Tujuh belas

626 87 6
                                    

Setelah menggendong Selin dan menidurkannya dikasur, sebenernya Alvin ingin tidur disampingnya lagi, tapi dia bukan pemanfaat keadaan saat orangnya tidak sadar, walaupun dia tau kalau Selin hanya pura-pura. Jadi dia memilih tidur dikamar tamu.

Selin membuka mata setelah Alvin berbalik untuk melihatnya sebelum tidur. Tapi dia tidak mau memikirkan hal ini lagi, jadi dia benar-benar memejamkan matanya setelah Alvin menutup pintu.

Pagi harinya,

"Kak, habis dari kampus aku pulang kerumah ya." Ucap Selin setelah masuk mobil.

"Eh tapi gue izinnya seminggu tuh. Gue bilang lo kangen sama gue makanya nginep lama. Tapi kalo lo mau ribet jawab pertanyaan mamah lo sih terserah." Ucap Alvin yang pandangannya terus fokus pada jalanan.

"Tapikan semua keperluan kampus ada dirumah." Keluh Selin karna dia memilih tidak pulang kerumah setelah mendengar alasan izin Alvin.

"Lo perlu apa, nanti gue ambilin pulang nganter lo." Ucap Alvin.

"Kak Alvin emang the best! Nanti aku bawain rendang deh buat hadiah." Ucapnya sambil mengacungkan jempol.

"Nasi sama ayam kremesnya sekalian." Usul Alvin.

"Iya, iya.."

Mobil sudah terparkir, tapi Alvin yang hanya mengantar ikut turun.

"Mau nemenin gue sarapan ngga?" Tanya Alvin.

"Di kantin?" Selin balik tanya.

"Iyalah."

"Yaudah ayo."

Sesampainya dikantin, banyak mahasiswi yang masih mengenalnya, dan beberapa yang tidak mengenalnya berbisik tentangnya.

"Kak Alvin masih terkenal aja ya, walaupun udah lulus dua tahun." Ucap Selin setelah mereka memilih tempat duduk.

"Gimana ya? Orang ganteng udah gitu pinter lagi, gimana mau lupainnya coba." Ucap Alvin dengan penuh percaya dirinya.

"Terserah kak Alvin aja." Ucap Selin malas.

"Pesanan datang, silahkan dinikmati. Den Alvin, Non Selin." Ucap ibu pemilik kantin yang jadi langganan mereka saat masih satu kampus dulu.

"Terimakasih bu." Ucap Alvin dan Selin kompak.

"Aish... Kalian manis sekali." Ucap Bu kantin sambil melangkah pergi.

Merekapun makan dengan canggung setelahnya, hanya ada suara beberapa orang yang berbisik, dan suara sendok garpu mereka yang beradu dengan piring.

"Udah? Mau beli camilan ngga?" Tanya Alvin setelah Selin menghabiskan makannya.

"Nggausah, kan aku mau ke perpus." Tolak Selin.

"Oh ya nanti apa aja yang aku perluin aku line aja ya kak." Lanjutnya

"Hmm. Kalo gitu gue pulang dulu ya." Pamit Alvin.

"Kak Alvin!!! Tunggu!!" Teriak Salwa

"Gila tuh anak." Ucap Selin tak habis pikir.

"Ini macaroon buat kak Alvin." Ucapnya dengan nafas yang memburu.

"Emang dikantin ada yang jual ya?" Tanya Alvin bingung.

"Engga, tadinya Salwa beli buat Selin. Tapi lihat kak Alvin disini, yaudah deh buat kak Alvin aja." Ucapnya diakhiri senyum yang memamerkan giginya.

"Oke, gue makan nanti. Makasih ya. Dan maaf buat yang ngga jadi makan." Ucap Alvin mengacak rambut Salwa dan langsung masuk mobilnya.

"Ngeselin banget tuh orang, lagian lo ngapain malah kasih ke dia sih." Ucap Selin kesal.

Yang diajak bicara tidak kunjung menjawab, dan setelah dilihat ternyata masih diam dengan senyum berbunga-bunga.

"Dasar!" Ucap Selin sebelum pergi meninggalkan Salwa.

Sesampainya diperpustakaan, Selin menghela nafasnya kasar. Dia membenci tempat ini sekarang, karna semua tempat yang pernah ia datangi dan disitu ada obrolan dengan Jimmy, mulai sekarang itu menjadi tempat yang dibencinya.

Selin bahkan tidak tahu Jimmy ada disampingnya sekarang. Sedih dan sakit itulah yang Jimmy rasakan setelah melihat raut wajah Selin.

'Harusnya bukan seperti ini pertemanan kita berakhir, tapi jika pertemanan kita berakhir karna aku yang pergi jauh bukankah itu lebih menyakitkanmu. Memang aku tidak ditakdirkan memiliki teman didunia ini. Maafkan aku, Selin...' batin Jimmy.

"Tapi bagaimana lagi? Aku harus segera lulus dan tempat yang aku benci satu-persatu tidak akan aku kunjungi lagi. Jadi, ayo masuk!" Ucap Selin meyakinkan dirinya sendiri.

Dan setelah masuk lalu memilih beberapa buku Selin sebenernya ingin duduk ditempat itu lagi. Entah kenapa tempat itu tak banyak diminati. Tapi Selin mengabaikan keinginannya dan memilih tempat duduk yang ramai.

'Sebentar lagi kamu wisuda ya. Walaupun kamu membenciku tapi aku berharap semoga aku bisa melihatmu dihari bahagiamu.' batin Jimmy sambil satu tangannya menopang kepala dan matanya yang tak berkedip melihat Selin membaca buku.

"Selin, lo kurang ajar banget ya. Gue malu tau dilihatin orang-orang lagi senyum-senyum sendiri." Bisik Salwa yang mendudukkan dirinya ditempat duduk Jimmy yang mau tak mau membuat Jimmy berdiri sekarang.

'Lo yang kurang ajar tau!' Ucap Jimmy kesal dan lagi-lagi dia keceplosan.

Deg

"Yaudah yuk pergi, gue pinjem aja nih buku." Ucap Selin setelah mendengar suara Jimmy.

"Eh, mau kemana? Kok jadi lo yang kesel sih." Ucap Salwa lalu mengikuti Selin yang sudah pergi untuk mengisi di buku pinjaman.

"Bosen diperpus. Lo bawa mobil kan?" Tanya Selin.

"Iya."

"Mana kuncinya?"

"Nih." Ucap Salwa yang menenteng kunci mobilnya.

Selin pun merebut kunci Salwa paksa. Lalu menuju parkiran diikuti Salwa yang terus mengikutinya dibelakang.

Sesampainya diparkiran,

"Gue harap lo nggak ngikutin gue kali ini, atau gue bakal bener-bener benci sama lo." Ucap Selin yang ditujukan untuk Jimmy.

"Maksud lo apa Sel?" Tanya Salwa bingung.

"Bukan lo kok, buruan masuk. Ntar gue ceritain dicafe." Ucap Selin lalu memasuki mobil, tentu bukan cafe langganan mereka yang ia tuju. Karna dicafe itu juga pernah ada obrolan dengan Jimmy.

'Lo gapernah gini sebelumnya, dan gue yakin lo ngga baik-baik aja tapi setidaknya. Kenapa-kenapanya lo sekarang masih bisa gue bantu.' batin Salwa karna melihat Selin yang hanya diam selama perjalanan.

.
.
.
.
.
.
.

To be continue...

-애인-

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang