Dua minggu yang tersisa terlewat
begitu saja, Alvin yang diharapkan sadar juga tak kunjung membuka matanya.Dan tepat malam hari, saat paginya acara wisuda. Selin mendapat kabar kalau Alvin akan dipindahkan ke Singapura.
"Kenapa harus di acara yang Selin impikan? hari dimana harusnya Selin berbagi kebahagiaan dan hari yang harusnya Selin kenang dengan baik dalam ingatan." Ucap Selin bermonolog saat mengingat pesan yang dikirim Mamahnya Alvin semalam.
"Harusnya hari ini Selin ajak kak Alvin ke acara wisuda, tapi kenapa kak Alvin ngga bagun juga? Kak Alvin ngga mau Selin ajak? Kak Alvin ngga mau lihat muka Selin lagi?" Ucap Selin bermonolog lagi dengan melihat pantulan dirinya dicermin melihat wajah yang sudah dipoles senatural mungkin dengan balutan kebaya modern yang Salwa bawakan.
Tok tok tok
"Sayang, ayo berangkat sekarang." Ucap Mamah dari balik pintu.
"Iya Mah." Sahut Selin yang langsung membuka pintu dan ikut turun bersama Mamahnya.
Tidak ada percakapan bahkan dalam perjalanan pun Selin hanya diam seolah mengabaikan kehadiran orang tuanya.
"Sayang, udah sampe. Ayo turun!" Ajak mamah yang duduk disampingnya.
Melihat putri semata wayangnya sering melamaun dan murung sejak kecelakaan Alvin itu membuat hatinya sakit, bahkan di hari wisudanya pun Selin tetap murung.
"Ah iya, ayo Mah." Sahut Selin yang tersadar dari lamunanya.
"Selin..." Panggil Mamah yang mencegahnya turun.
"Senyum yaa, setidaknya hari ini saja. Mamah mohon, dari semalam juga Mamah dan Papah sudah memberimu izin untuk menyusul Alvin ke Singapura. Jadilah Selin yang dulu." Ucap Mamah dengan memegang kedua tangan Selin, berharap Selin mengabulkan permintaannya.
Hati Selin sakit mendengar Mamahnya memohon seperti itu. "Ayo turun Mah." Ucap Selin ceria dengan senyumnya.
Merekapun berjalan beriringan memasuki gedung dimana acara wisuda diselenggarakan.
'Selin akan tersenyum hari ini untuk kalian, karna hari ini mungkin terakhir kalinya. Maafkan keputusan Selin Pah, Mah...' ucap Selin dalam hatinya dengan menatap Papah dan Mamahnya bergantian.
Acara pun berjalan semestinya, mulai dari memasuki ruangan, pembukaan-pembukaan, wisuda sarjana, pengukuhan alumni, ikrar alumni, penyerahan piagam untuk wisudawan terbaik, sambutan-sambutan, sampai acara penutupan, yang berjalan lancar tanpa adanya halangan.
"Selinnn!! Selamat ya!!" Teriak Salwa berlari menghampiri Selin.
"Lo juga Selamat ya!!" Balas Selin yang sudah berpelukan dengan sahabat satu-satunya itu.
"Pasti nanti kita jarang ketemu. Gue jadi sedih." Ucap Salwa yang semakin mengeratkan pelukannya.
"Jangan mewek-mewekan sekarang, foto dulu yuk!" Ajak Selin.
Merekapun berfoto dengan bantuan seseorang yang bersedia memotret mereka.
Berbagai gaya sudah mereka lakukan, bahkan berfoto dengan orang tua masing-masing, berfoto bersama dengan orang tua Selin dan Salwa pun sudah mereka lakukan.
"Udah ah gue mati gaya." Ucap Selin sembari berjalan menghampiri seseorang yang memegang kameranya.
'Setidaknya diacara ini lo bahagia, gue seneng lihatnya.' ucap Salwa dalam hati melihat punggung Selin yang menjauh.
Setelah mengucapkan terimakasih, Selin kembali menghampiri keluarganya.
"Mau makan siang bareng ngga sekalian?" Usul Papah Selin yang langsung disetujui Salwa dengan hebohnya.
Sesampainya direstoran pun Salwa dengan tidak tau malunya meminta tolong pelayan untuk memotertnya, pikirnya momen bersama seperti ini todak boleh terlewat tanpa diabadikan.
