Duapuluh Lima

525 72 9
                                    

Selin sampai di rumahnya pukul tujuh malam setelah seharian ia habiskan di kampus.

"Gimana? Kamu lulus?" Tanya Mamah antusias begitu melihat Selin membuka pintu.

"Pah, Mah,.. Selin minta maaf." Ucap Selin lesu.

Mamah dan Papahnya terlihat tersenyum,"Ngga papa sayang, kamu udah usaha." Ucap Papah sambil menepuk-nepuk pundak Selin.

Selin pun langsung memeluk orang tuanya dan menangis dalam pelukannya.

"Selin minta maaf ke Papah karna Papah bakal ngeluarin uang." Ucapnya masih menangis.

"Untuk apa?" Tanya Papahnya bingung.

"Karna Selin mau beli kebaya buat wisuda." Ucapnya dengan sisa air mata diiringi senyuman.

"Maksudnya gimana?" Tanya Papahnya lagi yang belum paham maksud Selin.

"Selin lulus sidang skripsi, dan bakal wisuda tahun ini."

"Sayang, ini ngga bercanda kan?" Kali ini Mamahnya yang bertanya.

"Bener Mah, Pah. Tadi Selin cuma akting." Jawab Selin memeluk Mamahnya.

'Mengikuti cara dosen yang membekas.' batin Selin.

"Mau adain acara ngga?" Tanya Mamahnya.

"Dinner aja, besok sekalian ajak keluarga Salwa." Usul Selin.

"Setuju." Sahut Papahnya.

"Yaudah kamu mandi dulu, terus makan ya?" Ucap Mamahnya.

"Ngga usah Mah, Selin mau langsung tidur aja habis mandi. Tadi pulangnya udah makan sama Salwa."

"Tadi Salwa yang nganter? Bukannya kamu berangkat sama Alvin?" Tanya Mamahnya bingung.

Selin menepuk dahinya pelan, "Astaga! Selin lupa."

Dan detik berikutnya, Selin langsung menghubungi Alvin.

"Kok ngga diangkat ya Mah?" Tanya Selin yang mulai cemas.

"Di ulang-ulang coba."

"Tetep mah, ngga diangkat. Selin kerumahnya dulu ya." Pamit Selin yang bahkan belum berganti pakaian.

Tok tok tok...

"Kak Alvin, bukain pintu atau ngga angkat telfon, pleaseee." Ucap Selin mengetuk pintu sekaligus sibuk menghubungi Alvin.

"Mah, ngga dibuka. Mobilnya juga ngga ada di rumah." Lapor Selin setelah kembali kerumahnya.

Mamah pun mengelus bahu Selin, berusaha mengurangi kecemasan anaknya "Yaudah kamu mandi dulu, biar capeknya ilang. Baru nanti coba cari Alvin lagi."

Selin langsung ke kamarnya, membersihkan dirinya, lalu kembali bersiap mencari Alvin.

"Kalo gitu Selin nyari kak Alvin dulu ya Pah, Mah, siapa tau kak Alvin nungguin Selin di kampus." Pamit Selin pada orang tuanya yang sedang menonton televisi.

"Terjadi kecelakaan yang melibatkan minibus dan truk di depan Universitas xx. Di duga pengemudi truk mengantuk dan menabrak bagian belakang minibus yang hendak memasuki area kampus." Ucap sang Reporter yang berhasil mengalihkan perhatian Selin.

Kakinya lemas untuk sekedar berdiri, matanya memanas dan pandangannya kabur karna air mata yang sudah memenuhi pelupuknya.

Terdengar isak tangis yang membuat orang tuanya melihat kebelakang, dimana Selin berdiri tadi.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Mamahnya panik dan langsung memeluk anaknya.

"Mah... itu mobil kak Alvin?" Tanya Selin didalam pelukan Mamahnya.

"Selin, mobil Alvin ngga cuma satu di sini." Ucap Papahnya menenangkan.

