Tigapuluh Enam

532 56 15
                                    

Selin lalu mengangkat tangannya dengan maksud mengusap rambut Jimmy, tapi belum juga sampai tiba-tiba Jimmy merubah posisinya, lebih tepatnya menghadap pinggang Selin, yang membuat Selin mematung.

"Aku merindukanmu..."

Untuk sesaat Selin terdiam, pikirannya masih memutar ucapan yang baru saja Jimmy ucapkan. Hatinya berpacu cepat setelah mendengarnya, membuat telinganya begitu damai setelah mendengar suara Jimmy.

"Siapa yang kau rindukan Jim?" Tanya Selin sembari mengusap rambut Jimmy lembut, berusaha menjaga agar Jimmy tetap tertidur.

Bahkan cukup lama Selin melakukan kegiatannya itu, menikmati waktunya sebentar bersama Jimmy, barangkali dengan melakukan itu Selin bisa menutupi perasaan dan logikanya yang sedang bertarung hebat. Hatinya tidak siap jika saja Jimmy kecewa dan meninggalkannya, tapi logikanya meminta agar Jimmy tau semuanya dan hidup tanpa beban kedepannya.

Tapi, belum sempat membangunkan Jimmy, Selin justru tertidur dengan
posisi punggung yang ia sandarkan pada kepala ranjang, kaki yang ia luruskan disamping Jimmy, dan satu tangan yang ia biarkan menempel pada dagu Jimmy.

Mereka bahkan tidak merubah posisi itu sama sekali sampai pagi hari, seolah diposisi itu mereka benar-benar berada di kenyamanannya masing-masing. Mamah Selin yang sejak Selin masuk sudah khawatir juga sempat masuk untuk memastikan, tapi setelah melihat pemandangan itu hatinya seolah menyadari jika putrinya memang sudah dewasa, sudah saatnya melepas Selin dan mempercayai pilihannya.

Selin lupa dengan posisi dan siapa dia tidur semalam, dia langsung meregangkan tangan dan kakinya saat bangun yang secara tidak langsung membuat Selin menghimpit Jimmy dengan kakinya.

Dan Jimmy yang merasa terganggu pun perlahan membuka matanya.
"Dimana ini?" Ucapnya masih belum sadar sepenuhnya.

"Ah... Aku tidur dikamar Selin..." Ucapnya lagi setelah melihat sekelilingnya. Butuh tiga detik untuk Jimmy merespond ucapannya, dan setelah sadar sepenuhnya dengan apa yang dia ucapkan, Jimmy langsung mendudukan dirinya dikasur.

Matanya langsung menangkap pemandangan yang ia rindukan akhir-akhir ini, 'Apa aku masih bermimpi' batin Jimmy.

"Selin..." Ucapnya lembut.

Sedangkan Selin yang namanya dipanggil hanya melemparkan senyum sebagai tanggapannya, dia terlalu bingung harus berekspresi seperti apa.

"Boleh ku peluk?" Tanya Jimmy yang masih berpikir sekarang ini ia masih di alam mimpinya.

Selin lalu menganggukan kepalanya sebagai persetujuan. Barulah Jimmy memeluknya, sangat erat sembari memohon agar ia tidak cepat terbangun dari mimpinya, dan jika saja diizinkan Jimmy memohon agar dirinya bisa hidup dialam mimpinya yang lebih bahagia.

Selin tentu membalas pelukan Jimmy, dengan tangan yang ia gunakan untuk mengusap rambut Jimmy.

"Jim.." panggil Selin.

Masih dalam pelukan, Jimny hanya berdehem sebagai jawabannya.
"Maafkan aku..." Ucap Selin kembali meneteskan air matanya.

Dan Jimmy yang merasa punggung Selin bergetar langsung melepas pelukannya. Menggunakan satu tangannya untuk memegang bahu Selin dan satu tangannya lagi Jimmy gunakan untuk menyingkap rambut Selin yang menutupi wajahnya karena menunduk.

"Jangan menangis." Ucap Jimmy.

"Jim, ini aku. Marselina, orang yang selama lima bulan ini kamu cari, dan juga orang yang membuat hidupmu seperti ini. Maafkan aku..." Ucapnya masih menunduk. Karena bagi Selin, menatap mata Jimmy hanya akan membuat hatinya lebih perih.

"Aku tidak bermimpi?" Tanya Jimmy masih tidak percaya.

"Tatap aku, Aku akan percaya ini nyata setalah kau menatapku." Lanjutnya

Perlahan Selin mengangkat kepalanya untuk menatap mata Jimmy yang ia hindari, "Aku tidak bisa, aku pembohong, penjahat, aku tidak pantas menatap matamu." Ucap Selin setelah melihat mata Jimmy sekilas.

"Jelaskan semuanya, aku akan mendengarkan semua alasanmu. Aku tau kamu bukan orang seperti itu, kamu pasti punya alasan sendiri." Ucap Jimmy berusaha membujuk Selin.

Barulah Selin menatap mata Jimmy dalam, berusaha mencari keyakinan dari mata Jimmy, Selin tidak menyangka jika Jimmy akan berbicara seperti itu.

Selin menarik nafasnya dalam dan membuangnya kasar sebelum ia mulai menjelaskan, "Sebelumnya, kamu pasti tau kalau kak Alvin mengetahui cerita mu dariku, tapi ditengah jalan aku memilih tidak bercerita lagi. Kamu meminta tolong padaku, tapi kenapa semuanya harus aku repotkan, itulah alasanku. Sampai akhirnya aku bertemu kak Justin yang membuatku yakin kalau aku bisa mencarinya jika bersama.

'Kak Justin bantu Selin juga?' batin Jimmy.

Sampai akhirnya dua bulan tiba aku dan kak Justin tidak menemukan apa-apa karna ditengah jalan juga aku harus mengunjungi kak Alvin yang koma karena kecelakaan. Disitu aku sudah berpikir untuk mendonorkannya untukmu, walaupun masih ada sedikit keraguan. Saat Aku merasa
kebahagiaanku sudah cukup, aku ingin membaginya juga denganmu, itulah alasanku yakin memberikannya untukmu.

'Kak Alvin kecelakaan? Tapi kenapa?
Membagi kebahagiaan denganku? Kenapa baru sekarang aku sadar kalau melanjutkan hidup sebahagia ini.'-Jimmy

Dan saat aku sudah memberikan surat pada kak Justin aku mendapat kabar kalau ada seseorang yang akan
mendonorkan ginjal untukmu, tapi mereka tidak mau memberi tau siapa orang itu karena ini permintaan pendonor.

Tepat hari itu juga kak Alvin dipindahkan ke Singapura, karena tidak ada alasan yang menahanku disini akhirnya aku memilih pergi tanpa memberi penjelasan apapun padamu. Dan memilih mengganti nomorku karna rasa malu,

Aku sudah menceritakan semuanya pada orangtuaku dan Salwa, aku mengatakan kalau aku tidak akan
pulang dan akan tinggal disana bersama kak Alvin. Tapi setelah kak Alvin sadar dan mulai pulih tiba-tiba dia menanyakan apakah operasimu berjalan lancar dan membuatku
mencurigainya, lalu setelah
memaksanya bercerita kak Alvin bilang kalau dia yang mencari pendonor itu. Lalu setelah itu juga kak Alvin menyuruhku pulang dengan beberapa alasan yang tidak bisa ku ceritakan.

Terakhir, perempuan yang kau temui ditaman malam itu adalah aku. Dan aku yang mengambil jasmu tertangkap kak Justin yang ternyata memutar balik mobilnya untuk menemuiku." Jelas Selin panjang lebar dengan sesekali melihat raut wajah Jimmy.

Jimmy menerima satu persatu kata yang Selin ucapkan dengan baik, hatinya lega mendengar semua penjelasan Selin, ada rasa damai disana setelah mendengar suara lembut yang selama ini ia rindukan, walaupun ada rasa bertanya-tanya juga di antaranya.

"Terimakasih sudah memilih kembali, terimakasih sudah menjelaskannya padaku, terimakasih untuk semuanya." Ucap Jimmy yang sudah memeluk Selin.

"Kamu ngga marah? Kamu maafin aku?" Tanya Selin.

"Daripada marah aku lebih memilih bersyukur karna kamu kembali, dan tentu saja aku memaafkanmu." Sahut Jimmy.

"Terimakasih Jim." Ucap Selin sembari membalas pelukan Jimmy.

Keduanya meneteskan air matanya dalam pelukan. Bedanya, jika Jimmy meneteskan air mata bahagianya, Selin meneteskan air mata bahagia sekaligus kesedihannya, karena ia merasa pergi tanpa penjelasan yang ia kira akan baik-baik saja ternyata membuat Jimmy hidup dalam rasa bersalahnya.

'Maafkan aku, aku tidak bisa menjelaskan alsanku pulang.' -Selin

.
.
.
.
.
.
.

To be continue...

Aku mau tanya 🤗, kalian bayangin siapa di karakter

Alvin

Justin

Salwa

-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang