Delapanbelas

589 89 11
                                    

Seminggu berlalu begitu saja bagi Alvin karna hanya ia lalui dengan melihat Selin yang setiap hari hanya mempelajari materi skripsinya dan sesekali memintanya untuk bertanya seolah sedang di uji.

Sedangkan seminggu ini terasa lama dan membosankan bagi Selin. Dia selalu mengingat Jimmy saat waktu luang, itulah alasannya ia selalu mempelajari materi skripsinya. Dan selalu takut membuka mata saat bangun pagi karna ia pikir akan melihat Jimmy.

"Kak, udahlah aku nginep disini aja terus. Pulangnya nanti H min 5 atau 3 sidang aja sekalian." Ucap Selin tiba-tiba saat sedang mempelajari materinya.

"Iya terserah lo aja sih. Lagian lo ngga bosen apa seminggu full lo abisin buat baca skripsi. Gue yang dengerin aja sampe hapal." Ucap Alvin tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Ya bosen banget tapi dirumah kak Alvin sepi. Dan tiap aku ngga lakuin apapun aku bakal ada waktu buat nginget arwah itu." Keluh Selin lalu mendudukan dirinya disamping Alvin.

"Yaudah mau kepantai ngga?" Tawar Alvin.

"Huaaaa... tau gini harusnya aku bilang dari kemaren-kemaren." Ucap Selin bahagia.

"Salah siapa ngga cerita."

"Terus ini mau kepantai kapan?" Tanya Selin antusias.

"Ntar sore aja, sekalian lihat sunset." Ucap Alvin

"Sini peluk dulu." Ucap Selin merentangkan kedua tangannya seolah ingin menangkap anak yang berlari kearahnya.

"Makasih ya kak Alvin sayang..." Lanjut Selin dengan tangannya yang sudah memeluk Alvin.

"Ih kok kak Alvin detak jantungnya cepet banget." Tanya Selin mendongakkan kepalanya.

'Astaga nih anak nguji iman banget. Jangan salahin gue kalo kedepannya terjadi hal yang tidak diinginkan.' batin Alvin.

"Detak jantung lo juga cepet tuh." Sahut Alvin dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Selin sakit jantung ya kak?" Tanyanya saat menyadari detak jantungnya juga berpacu cepat.

"Ini namanya cinta." Ucap Alvin yang berhasil membuat Selin mematung.

"Udah tidur siang dulu, masih ada tiga jam sebelum kepantai." Lanjutnya lalu melangkah menuju kamar yang satu minggu ini ia tempati.

Selin memundurkan dirinya dengan tangan yang memegangi dada, tak percaya dengan yang Alvin katakan barusan.

'Apa ini rasanya? Aku cinta sama kak Alvin?' batin Selin.

'Aku juga baru menyadari, ternyata ini cinta. Selalu berdetak saat melihat senyum hangatmu, tidak pernah bosan melihat wajah damaimu saat tidur, selalu ingin berada disampingmu, dan sakit saat melihatmu menangis apalagi aku penyebabnya. Aku mencintai seseorang untuk pertama dan terakhir kalinya di sisa hidupku ini. Terimakasih Tuhan sudah mengizinkanku merasakannya.' batin Jimmy saat melihat Selin pergi menuju kamarnya dengan wajah yang berseri.

Selin belum memejamkan matanya walau sudah memaksanya, dia terus terpikir wajah Alvin.

Pada akhirnya, dia memilih maskeran sambil menonton televisi yang ada dikamar.

Sampai tidak ia sadari, jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga.

"Ooh? Aku harus mandi lalu siap-siap sekarang." Ucapnya lalu melangkah menuju kamar mandi.

Entah bagaimana tapi ia benar-benar senang hari ini. Jimmy yang seminggu ini ia pikirkan tiba-tiba hilang begitu saja, digantikan Alvin.