Kurang lebih satu jam mereka direstoran sebelum akhirnya pulang.
"Sekali lagi, selamat ya Sel." Ucap Salwa yang lagi-lagi memeluk Selin."Mmm, lo juga. Selamat!" Sahut Selin.
"Ekhem, mau pulang ngga nih?" Tanya Papah Salwa.
"Iya, pulang Pah. bye Sel! Sampai jumpa lagi Om, Tante." Ucap Salwa berpamitan.
'Selamat tinggal Sal.' batin Selin dengan melambaikan tangannya saat mobil Salwa sudah melaju lebih dulu.
Begitu sampai dirumah pun tidak ada yang ingin ia lakukan, padahal ini hari terakhirnya.
Selin hanya membaringkan tubuhnya dikasur, memejamkan matanya seolah melupakan bebannya sebentar. Dan tidak terasa Selin malah tertidur dengan pulasnya.
"Jam berapa ini?" Tanya Selin saat membuka matanya, tangannya meraih handphone yang tergeletak diatas nakas.
05.00
Itulah angka yang tertera dilayar handphone saat Selin menyalakan handphonenya.Selin terkejut dan langsung berlari menuju kamar mandi, bersiap menuju rumah sakit sebelum terlambat.
"Pah, Mah, Selin kerumah sakit dulu ya." Pamitnya saat melihat orang tuanya sedang duduk santai di teras.
"Jenguk siapa?" Tanya Mamahnya.
"Mau ketemu dokter Justin aja kok." Jawab Selin.
"Selin pamit ya Mah, Pah." Ucap Selin dengan memeluk keduanya bergantian.
"Hati-hati ya sayang." Sahut Mamahnya.
"Asal Papah Mamah tau, Selin sayang banget sama kalian. Maafin Selin yaa." Ucapnya sebelum memasuki mobil.
"Selin kenapa sih Pah? Aneh." Ucap Mamahnya yang hanya dibalas dengan bahu dan kedua tangan terbuka yang diangkat.
Tentu Selin menangis di dalam mobilnya, menangis sejadi-jadinya setelah dirasa jauh dari rumahnya.
Selin tidak tahu dia akan bertahan atau tidak setelah mendonorkan organnya, karna itulah keputusan yang ia pilih. Ia tidak mau tau apapun resikonya.
Sesampainya dirumah sakit, Selin langsung menuju ruangan Justin.
Tok tok tok
"Masuk." Sahut Justin dari dalam ruangannya.
Selin membuka pintunya setelah mendapat izin, lalu duduk didepan Justin dengan hati-hati.
"Kak." Panggil Selin yang langsung mengalihkan Justin dari buku yang sedang ia baca.
"Selin? Ada apa?" Tanya Justin.
"Kakak kenapa disini? Ngga nemenin Jimmy?" Tanya Selin bingung.
"Udah ada yang nungguin." Ucap Justin santai, seolah ia tidak peduli padahal ia sangat khawatir.
"Aku titip surat buat Jimmy ya Kak, tapi Selin mohon. Jangan dibaca, biarin Jimmy yang baca." Ucap Selin menyerahkan amplop berisi surat yang ia maksud.
"Ada apa?" Tanya Justin bingung.
"Ngga ada apa-apa, Selin cuma mau Jimmy baca tulisan ku." Ucap Selin dengan senyum yang dibuat.
"Kamu ngga nglakuin itu kan?" Tanya Justin curiga.
"Engga kok, Selin cuma mau lanjut kuliah di luar negeri. Selin bakal berangkat besok, jadi ngga sempet buat nungguin Jimmy makanya Selin buat surat." Ucap Selin penuh kebohongan.
Tapi karena alasan yang meyakinkan,
"Baiklah akan kuberikan pada Jimmy, kuliah yang rajin dan kembalilah setelah Selesai, Semangat dan Selamat." Ucap Justin."Makasih ya kak. Kalo gitu Selin langsung pulang dulu, mau siap-siap." Pamit Selin.
"Hati-hati ya." Sahut Justin, dan setelah kepergian Selin barulah Justin sadar. Kalau dia lupa menanyakan dimana Selin akan melanjutkan kuliahnya.
.
.
.
.
.
.
.To be continue...
-애인-
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...