Selin masih memikirkan kejadian tiga hari yang lalu. Pasalnya sampai sekarang hantu itu benar-benar sudah tidak mengganggunya lagi.
Entah dia yang selalu ada tapi tidak mengeluarkan suaranya atau memang dia benar-benar tidak mengikuti Selin lagi.
Selin sampai sekarang tidak tahu, maksud dari hari esok yang hantu itu pernah bilang. "Apa omonganku keterlaluan?" ucap Selin bermonolog dikamarnya dengan laptop dan buku yang terbuka dihadapannya.
Harusnya Selin senang, tapi mengapa ada rasa menyesal. Saat ada yang membutuhkan bantuannya, mengapa ia malah mengusirnya secara tidak langsung? Merasa tidak pantas akan perlakuannya.
Ceklek
Pintu kamarnya terbuka, mengalihkan atensinya. Menampakan seseorang yang berantakan dengan mata sembabnya.
Selin menganga tidak percaya, melihat penampakan perempuan yang menjatuhkan diri dikasurnya,
"Kenapa Sal? Ada masalah sama Reyhan?" tanya Selin memulai percakapan.Salwa mengangkat kepalanya detik itu juga saat tebakan Selin benar, menatap Selin sendu, "Reyhan selingkuh!" ucapnya.
"Lagi." lanjutnya dengan suara lirih.
Kembali menenggelamkan kepalanya diselimut Selin, "Gila kan dia, bagaimana bisa seseorang selingkuh berkali-kali? Aku kira dengan tingkahku yang berpura-pura penurut dan seolah tidak tahu apapun ia akan berubah dan memperjuangkan hubungan ini. Tapi kali ini aku rasa cukup." jelasnya.
Selin berjalan mendekati Salwa, ikut merebahkan dirinya disamping Salwa dengan posisi terlentang tangannya ia tumpuk diatas perut, "Aku sudah pernah bilang...jauh sebelum ini, kalau kau tidak akan bisa mempertahankan hubungan saat kau tidak bisa menjadi dirimu sendiri. Biarkan dia tahu dirimu yang sebenarnya, karna hanya dengan itu seseorang bisa memutuskan untuk bertahan atau pergi." ucap Selin.
"Apa yang kau harap dari sebuah kebohongan? Bukankah akan menyakitkan saat kebenaran terungkap nantinya? Saat seseorang merasa nyaman dengan bayangan daripada kenyataan, itu mengerikan." lanjut Selin memalingkan wajahnya, menatap Salwa penuh harap.
"Hmm...kau benar. Harusnya aku bahagia melepas dia pergi. Membiarkannya mencari perempuan yang sama dengannya lalu aku?" ucap Salwa sengaja menjeda kalimatnya.
Menatap Selin dengan penuh keyakinan, membuang nafas kasar lalu mengulas senyumnya, "Aku akan menjadi diriku sendiri dan mencintai diriku dengan baik." lanjutnya.
"Benar, inilah Salwa! Kau tidak pantas berlarut dalam kesedihan." ucap Selin dengan balas tersenyum.
Namun detik berikutnya, lengkungan manis itu turun. "Sebenarnya, bukan hanya itu...ada lagi yang membuatku datang kesini."
"Ada lagi?" tanya Selin mengulang dua kata yang menganggu pendengarannya.
"Hmm--"
"Jadi, saat aku pulang kerumah tadi. Ada kabar buruk, kalau aku akan dijodohkan. Sekarang bantu aku! Aku harus bagaimana?" rengek Salwa mengguncang lengan Selin.
"Kalau yang satu ini aku tidak tahu bagaimana jalan keluarnya. Rasanya kalau menentang orangtua itu tidak ada caranya. Jadi terima saja." ucap Selin.
Salwa menatap datar Selin, melepaskan cengkramannya dari lengan Selin, "Aku tidak tahu, dulu kenapa aku bisa berteman dengan orang sepertimu. Orang yang tidak pernah jatuh cinta walaupun dikejar-kejar, orang yang ceroboh, orang yang menyebalkan, paket lengkap." keluh Salwa mendramatisir kebenaran.
"Aku juga pernah kok suka sama cowok. Tapi setelah aku pikir, mementingkan sekolah dari pada pacaran yang tidak jelas lebih baik bukan? Melihatmu saja membuatku harus berpikir dua kali untuk memutuskan pacaran." sahut Selin dengan melirik Salwa sekilas---menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...