Butuh satu jam sampai dia selesai berdandan dan memilih baju. Dia tidak ingin terlihat menor dan tidak ingin terlihat mencolok tapi tetap menarik jadi dia terus bingung memilih baju.

"Lama! Gue udah bosen nunggu lo setengah jam." Ucap Alvin saat melihat Selin menuruni anak tangga.

"Lebih lama mana? Dua tahun sama tiga puluh menit?" Tanya Selin.

'Skakmat lo kak.' batin Jimmy dengan tawa yang ia tahan.

"Maaf." Bukan jawaban, tapi kata maaf lah yang keluar dari mulut Alvin.

"Selin juga minta maaf." Ucap Selin menunduk.

"Udah ah jangan melow gini, kan mau ke pantai. Ayo jalan!" Ajak Alvin.

Merekapun kembali ceria saat didalam mobil. Terbukti dengan berisiknya mobil Alvin karna menyanyanyikan lagu-lagu kesukaan mereka.

"Akhirnya sampai juga!" Ucap Selin yang langsung berlalari saat mobil sudah terparkir.

"Hei, gue beli minuman dulu ya." Teriak Alvin karna Selin sudah terlanjur berlari.

"Iya! Selin sekalian ya kak!" Teriak Selin balik.

"Tenangnya." Ucap Selin saat sampai ditepi pantai dengan merentangkan kedua tangannya dan memejamkan matanya, membiarkan tubuh dan rambutnya diterpa angin.

"Hei! Ngapain?" Tanya Alvin yang sudah berdiri disamping Selin.

"Coba deh kak Alvin juga kayak gini, pasti stres kak Alvin ilang ikut kebawa angin." Jawab Selin tanpa membuka matanya.

Alvin pun mencoba mengikuti Selin dan ternyata memang benar, bebannya seolah terbawa angin.

Cekrek

"Gue tau gue ganteng, tapi ngga usah di candid juga." Ucap Alvin setelah membuka matanya.

"Ini moment langka, jadi harus diabadikan." Ucap Selin bangga.

"Mau coba cara gue ngilangin sters?" Tanya Alvin.

"Boleh, gimana?"

"Teriak, coba aja." Jawab Alvin

Selin awalnya ragu, tapi tidak lama kemudian dia sedikit melangkah maju, membuang nafasnya kasar sebelum berteriak "Aaaaaaaaaaaaaa!" Teriaknya dimulut.

'Alvian! I love you!' teriak hatinnya.

'Sakit Sel.' batin Jimmy yang tentu mendengar apa yang Alvian tidak dengar.

"Udah lega?" Tanya Alvin saat melihat Selin melangkah menuju tempatnya duduk.

"Hmm, makasih ya kak." Ucapnya setelah mendudukkan dirinya dipasir tepat disamping Alvin.

Lalu tanpa bertanya ia mengambil minuman yang Alvian beli.

"Itu minuman gue Sel." Ucap Alvin yang melihat Selin meminumnya.

"Uhuk!"

Alvian pun semakin mendekat dan menepuk punggung Selin.

"Maaf Selin ngga tau." Ucapnya menoleh kearah Alvin, membuat jarak mereka terlalu dekat. Bahkan saling merasakan hangatnya nafas masing-masing.

"Maafin gue ya." Ucapnya lirih sebelum tangan yang masih dipunggung Selin itu berpindah ke tengkuk leher Selin, lalu mendekatkan wajahnya dan cup.

Alvin menempelkan bibirnya dengan Selin, dengan mata yang tertutup. Membuat Selin yang semula terkejut pun ikut hanyut.

Alvin yang sadar memilih menyudahi ciumannya. Lalu melihat wajah Selin yang masih menutup matanya ia menyandarkan kepalanya diceruk leher Selin.

Selin pun perlahan membuka matanya, lalu samar-samar ia melihat seseorang berdiri disana dengan baju pasiennya.

'Jimmy?' Tanya Selin dalam hatinya.



.
.
.
.
.
.
.

To be continue...


-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang