Satu

3.4K 256 92
                                    

Marselina atau biasa dipanggil Selin adalah mahasiswi semester akhir yang sedang disibukkan dengan skripsinya. Duduk di perpustakaan dengan beberapa buku sampai lupa waktu sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa bulan terakhir.

Stres, itulah yang dirasakannya. Dosen pembimbingnya memang gampang ditemuin, tapi bolak-balik revisi. Menyebalkan, seandainya ia punya keberanian lebih mungkin sedikit kalimat singgungan sudah ia lontarkan. Namun semua ucapan pedas itu hanya terucap oleh batinnya, sementara mulutnya ia gunakan untuk tersenyum dan sesekali meng-iyakan perintah dosennya. Ah, bahkan hanya dengan membayangkan saja sudah  membuatnya muak.

Tapi dirumah, Selin tetaplah anak periang. Layaknya anak TK yang baru saja pulang kerumah, ia akan menceritakan semua yang ia lakukan dikampus namun tidak dengan kesulitannya membuat skripsi. Pikirnya hanya dengan itu komunikasi dikeluarganya bisa berjalan, mengetahui satu sama lain dengan baik.

Matanya mulai terbuka saat cahaya matahari menyelinap masuk melalui jendela. Terkejut, itulah perasaannya saat baru saja terbangun. Melihat tirai jendelanya terbuka, barangkali ia lupa menutup kembali tirainya semalam.

Dengan tergesa Selin menuruni tangga. Berniat memeriksa kelengkapan rumahnya. "Ma, pulang jam berapa? Kenapa tidak kasih tahu Selin? Selin kan bisa jemput Mama-Papa, atau paling tidak Selin bisa bangun lebih pagi dan siapkan makanan." ucapnya saat menemukan Mamanya berjalan dari arah dapur.

"Jam 10 malam, Mama juga tidak tahu akan pulang, Papa mu tiba-tiba saja menyuruh berkemas dan melakukan penerbangan kemarin." jelas Sania-mama Selin.

Tangannya sudah meraih lengan Sania, mengapitnya sembari berjalan. "Kalau begitu...bagaimana kalo kita dinner diluar?" tawar Selin.

"Boleh. Tapi kalau besok bagaimana?" sahut Sania.

Selin menarik sudut bibirnya, menyuguhkan senyuman manisnya. "Tidak masalah, Mama juga butuh istirahat." ucapnya.

Rasa lelah Sania terbayar saat melihat senyuman diwajah putrinya, sekaligus terbesit rasa bersalah karena tidak bisa menuruti permintaannya hari ini, "Hari ini ke kampus jam berapa? Mama udah siapin sarapan." ucapnya.

Selin melirik jam dinding sebentar, "Jam 10, Selin mandi dulu Ma sekalian." ucapnya sembari berlalu pergi.

Sania terus menatap putrinya sampai memasuki kamar, "Semoga di wisuda nanti, kamu bisa bawa pasangan." ucap Sania yang mungkin tidak didengar Selin. Hanya berharap putrinya bisa mengenalkan seseorang yang akan menggantikan tugasnya, berharap dirinya bisa menyaksikan putrinya itu menemukan kebahagiaannya yang lain.

.
.
.
.
.


Perpustakaan sudah ramai dengan mahasiswa yang terlihat satu angkatan dengannya saat Selin menginjakkan kakinya masuk, salah satu hal yang kurang ia sukai. "Semoga bisa fokus." ucapnya.

Selin memasang earphone-nya, mendengarkan lagu sembari berkeliling mencari buku untuk tambahannya. Rasanya bukan Selin kalau belum mendengarkan lagu dalam satu hari saja.

Dan saat sudah menemukan beberapa buku yang diperlukannya. Sekarang Selin melihat sekeliling, mencari tempat duduk yang sepi. Bersyukur masih menemukan meja kosong, meski di pojok ruangan. Tidak masalah baginya yang terpenting adalah fokusnya.

Mengeluarkan laptop,

Mengucapkan suatu harapan sebelum mengetik juga menjadi salah satu kebiasaan Selin, karena ia percaya---ucapan adalah doa.

Mengembuskan nafas kasar,
"Semoga kali ini tidak ada revisi lagi." ucapnya bermonolog.

"Aku bisa memastikan, kau akan sering berbicara sendiri nanti. Dan aku berharap itu terjadi secepatnya." ucap seseorang menunjukkan smirk-nya.

Oh My Ghost ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang