Malam hari seharusnya menjadi waktu istirahat setelah seharian sibuk dengan aktivitas.
Tapi tidak dengan orang tua Jimmy, selelah apapun aktivitas mereka. Malam ini mereka tidak boleh istirahat, mereka harus menunggu anaknya yang sedang berjuang di ruang operasi.
Tak terkecuali Justin, harusnya dia
sudah pulang tiga jam yang lalu. Tapi dia memilih menyibukkan dirinya selagi menunggu kabar tentang adiknya. Dan semakin dirinya berusaha menyibukkan diri, semakin tidak bisa juga dirinya menahan ingin menemui adiknya."Kamu disini?" Tanya Mamah Jimmy.
Tidak ada jawaban, dia memilih diam melihat pintu ruang operasi dengan hati yang tak hentinya berdoa, menyebut nama adiknya agar selamat.
Dan tidak lama setelah dirinya datang, pintu ruangan operasi terbuka. Menampakkan dokter yang masih menggunakan pakaian scrubsnya.
"Operasi berjalan lancar, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan untuk mendapat anestesi agar bangun secara bertahap tanpa keluhan dan
mulus dengan pengawasan dan
pengelolaan secara ketat sampai dengan keadaan stabil." Jelas dokter."Baik dok terimakasih." Ucap Justin mewakili orang tuanya.
"Makanlah dulu, biar aku yang menjaga Jimmy." Lanjut Justin.
"Tidak, kami juga akan menjaga Jimmy." Tolak Papahnya.
"Kalian sudah menjaga Jimmy selama tiga jam. Kalian juga butuh makan dan istirahat, lalu setelahnya kalian bisa menemui Jimmy." Ucap Justin sebelum berjalan mengikuti para perawat yang memindahkan brankar Jimmy.
Setibanya mereka di ruang pemulihan, para perawat yang telah selesai dengan kegiatanya mulai meninggalkan ruangan, menyisakan Justin dan Jimmy.
"Cepat buka matamu, ada surat yang harus kau baca." Ucap Justin yang masih berdiri disamping kanan Jimmy.
Tidak lama setelahnya Papah dan Mamahnya datang "Apa Jimmy sudah membuka matanya?" Tanya Mamah.
"Masih belum." Jawab Justin.
"Ayo kita makan bersama." Ajak Papahnya dengan membuka kantung makanan yang ia bawa.
Justin merasa aneh karena hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Papahnya bukanlah orang yang biasa mengajak makan bersama, justru dirinyalah yang selalu dibujuk untuk makan bersama.
Dengan ragu Justin mengambil kotak makanan yang diberikan untukknya. Melihat orang tuanya makan membuatnya tersenyum tipis. Sebelum akhirnya ia ikut makan bersama.
Tanpa mereka sadari Jimmy perlahan membuka matanya, sedikit demi sedikit membiasakan matanya dengan cahaya diruangan.
"Selin." Ucap Jimmy lirih, sangat lirih karena tenggorokannya kering untuk sekedar mengeluarkan suara.
Jimmy menoleh kesamping kanannya saat mendengar ada suara.
'Apa aku masih bermimpi?' Tanyanya dalam hati saat melihat pemandangan yang membuat hatinya hangat."Jim, kau sudah bangun." Ucap Justin saat menyadari pergerakan Jimmy.
Mereka bertiga pun mendekat kearah Jimmy dengan senyum yang mengembang.
'Apa ini benar-benar bukan mimpi?' Tanya Jimmy dalam hati saat melihat ketiganya tersenyum, baginya ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
Justin dengan segera memencet bel yang ada diatas ranjang Jimmy untuk memanggil dokter.
Lalu tak lama dokter dengan beberapa perawat datang memeriksa keadaan Jimmy.
"Kamu ingin minum?" Tanya dokter setelah memeriksa keadaan Jimmy.
Jimmy hanya menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Makasih." Ucap Jimmy dan menjadi kata pertama yang mereka dengar dari mulut Jimmy.
'Suara dan tatapan lemahnya, pipinya yang semakin tirus hingga membuat rahangnya tegas dengan badan yang kurus itu benar-benar membuatku tertampar oleh kenyataan. Kemana saja aku selama ini, sampai aku di sadarkan dengan keadaannya yang seperti ini, maafkan Mamah nak.' batin Mamah dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Mamah boleh peluk kamu?" Tanya Mamah dan dijawab anggukkan oleh Jimmy.
"Maafkan Mamah Jimmy, Mamah minta maaf karna selama ini tidak pernah memasakkan makanan untukmu, tidak pernah memperhatikanmu, tidak pernah menanyakan kegiatanmu, tidak pernah menyuruhmu segera istirahat saat kau pulang malam, maafkan Mamah." Ucap Mamah dengan memeluk Jimmy.
"Jangan meminta maaf, Mamah, Papah, maupun Kakak tidak pernah berbuat salah padaku. Hanya kita yang sibuk pada dunia masing-masing. Jimmy yang minta maaf karna pernah membenci kalian." Ucap Jimmy dengan perlahan.
Mereka tersenyum mendengar ucapan Jimmy, tapi dokter dan perawat justru terharu mendengar pengakuan sebuah keluarga yang membuat mereka iba sekaligus bersyukur dengan keluarga mereka masing-masing,
karena sesibuk apapun mereka setidaknya masih ada kehangatan di keluarganya."Aku ingin memeluk, tapi kenapa tanganku lemas sekali." Ucap Jimmy.
"Benar, untuk sementara waktu anggota tubuh Anda masih lemah untuk digerakkan. Anda masih harus melakukan fisioterapi." Jelas dokter.
"Berapa lama?" Tanya Jimmy.
"Tidak tentu, bisa lebih cepat bahkan bisa lebih lambat tergantung
perkembangan terakhir saat sesi terapi." Jawab dokter."Kalau begitu kamu istirahat saja biar besok lebih segar." Ucap Mamah.
"Baiklah, tapi aku ingin bicara berdua dulu dengan kakak." Ucap Jimmy yang membuat semuanya meninggalkan ruangan kecuali Justin.
"Apa Selin disini?" Tanya Jimmy.
"Iya, tadi sore dia disini dan memberikan surat untukmu."
Deg
Hati Jimmy tiba-tiba berdetak tidak karuan saat mendengar apa yang kakanya ucapkan tadi.
"Si- siapa? Siapa yang
mendonorkannya? Jangan katakan kalau Selin yang melakukannya." Ucap Jimmy cemas menunggu jawaban kakaknya.Justin terdiam, benar juga kata Jimmy. Dia tidak tahu siapa yang menjadi pendonornya karna si pendonor minta dirahasiakan, ditambah Selin yang memberikan surat pada Jimmy semakin membuatnya berpikiran kemana-mana.
"Kak? Jawab!" Ucap Jimmy
"Pendonor meminta identitasnya dirahasiakan jadi aku tidak tahu siapa, Tapi aku yakin itu bukan Selin. Karna dia berpamitan untuk melanjutkan studynya diluar negeri." Jelas Justin berusaha setenang mungkin.
"Aku harap itu bukan sebuah
kebohongan. Dan lagi, Aku tidak bisa membaca suratnya sekarang. Tinggalkan saja dilaci kamarku, aku akan membacanya saat pulang nanti." Ucap Jimmy sebelum memejamkan matanya.Pikiran dan hatinya tidak karuan, entah kenapa ia gelisah setelah mengetahuinya.
'Aku harus cepat pulih untuk menemuimu.' -Jimmy.
.
.
.
.
.
.To be continue...
-애인-
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...