjawab apa? Ya kali menjawab 'iya gue sayang sama lo'. Tidak tidak! Bisa bisa kepala Raksa malah bertambah besar kalau ia mengakui.
"Gil"
"Hah?"kaget Gilva
"Lo sayang sama gue ya?"goda Raksa sambil menaik turunkan alisnya.
"Gue tahu kalau kepala lo habis kepukul. Tapi gak usah sampe halu juga kali"balas Gilva.
"Ya kali gue halu. Saat lo ngucapin itu gue masih sadar kok seratus persen malah"
"Apaan sih lo! Gue gak pernah bilang sayang ke lo"bantah Gilva
"Halah gue juga tahu kalau lo nangisin gue"
Bugh!
Karena kesal membuat Gilva langsung meninju perut Raksa.
"Aduh..ssshh ke kepala gu gue sak sakkitt!!"rintih Raksa sambil memegangi belakang kepalanya. Gilva yang melihat Raksa kesakitan langsung kalang kabut sendiri. Perasaan yang ia pukul perutnya tapi kenapa kepalanya yang sakit. Apakah pukulannya berdampak di kepalanya.
"Sa..sorry sorry gue gak tahu sumpah. Gue panggil dokter dulu"belum sempat Gilva keluar tapi Raksa sudah jatuh pingsan terlebih dahulu.
"Sa..bangun Sa... gue minta maaf. Saa bangun!!"Gilva berteriak sambil mengguncang tubuh Raksa.
Galva yang pertama kali mendengar suara teriakan Gilva langsung bangun menghampiri Raksa panik.
"Lia, Raksa kenapa?"tanya Galva panik.
"Dia tadi udah bangun terus gue pukul perutnya pingsan lagi"adu Gilva yang membuat Galva berdecak kesal.
"Kok lo pukul perutnya sih. Udah tahu kalau dia lagi sakit"
"Ya abisnya dia ngeselin"
"Terus kalau sekarang Raksa mati gimana"sebenarnya Galva sudah tahu jika Raksa hanya pura pura. Karena saat itu Galva melihat Raksa yang sedikit membuka mata dan mengedipkan sebelah matanya ke Galva. Dan pada saat itu Gilva tidak melihat karena posisinya membelakangi Raksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS
Teen FictionSequel of Bad Girl VS Bad Boy BISA DI BACA TERPISAH👌👌 ~~~ Mereka kembar, namun berbeda. Jika Galva matahari maka Gilva adalah bumi. Galva yang selalu membawa keceriaan dan Gilva yang diam tidak peduli. Untuk pertama kali dalam hidup Galva merasak...