Salwa masih terlihat biasa saja sebelum ia memasuki pintu, tapi setelah ia masuk dan akan memilih tempat duduk barulah Salwa terkejut dengan salah seorang yang duduk disana, "Selin..." Ucapnya.
Dengan segera Salwa berjalan kearah Selin, menangkup kedua pipi Selin dan meraba-raba untuk memastikannya. Masih belum percaya, Salwa mencubit pipi Selin. Barulah saat Selin berteriak ia percaya, seseorang dihadapannya itu Selin.
"Kapan lo pulang? Kak Alvin gimana? Katanya lo gabakal pulang lagi? Tapi apapun itu gue seneng lo disini la- Akh!" Ucap Salwa terpotong saat Selin menginjak kakinnya. Lalu melirikkan matanya kesamping berusaha mengisyaratkan kalau ada orang lain disini yang harus Salwa lihat.
"Eh, Kak Justin? Dari kapan disini?" Tanya Salwa setelah menolehkan kepalanya.
"Sejak kau memanggil nama Selin." Ucap Justin datar sembari menyandarkan punggungnya dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.
'lu buta atau saking senengnya sih Sal, itu berarti dari awal kak Justin udah disini.' batin Salwa.
"Jadi, silahkan jelaskan semuanya." Lanjut Justin.
Selin langsung menatap Salwa yang
sudah duduk di sampingnya, seolah dari matanya Selin bertanya 'Tidak apa aku bercerita pada kak Justin?' dan Salwa yang menatapnya hanya mengangguk disertai senyuman sebagai jawabannya."Aku ngga tau harus minta maaf sama kak Justin atau tidak," ucap Selin menatap mata Justin ragu.
"Minta maaflah pada Jimmy," sahut Justin.
Dan sebelum melanjutkan kalimatnya, Justin menunjukkan smirk nya, "Aku merasa kasihan padanya, selama lima bulan ini dia hidup seperti orang gila, hidup dalam rasa bersalah, mencari seseorang yang ia kira memberikan ginjalnya lalu meninggal karenanya. Tapi ternyata dia sehat dan bahagia dengan pacarnya." Lanjut Justin menekankan kata bahagia dengan maksud menyindir Selin.
Selin yang sudah tidak bisa menahan air matanya pun berlari dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
Meninggalkan Salwa dengan rasa tidak percayanya dan meninggalkan Justin dengan perasaan yang susah ia deskripsikan.
"Aku tau Jimmy itu adik kakak, tapi asal kak Justin tau. Selin disana juga
menderita, dia sangat merindukan orangtuanya sementara dia malu untuk pulang. Dan dia disana tidak bersenang-senang. Dia merawat kak Alvin yang sudah mencarikan Jimmy pendonor, Permisi." Ucap Salwa lalu menyusul Selin yang berlari kearah rooftop cafe.Barulah setelah Salwa pergi Justin merasakan penyesalannya, "Bodoh!" Ucap Justin bermonolog lalu berjalan keluar menuju mobilnya.
Sebentar memandangi kalung yang ia genggam dan memikirkan apa yang harus ia lakukan pada kalung itu sebelum akhirnya meninggalkan cafe.
.
.
.
.
.
.
.Salwa masih setia menunggu di samping pintu, sementara Selin masih menangis. Karena menurutnya, membiarkan Selin menangis dan melihatnya saja dari belakang lebih baik daripada mengeluarkan kalimat penenang yang Salwa yakini tidak cukup menenangkan untuk saat ini.
"Sal, gue jahat banget ya?" Tanya Selin disela tangisnya.
"Jangan bahas apapun. Tenangin diri lo dulu, gue tau nangis tanpa suara sakitnya gimana." Ucap Salwa yang membuat Selin membalikkan badannya lalu berjalan menghampiri Salwa dan menangis sesenggukan dalam pelukannya.
Dan setelah bermenit-menit lamanya, Salwa yang merasa sudah tidak ada pergerakan dari Selin pun memanggilnya, "Sel..." panggilnya pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/205302316-288-k827035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...