37. MELEPAS RINDU

870 121 51
                                    

Hari ini benar-benar kacau, Galva memutuskan untuk pergi ke club, sejenak untuk melupakan masalahnya. Galva mengendarai mobilnya cukup kencang saat jalanan yang ia lewati cukup sepi.

Mata Galva menyorot tajam saat melihat siluet seseorang berdiri sepuluh meter di tengah jalan. Sepertinya orang itu tidak menyadari kehadiran mobilnya, Galva sedikit memelankan mobilnya. Mencoba berpikir apakah itu benar manusia atau makhluk tak kasat mata.

Ckiiitt! Sial! Untung saja Galva segera mengerem. Ck, dasar orang gila, bagaimana bisa orang itu berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan berdiri ditengah jalan seperti ini, begitulah pikir Galva.

Dengan sedikit kesal, Galva keluar dari mobilnya dan menghampiri seseorang yang hampir saja ia tabrak. Langkah Galva memelan, tubuh gadis berbalut piyama tidur itu Galva sangat hafal sekali. Sial! Bagaimana bisa ia mengatakan orang itu gila.

Tubuh indah itu berdiri kaku, terlalu syok mungkin. Ragu, Galva ragu. Apakah ini saatnya? Menghembuskan nafas, mengatur debaran aneh yang tiba-tiba saja hinggap. Galva menarik tubuh itu dalam sekali sentakan. Tubuh gadis ini limbung begitu saja dan jatuh kepelukan Galva.

Aroma vanilla langsung menusuk indra penciuman Galva. Semakin mengeratkan pelukannya, Galva benar-benar rindu. Beban ditubuhnya seolah sirna begitu saja. Galva berjanji akan memulai semuanya dari awal. Iya, Galva pastikan itu.

Galva mengusap surai hitam itu dengan halus, lama sekali ia tidak melakukan ini. Cukup lama Galva memeluk gadis itu, tiba-tiba terbesit rasa bersalah. Iya, Galva merasa bersalah mengenai kejadian pagi tadi. Tidak seharusnya ia melakukan itu.

"Maaf,"

Bisa Galva rasakan, reaksi tubuh gadis didekapannya ini sedikit kaget, entahlah.

Kristal, iya gadis itu cukup terkejut. Tubuhnya menegang. Tidak, tidak mungkin. Kristal rasa pendengarannya terganggu, bagaimana bisa suara itu merasuk di indra pendengarannya. Aish! Ada-ada saja. Mencoba mengenyahkan pikirannya, Kristal mendongakkan kepalanya, memastikan apakah pendengaran memang benar salah atau sebaliknya.

Deg, jantung Kristal berpacu cepat. Ia tidak salah, apa ini nyata? Tubuhnya berada di dekapan orang yang ia inginkan. Mata itu menatapnya sangat dalam, sejenak Kristal terhanyut dalam tatapan mata tajam itu. Hembusan nafas menerpa wajahnya.

Galva diam, pria itu hanyut dalam tatapan mata yang sudah lama tidak ia lihat. Mata Galva turun, menatap bibir bewarna pink itu. Meneguk salivanya kasar, Galva segera mengenyahkan pikirannya yang tiba-tiba melayang kemana-mana. Sial! Galva merindukan ciuman itu.

Wajah Galva semakin dekat, membius Kristal dengan tatapan matanya. Tangan Galva tidak tinggal diam, menarik pinggang ramping itu dan merapatkan tubuhnya. Sementara satu tangannya lagi menarik tengkuk gadisnya.

Semuanya terjadi begitu saja. Gelapnya malam, terangnya bintang, bersinarnya bulan, serta angin malam menjadi saksi bisu bagaimana seorang Galva menyalurkan rasa rindu yang teramat besar. Jantungnya benar-benar berdebar kencang, ciuman ini seolah mewakili kerinduan mereka.

Cukup lama mereka berciuman, Galva melepaskan ciumannya saat dirasa Kristal kehabisan nafas. Galva menempelkan kening mereka, jari tangannya mengelus lembut pipi Kristal.

"I miss you so much,"

"I am too."

oooOooo

Suara ketukan pintu terdengar, membuat gadis kecil yang sedang terduduk manis diruang tamu sembari memakan camilan berhenti sejenak. Masih pagi sekali, siapa yang bertamu?

"Mama, ada tamu!"teriakan gadis itu menggema diseluruh ruangan. Mamanya di dapur sedangkan Papanya mungkin masih tidur.

"Mama masih sibuk sayang, tolong kamu bukain ya."gadis kecil itu mendesah pelan. Tamu itu benar-benar mengganggu, pikirnya.

BAD TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang