Tiga Belas

705 116 13
                                    

"Pagi Jim." Sapa Selin yang baru saja membuka matanya.

"Pagi juga,." Balas Jimmy.

"Jim, hari ini kayaknya aku mau ke rumah sakit deh." Ucap Selin setelah mendudukkan dirinya.

"Kenapa? Apa skripsimu sudah beres?" Tanya Jimmy

"Masih ada satu bulan, dan sidangnya dua minggu setelah itu. Penguasaan materi? Aku rasa udah cukup karna udah sering revisi dan dibahas sama dosen, tinggal mengulangnya lagi." Jelas Selin.

"Tapi aku bisa nunggu sampe kamu sidang kok."

"Jim kalo gini terus kapan ada perkembangan? Aku belum tau sakit kamu apa dan perlu bantuan apa sementara kamu sudah disini dua bulan. Waktu kamu tinggal dua bulan kalo nunggu aku sidang." Ucap Selin menahan amarahnya.

"Tap-"

"Udah, ini keputusanku. Ngga ada tapi tapian." Ucap Selin yang segera mencegah ucapan Jimmy.

Daripada berdebat dengan Jimmy pagi hari, Selin memilih cuci muka dan langsung turun ke ruang makan.

'Apa? Kok ada kak Alvin? Apa aku lupa ada janji sama kak Alvin hari ini? Tapi aku harus kerumah sakit, gimana nih?' batin Selin setelah melihat Alvin dimeja makan.

"Ngapain kak Alvin disini?" Sapanya

"Kenapa? Masalah?" Tanya Alvin

"Engga, ngapain aja? Perasaan ngga ada janji deh hari ini." Ucap Selin

"Kenapa sih? Orang mau main juga. Jangan-jangan lo mau jalan ya sama pacar?" Tanya Alvin yang berhasil membuat Selin melotot.

"Kak Alvin apaan sih, punya pacar aja engga. Ngeselin." Ucap Selin menekuk mukanya.

"Ternyata kalian fisiknya aja yang berubah, kelakuannya masih sama kaya dua anak SD yang bertengkar dimeja makan." Ucap mamah yang sibuk menata makanan.

"Kak Alvin yang mulai mah." Adu Selin

"Lo yang buat kesel duluan." Sahut Alvin

"Alvin, apa selama dua tahun di Inggris kamu kesepian?" Tanya mamah Selin

"Iya tan, soalnya ngga ada temen yang kayak Selin disana. Bahkan aku ngga makan dengan benar disana. Aku selalu merindukan masakan Mamah dan Tante." Ucap Alvin

"Ngga bakal ada orang yang kayak Marsellina Adhitama, cantik iya, gemesin iya, humoris iya, pinter iya. Ngga ada kurang deh." Ucap Selin membanggakan dirinya sendiri.

"Kurang waras sama jauh jodoh." Balas Alvin

"Mah, denger anaknya disumpahin." Adu Selin lagi.

"Diluar aja juteknya minta ampun, tapi dirumah manja bener." Sindir Alvin

"Kalo kamu jauh jodoh, tinggal mamah nikahin aja sama Alvin." Sahut mamahnya.

"Siap tante." Ucap Alvin

"Mamah!" Ucap Selin

'Alvin deket banget sama Selin, bahkan sampai orang tua Selin mempercayakan anaknya ke Alvin. Rasanya hidupku selama ini jauh dari kata bahagia.' batin Jimmy saat melihat pemandangan didepannya yang lagi-lagi membuatnya iri.

Setelah sarapan Selin kembali ke kamarnya diikuti Alvin, memang sebegitu percayanya orangtua mereka sampai membiarkan dua manusia dewasa dikamar berdua.

"Kak Alvin ngapain ngikutin kesini?" Tanya Selin akan menutup pintu dan melihat Alvin dibelakangnya.

"Mau bicara, penting." Ucap Alvin dan langsung menerobos masuk.

"Tapi Selin mau mandi dulu." Ucap Selin

"Yaudah mandi sana, gue mau rebahan bentar."

Selin memang tidak mempermasalahkan keberadaan Alvin dikamarnya. Dia benar-benar tidak memikirkan apapun. Sementara Alvin terus saja menahan rasa ingin menciumnya.

"Kak Alvin!" Panggil Selin saat melihat Alvin memejamkan matanya.

"Berisik! Gue bilang kan rebahan bukan tidur." Ucap Alvin

"Mau ngomong apa?" Tanya Selin merebahkan dirinya disamping Alvin.

"Gue mau jadi supir lo hari ini." Ucap Alvin to the point.

"Tapi kenapa? Aku ngga bisa kalo hari ini kak. Ada urusan penting." Tolak Selin

"Urusan apa? Lo mau bantu arwah itu? Gue ikut."

"Gue tau karna denger percakapan lo malam itu sama arwah dari awal, ya walaupun gue ngga denger dan ngga lihat itu arwah tapi gue tau intinya lo mau nolong dia." Lanjut Alvin seolah menjawab kebingungan Selin.

"Kalo ada apa-apa jangan disimpen sendiri, gue mau bantu lo juga. Gue khawatir sama lo." Ucap Alvin meyakinkan.

"Tapi apa ini boleh Jim?" Tanya Selin

"Nggapapa, aku percaya sama kak Alvinmu itu." Ucap Jimmy.

Selin menarik nafasnya dalam seolah akan mengambil masalah besar dan menghembuskannya seolah akan menyelesaikannya segera karna ada yang membantunya.

"Makasih ya kak Alvin." Ucap Selin memeluk Alvin yang masih diposisi awalnya, rebahan.

Alvin tentu terkejut, tapi dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Alvin pun membalas pelukannya dan mengacak rambut Selin gemas.

"Yaudah sana dandan dulu." Ucap Alvin melapas pelukannya.

"Iya tunggu bentar ya. Btw kak Alvin dadanya keras banget." Ucap Selin yang sudah duduk dikursi riasnya.

"Ini berkat olahraga rutin. Lo mau lihat?" Tanya Alvin sengaja menggoda Selin.

"Boleh? Buka kalo gitu." Ucap Selin membalik badannya antusias.

"Ngga! Ntar lo khilaf. Terus nyerang gue lagi." Ucap Alvin menahan ekspresi terkejutnya.

Selin yang kecewa mempoutkan bibirnya dan kembali fokus pada pantulan dirinya dicermin.

'Diluar dugaan, ekspresinya justru terlihat seperti anak yang menginginkan ice cream'. batin Alvin.

Di sisi lain, Jimmy justru ingin mentertawakan kepolosan Selin. Bagaimana bisa perempuan yang hampir wisuda itu tidak tau apa-apa.

'Pantas saja dia tidak punya pacar, mana ada cowok yang tahan lama sama ketidak pekaannya itu.' batin Jimmy

Alvin memilih diam menunggu Selin sampai selesai, daripada dirinya yang khilaf dan menyerang Selin.

.
.
.
.
.
.
.

To be continue...

-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang