Kaki jenjang nan mulus nampak berjalan santai keluar dari kerumunan. Satu tangan gadis itu gunakan untuk menggeret koper sedangkan satunya ia gunakan untuk menelfon seseorang yang sudah ia tunggu."Pak, sudah sampai mana? Saya sudah tiba di bandara"suara gadis itu terdengar begitu merdu. Sesekali gadis itu melihat jam yang melingkar ditangannya.
Setelah mendapat balasan dari ujung sana, gadis itu sedikit menghela nafas. Rasanya lelah sekali, perjalanan dari New york ke kota kelahirannya, Indonesia. Perutnya sedari tadi terus saja memberontak meminta di isi.
Tujuh tahun sudah berlalu begitu sangat lama baginya. Semua keadaan sudah berubah, gadis itu tidak lagi menjadi somboh dan angkuh. Semua yang terjadi sudah menjadi pelajaran baginya. Gadis itu merasa semua beban terangkat perlahan demi perlahan.
Papanya sadar, wanita yang ia nikahi hanya memanfaatkan saja. Menceraikan adalah pilihan tepat yang Papanya lakukan. Satu beban terangkat begitu saja dalam hidupnya.
Hanya satu hal yang selalu mengganggu pikirnya. Bagaimana kabar dia? Orang yang selama tujuh tahun gadis itu pikirkan. Tidak ada celah untuk sekalipun melupakan orang itu. Semua yang gadis itu lakukan selalu di iringi dalam bayang-bayang pria yang gadis itu harapkan.
Berharap masih menunggunya, meskipun gadis itu tidak berharap banyak. Apapun yang terjadi ia sudah berusaha mencoba ikhlas dan melapangkan dada. Kalaupun orang itu meninggalkannya dan memilih dengan orang lain, asal bahagia ia juga akan ikut bahagia. Walaupun masih ada setitik harapan yang ia inginkan untuk terus bersama.
"Gue harap lo masih nunggu gue Gal"lirihnya pelan.
oooOooo
"Pak, cari restoran terdekat. Saya lapar"
"Baik, non"supir itu mengangguk mengiyakan permintaan anak sang majikan.
Setelah membelokkan mobil sesuai dengan permintaan anak sang majikan. Gadis yang belum genap berumur 25 tahun itu berucap terimakasih. Turun dari mobil dan menatap sekitar.
"Huft..laper banget"gadis itu mengelus perut ratanya.
Melanjutkan langkahnya dengan pelan. Satu objek membuat gadis itu tertarik, kakinya berayun menghampiri gadis kecil yang menyita perhatiannya. Lucu sekali pikirnya.
"Hallo"gadis itu menyapa senang.
Gadis mungil yang sedang berjongkok meratapi nasib es krim yang terpapar ke aspal. Mata gadis mungil itu berkaca-kaca membuatnya tidak tega.
"Hallo! Adek cantik namanya siapa? Kok nangis gitu"
"Hiks..es klim aku hiks..jatuh"tunjuk gadis itu ke es klimnya yang sudah jatuh.
"Udah cup-cup jangan nangis lagi ya. Nama kamu siapa?"gadis mungil itu menyeka pelan air matanya, menatap orang tersenyum manis kearahnya.
"Nama aku Ocha tante"gadis yang dipanggil tante itu terkekeh pelan dan mengusap rambut gadis Ocha.
"Kok sendiri, orang tua kamu kemana?"
"Mama lagi ambil hp, tadi ketinggalan di mobil"
"Yaudah tante tungguin kamu disini ya"Ocha mengangguk senang. Tante di hadapannya ini cantik, pasti orangnya juga baik begitulah pikir Ocha.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS
Teen FictionSequel of Bad Girl VS Bad Boy BISA DI BACA TERPISAH👌👌 ~~~ Mereka kembar, namun berbeda. Jika Galva matahari maka Gilva adalah bumi. Galva yang selalu membawa keceriaan dan Gilva yang diam tidak peduli. Untuk pertama kali dalam hidup Galva merasak...