Duapuluh

591 82 5
                                    

"Pagi Tante!" Sapa Alvin yang tiba-tiba sudah berdiri di ruang makan.

"Pagi juga, mau ikut sarapan disini?" Sahut Mamah Sania.

"Boleh tan?" Tanya Alvin.

"Kayak sama siapa aja kamu."

"Oh ya, Selinnya dimana tan?"

"Ngga tau, dari pagi belum kelihatan. Coba kamu ke kamarnya."

"Oke!" Sahut Alvin cepat dan langsung berjalan ke kamar Selin.

Sesampainya dikamar Selin, dengan perasaan senangnya Alvin mengetuk pintu.

"Ngga ada jawaban, itu artinya Selin masih tidur." Ucap Alvin.

Dengan bermodalkan rasa percayanya itu, Alvin membuka pintu pelan.

"Hey? Kamu ngapain sih pagi-pagi lesu gitu?" Tanya Alvin karna melihat Selin masih diposisinya semalam.

Alvin yang mengira Selin sedang lesu pun dengan jahilnya ikut duduk lalu menyenggol bahu Selin.

Brukk

Selin jatuh saat itu juga dengan badannya yang panas dan wajah yang pucat.

Tanpa memikirkan apapun Alvin menggendong tubuh Selin dan membawanya kebawah dengan tergesa.

"Tante siapin mobil, Selin pingsan, badannya panas." Teriak Alvin saat sampai diruang tengah.

Mamah dan Papah Selin yang sudah menunggu di meja makan tentu mendengarnya, lalu dengan cepat mencari kunci mobil menuruti kata Alvin.

"Sayang apa yang terjadi sama Selin?" Tanya mamah Sania saat di perjalanan.

Alvin pun menjelaskan kejadiannya secara detail dan tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Dengan kecepatan mengemudinya, sekarang mereka sudah berada di rumah sakit.

Lagi, Mamahnya berada diposisi ini. Rasa khawatir dan gelisah menunggu anak satu-satunya di periksa.

Ceklek

"Bagaimana keadaan Anak saya dok?" Tanya mamah Sania cemas.

"Pasien hanya kelelahan dan banyak pikiran, tidak ada yang serius. Pasien hanya butuh istirahat. Silahkan kalau mau masuk. Dan nanti, tolong panggil kami saat pasien sadar. Kalau begitu Saya permisi." Jelas sang dokter.

"Terimakasih dok." Sahut mamah Sania yang langsung masuk saat dokter itu pergi.

"Om, Siapa yang sakit?" Tanya Justin yang kebetulan lewat.

"Oh dokter muda, anak saya." Sahut papah Selin.

"Selin? Apa kata dokternya?" Tanya Justin.

"Dia hanya kelelahan dan banyak pikiran." Jelas papah.

"Semoga cepat sehat. Dan setelah ini semoga tidak bertemu disini lagi. Kalau begitu Saya permisi mau ke ruangan Saya dulu Om." Pamit Justin.

"Ah iya, makasih dok." Ucap papah.

"Siapa Om?" Tanya Alvin bingung.

"Ah, dia dokter yang menangani Om waktu itu. Anaknya baik, tapi Om heran kenapa Selin ngga kepincut pas ketemu dia." Jelas papah.

"Om pernah di Rumah sakit ini? Sakit apa? Kok ngga ngasih tau Alvin." Tanya Alvin bertubi-tubi.

"Iya, mungkin sebulan yang lalu. Penyakit jantung Vin. Om ngga kepikiran buat kabarin siapapun."

"Tapi Om udah sehat kan ? Atau mau pulang aja? Biar Alvin yang jagain Selin."

"Ngga, Om harus ke kantor. Apa boleh titip Tante dan Selin?"

"Tentu Om, mereka akan Alvin jaga." Jawab Alvin tegas.

"Ah iya, tadi belum sempat sarapan mau makan di kantin ngga? Sekalian bawain buat tante nanti." Tanya papah Selin.

"Boleh Om."

Merekapun sarapan dikantin Rumah sakit, meninggalkan Mamah Sania di dalam ruangan.

Lalu setelahnya Alvin mengantar Om Heri ke kantornya. Sebenernya Om Heri menolak, tapi Alvin bertekad mengantar calon mertuanya itu.

Setelah mengantar, Alvin kembali ke Rumah sakit dengan membawa kantung berisi makanan.

Jimmy yang berada di ruangannya tidak sengaja melihat Alvin sejak turun dari mobil.

Dia tidak yakin itu Alvin sampai dia mengikuti Alvin ke ruangan dimana Selin dirawat.

'Selin? Kamu kenapa? Apa kamu sakit karena memikirkan ucapanku? Selin bangun, jawab aku. Maafkan aku Selin.' ucap Jimmy yang sudah berdiri disamping kiri Selin.

"Tan, ini sarapannya. Dimakan dulu." Ucap Alvin.

"Ah iya, makasih ya Vin."

"Sel, lama banget kamu tidurnya. Aku yang lihat aja bosen. Ngga pengen lihat muka ku apa?! Cepetan bangun, nanti Aku beliin apapun yang kamu mau deh." Ucap Alvin dengan menggenggam tangan Selin.

'Ternyata bukan hanya rasa cinta, Aku juga ingin sekali saja memelukmu, menggenggam tanganmu, berjalan beriringan denganmu, dan segala hal denganmu seperti yang kak Alvin lakukan. Aku sedih, sakit, tapi Aku ngga bisa salahin kamu atas rasa itu. Cepat bangun ya. Aku ingin kamu melihatku sekali lagi.' ucap Jimmy dengan melihat wajah damai Selin.

"Kak Alvin? Ngapain dikamar Selin pagi-pagi?" Tanya Selin saat membuka mata dan yang dilihatnya Alvin memegangi tangannya.

"Lihat sekeliling dulu, ini bukan kamar kamu." Jelas Alvin.

Selin pun melihat sekelilingnya dan saat menolehkan kepalanya ke samping kiri. Dia membulatkan matanya, tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Jimmy?" Tannyanya.

"Iya, ini Aku. Kamu di rumah sakit. Dan kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Jimmy.

"Jimmy? Siapa nak?" Tanya mamahnya bingung.

"Ah bukan siapa-siapa." Jawab Selin bohong.

'Apa ada Jimmy di sini? Apa-apaan anak itu. Berani-beraninya.' batin Alvin.

'Jim, Aku minta maaf. Maafkan Aku.' ucap Selin dalam hati.

'Aku yang salah, harusnya Aku yang memohon maafmu.' jawab Jimmy.

'Maafkan Aku. Aku belum bisa menerima kenyataan, tapi kalau masih ada waktu Aku ingin membantumu lagi, karna Aku sudah berjanji akan membantumu.' ucap Selin.

'Tidak apa, kamu hanya perlu bahagia sekarang dan seterusnya. Karna dengan itu sudah cukup membantuku. Aku tidak berharap hidup lagi sekarang. Aku hanya akan menunggu waktuku habis. Jadi berbahagialah.'

Selin yang tidak tahu harus berkata apa dan takut tidak bisa menahan air matanya, memilih mengajak Alvin berbicara.

'Iya, itulah alasanku tidak mau hidup lagi sekarang. Karna kamu sudah menjadi miliknya.' batin Jimmy.

.
.
.
.
.
.
.

To be continue...

Hallo!!

Aku sengaja ngga ngingetin vote di tiap part bukan berarti ngga ngarepin vote ya hhe.

Vote dan komentarnya di harapin banget kok, cuma biar ngga bosen aja baca minta votenya hhe.

Makasihh

-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang