Justin sudah terlihat rapih menggunakan kaos hitam oversize yang dipadukan dengan celana jeans, dan sneakers putihnya. Memang seperti
itulah style Justin, jika bukan acara penting ia hanya akan menggunakan warna hitam atau putih kemanapun ia pergi.Tapi sebelum pergi dia hanya ingin memastikan seseorang yang katanya ingin datang ke rumah Selin. Mengetuk pintu kamarnya lalu membukanya saat tidak ada jawaban.
Dan Jimmy yang masih damai dibawah selimut dengan cahaya matahari yang sudah memenuhi ruangannya lah pemandangan yang Justin lihat."Dasar pemalas." Ucap Justin yang langsung menutup pintu tanpa membangunkan Jimmy.
Sementara itu, Justin menuruni anak tangga dengan tergesa dan melewati Mamahnya yang duduk di ruang keluarga begitu saja, "Mau kemana?" Tanya Mamah yang membuat Justin menghentikan langkahnya.
Ini termasuk hal baru dalam hidupnya, karena yang selama ini ia lakukan hanya keluar masuk tanpa izin maupun pamit.
"Ah, itu.. ada janji sama temen." Sahut Justin dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hati-hati dijalan." Ucap Mamahnya yang membuat Justin canggung.
"Aku pergi dulu." Pamit Justin yang hanya disahuti dengan senyuman.
Sementara dari lantai atas dengan jemari yang saling dikaitkan dan siku yang digunakan sebagai tumpuan pada railing, Jimmy melihat dan mendengar percakapan sekaligus pemandangan canggung itu, "Payah." Ucapnya dengan menunjukkan smirk andalannya sebelum kembali masuk ke kamarnya untuk bersiap.
.
.
.
.
.
.
.Flashback
Justin memang tidak menunjukkan
ekspresi apapun, tapi ia terkejut melihat seseorang dihadapannya sekarang."Apa ini kau?" Tanya Justin setelah beberapa detik terdiam.
"Seperti yang kak Justin lihat." Sahutnya.
"Jelaskan sekarang, apa maksud semua ini?" Ucap Justin yang masih tidak percaya.
"Maaf Kak, tapi ini udah malem. Dan kalau Aku jelasin bisa sampe tengah malam." Sahutnya.
"Tidak masalah. Jelaskan sekarang." Ucap Justin memaksa, walaupun ada benarnya juga ucapannya. Tapi Justin pikir dirinya bisa mengantarkannya pulang sebagai pertanggungjawaban.
"Gimana kalo besok ketemu dicafe? Jam sembilan." Ucapnya memberi penawaran.
"Apa jaminannya?"
"Kalung, ini pemberian Mamah. Jadi aku akan dateng besok buat ambil kalungnya."
"Baiklah." Ucap Justin setelah menerima kalungnya.
Dan setelah itu juga mereka terdiam, canggung. Sampai Justin menawarkan tumpangan pulang untuk mengakhiri suasana ini, tapi niat baiknya justru ditolak, yang membuatnya memilih setia duduk dibangku taman.
Justin lalu menyandarkan punggungnya, seolah melepas penat sembari menikmati keheningan dan udara malam "Rutinitas Jimmy tidak
membosankan juga." Ucapnya menunjukkan senyum tipis yang perlahan tergantikan dengan ekspresi datarnya lagi.Justin masih tidak percaya melihatnya ada disini. Banyak sekali pertanyaan bermunculan di pikirannya mengenai, 'Kenapa dia ada disini?' 'Apa yang dia lakukan dengan Jimmy tadi?' 'Apa maksudnya selama ini?' dan banyak lagi pertanyaan tentangnya.
Sebelumnya Justin memang berbohong pada Jimmy dengan mengatakan tidak melihat siapapun. Karena faktanya, Justin sengaja membunyikan klakson agar Jimmy berhenti mengejarnya. Dan memberinya kesempatan untuk bersembunyi. Karena Justin sempat melihat wajahnya sekilas, dan ingin memastikannya.
Justin takut tentang reaksi apa yang akan Jimmy tunjukkan, dan bagaimana perasaannya. Justin hanya ingin memastikannya lebih dulu.
Dan setelah dirasa cukup, Justin beranjak dari tempat duduknya, "Akhir yang bahagia memang butuh perjuangan dan pengorbanan." Ucapnya sembari berjalan menuju mobil.
Flashback end
Justin bisa menebak siapa pemilik siluet itu saat dirinya baru saja memarkirkan mobil, "Bahkan masih kurang sepuluh menit." Ucapnya bermonolog sembari melihat jam dipergelangan tangannya.
Tapi sedetik kemudian Justin dikejutkan dengan laki-laki yang baru saja mengantar pesanan itu memeluk seseorang yang baru saja ia tebak.
Dengan segera Justin keluar dari mobil dan berlari menuju meja itu untuk membantunya. Justin langsung berdiri ditengah mereka dengan kedua tangan yang mencengkram kerah lelaki itu.
"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Justin
Tidak ada perlawanan, hanya pertahanan yang lelaki itu lakukan, "Siapa kau?" Tanya balik lelaki itu.
Justin tambah geram mendengar ucapanya, bukannya menjawab malah balik bertanya, "Apa kau pantas
melakukan hal tadi pada pelangganmu?" Ucap Justin.Tidak langsung menjawab, lelaki itu justru menunjukkan smirk nya, "Apa kau kekasihnya? Sepertinya kau salah paham. Tanyakan saja pada kekasihmu itu." Sahutnya.
Barulah Justin melihat kesamping, dimana perempuan yang ia bela berdiri, "Kak Justin salah paham, dia ini Devan, temanku sekaligus pemilik cafe ini." Ucapnya sembari menundukkan kepala.
Saat itu juga Justin melepaskan tangannya, niatnya ingin membela justru membuatnya malu dan terpaksa mengeluarkan kata maaf dari mulutnya.
Dan karena merasa bersalah dia juga ingin meminta maaf, "Maa--" Ucapnya
terpotong saat Justin mengangkat tangannya didepan wajahnya mengistilahkan untuk menghentikan ucapannya.Lalu Justin memilih duduk yang secara spontan diikutinya. Tidak lama
kemudian seorang waiters datang membawa buku menunya, dan mereka pun memilih menu tanpa menanyakan satu sama lain layaknya sepasang kekasih, sampai waiters yang menawari mereka merasa aneh berada diantara mereka, 'walaupun mereka bukan sepasang kekasih setidaknya masih ada perhatian sebagai teman' pikirnya sembari mencatat pesanan.Dan setelah memesan, mereka kembali terdiam dengan pikiran masing-masing, sebentar melupakan tujuan mereka bertemu.
Dan saat dirasa cukup, "Kak, mau sampai kapan diam begini?" Tanyanya memulai percakapan.
Pikirannya masih memutar kejadian memalukan yang tadi ia lakukan dan sebagai respondnya Justin menaikkan satu alisnya karena ia masih memproses apa yang baru saja ia dengar, "Ah..Itu...Kenapa kau tiba-tiba ada disini?" Tanya Justin to the point.
"Kan udah janjian semalem. Apanya yang tiba-tiba?" Tanyanya balik.
'Oke Sabar, ini bukan salahnya. Memang kau yang salah memilih kata.' batin Justin sembari memejamkan matanya.
"Maksudku, Apa yang selama ini kau lakukan? Dan kemana saja kau selama ini?" Tanya Justin kemudian dengan nada seriusnya, seolah sedang melakukan interogasi.
Tidak ada jawaban dari lawan bicaranya, dia justru melihat kearah pintu dan menunjukkan ekspresi
terkejutnya yang membuat Justin penasaran lalu mengikuti arah pandangnya."Selin..."
.
.
.
.
.
.
.To be continue...
Akhirnya update juga😭
Jangan lupa vote&komentar ya:')
Karna dua hal itu jadi penyemangat nuliss buat aku💛Terimakasih💜
-애인-
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...