Selin sudah diperbolehkan pulang siang ini. Setelah menjalani pemeriksaan terakhir dan mengurus semua prosedur kepulangannya. Tapi tentu saja dia tidak pulang, dia ingin mengunjungi papanya.
Selin membuka paper bag yang Salwa berikan padanya. "Apa kau mengambilkan baju untukku?" tanyanya tak percaya setelah melihat sepasang baju baru.
Merotasikan bola matanya malas, "Aku melihat penjual menuliskan obral baju dipinggir jalan, jadi aku pikir itu pantas kau pakai." sahutnya.
Selin tidak menanggapi perkataan Salwa, pasalnya dia tahu kalau itu hanya leluconnya saja. Bagaimana bisa baju dengan bandrol dan paper bag bermerek itu ia beli dari penjual pinggir jalan?
"Tapi makasih, kapan-kapan ajak aku kepenjualnya. Sepertinya aku suka dengan model bajunya." sahut Selin pada akhirnya.
"Nanti...entah kapan hari itu tiba. Aku akan mengajakmu ke penjualnya kalau kau sudah punya pacar." celetuk Salwa dengan menjulurkan lidahnya.
Selin ingin sekali menjitak Salwa atau paling tidak menendang bokongnya. Tapi Selin tahu dimana dia berada sekarang. Mereka bisa langsung diusir satpam saat tertangkap tengah berkelahi.
Setelah membersihkan dirinya dan berganti pakaian, Selin langsung mengajak Salwa ke kantin karna perutnya kembali lapar.
Kembali menunjukkan eye smile-nya. "Sal ke kantin yuk!" ajak Selin.
Menghela nafas pasrah, "Baru kali ini ada pasien yang baru dipulangkan semangat ngajak ke kantin." ejek Salwa.
"Apa karena infus itu kau jadi rakus?" tanyanya.
"Entahlah, mungkin karena aku tidak makan seharian kemarin?" jawab Selin.
Berjalan dengan memikirkan makanan apa yang akan ia makan, Selin juga sudah memperkirakan sesuatu. Dapat ia pastikan kalau telinganya akan mendengar perkataan kasar dari Salwa.
Sebentar mengabaikan makanan yang tersaji didepannya, "Sal, tapi aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihatmu datang dengan seseorang." ucap Selin disela makannya.
"Aku percaya. Tadi hanya sandiwara saja di depan tante Sania." balas Salwa sembari menyiapkan makanan yang akan ia masukan kedalam mulut.
"Menurutmu selama ini dia masih mengikutiku atau tidak? Soalnya dari acara dinner itu dia tidak menggangguku sama sekali." ucap Selin frustasi.
"Aku juga tidak tahu, mungkin dia memang sempat pergi lalu datang lagi? Lebih pastinya aku tidak tahu karena aku pun tidak bisa melihatnya, bahkan merasakan hawanya saja tidak." sahut Salwa.
"Aku hanya akan membantu meringankan pikiranmu. Dengan membagi ceritanya padaku dan memberi solusi kalau kau perlu." lanjutnya.
"Sal--" menjeda kalimatnya.
"Sejak kapan kau berubah dewasa seperti ini? Rasanya baru tadi aku melihat Salwa yang masih 5 tahun." ucap Selin.
"Sial!" desis Salwa yang disambut gelak tawa oleh Selin.
"Kalau begitu nanti aku coba minta maaf." ucap Selin terhenti, menaikkan satu alisnya---menatap heran Salwa.
"Sal? Apa kau ada janji atau acara sampai harus melihat jam seperti itu?" tanya Selin lantaran Salwa yang tidak hentinya menatap jam dipergelangan tangannya.
"Sebentar lagi jadwal om Heri check up." jawab Salwa.
"Lalu?"
"Dokternya ganteng." ucap Salwa menunjukkan muka polosnya.
"Kalau begitu bayar! Ayok ke ruangan papa." ucap Selin yang sudah berdiri, merogoh sakunya lalu membalik telapak tangan seolah tidak menemukan apapun didalam sakunya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...