"Tapi Pah, itu didepan kampus Selin dan lagi plat nomor itu. Bukannya itu tanggal lahir kak Alvin dan inisialnya? sekarang katakan itu bukan mobil kak Alvin Pah..."  Ucap Selin.

Orang tuanya tidak ingin mempercayai itu, tapi setelah Selin mengatakannya mereka ikut khawatir sekarang.

Drrt drrt drrt

Getar handphone Selin cukup membuatnya mengalihkan tatapannya dan melihat nama yang tertera dilayarnya, Selin mengembangkan Senyumnya.

"Hallo, kak Alvin dimana? Selin mau ketemu." Ucap Selin saat sambungannya terhubung.

"Selamat malam, apakah Anda keluarga korban? Nomor Anda berada didaftar paling atas panggilan terakhir di handphone korban."

"..."

"Korban mengalami kecelakaan di depan universitas xx dan sekarang sedang dibawa ke rumah sakit pahlawan."  Lanjut petugas karna merasa pertanyaannya tidak dijawab.

Selin langsung memutuskan sambungannya sepihak setelah mendengar kabar itu.

"Antar Selin ke rumah sakit pahlawan Pah... Mah, kak Alvin dibawa kesana." Ucap Selin yang langsung berdiri dengan air mata yang terus mengalir.

Di perjalanan, Selin meminta supirnya untuk melaju lebih cepat saat merasa tak kunjung sampai.

"Coba kalo Selin ngga lupain kak Alvin dan pulang bareng kak Alvin, pasti sekarang kita lagi kumpul bareng." Ucap Selin yang duduk di belakang dengan Mamah yang memeluknya.

Mamahnya hanya mengusap rambut Selin, menepuk bahunya. Berharap anaknya bisa tenang.

"Selin capek..." Pelan, ucapnya benar-benar pelan yang mungkin tidak didengar siapapun.

Sesampainya dirumah sakit Selin langsung berlari menuju resepsionis.

"Di mana korban kecelakaan yang baru saja masuk?" Tanya Selin

"Korban kecelakaan di depan universitas atas nama Alvin Mahessa?" Tanya resepsionis.

"Iya benar. Di mana? Cepat katakan!" Tanya Selin yang sudah tidak sabaran.

"Pasien baru saja di bawa ke IGD."

Tanpa mengatakan apapun Selin langsung berlari menuju ruang IGD.

"Maafkan anak Saya, permisi." Ucap papahnya sebelum menyusul Selin.

Selin menunggu dengan cemas di depan ruang IGD, ditemani orang tuanya.

Lama, dari tadi dirinya hanya duduk lalu berjalan bolak-balik berusaha mengurangi kecemasan yang bahkan mengalahkan rasa kantuknya. sementara orang tuanya hanya duduk dikursi tunggu.

Pintu operasi pun terbuka setelah kurang lebih empat jam Selin menunggu.

"Bagaimana dok?" Tanya Selin yang membuat orang tuanya ikut berdiri.

"Apa ini keluarga pasien?"

"Iya, kami kerabatnya." Jawab Selin.

"Pasien mengalami cedera yang serius pada kepalanya, patah tulang pada tangan kirinya, dan kekurangan darah akibat luka robek pada beberapa bagian tubuhnya."

"Sekarang pasien sudah melewati masa kritisnya, setelah menjalani operasi. Tapi pasien masih harus di pantau, dan belum tahu pasti kapan dia sadar. Jadi kami akan memindahkannya ke ruang ICU." Jelas sang dokter.

"Baiklah, apa pun yang terbaik untuknya." Ucap Selin sedikit lega.

Setelah itu dokter kembali masuk lalu keluar dengan perawat yang memindahkan brankar Alvin.

Selin kembali menangis setelah melihat kondisi Alvin, tubuhnya lemas, andai saja Mamah tidak memeluknya mungkin dia akan jatuh.

'Ada yang berkata, akan ada pelangi setelah hujan, tapi kenapa Aku melihat pelangi dulu baru merasakan hujan...'- batin Selin

.
.
.
.
.
.
.

To be continue...

-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang