Sekarang Selin sudah bersama Salwa lagi, setelah kurang lebih dua jam dirinya di dalam ruangan sidang.
Selin sudah merasa lega, sesaat satu bebannya hilang. Walaupun belum tau hasilnya.
"Gimana tadi?" Tanya Salwa penasaran.
"Biasa lah, presentasi terus tanya jawab disertai debat." Jawab Selin dengan menunjukkan eye smilenya.
"Baguslah. Oh iya, mau ke kantin dulu ngga? Selagi nunggu hasil ntar sore." Tanya Salwa.
"Ayoklah, gue laper tadi belum sarapan." Sahut Selin yang langsung berjalan menuju kantin.
"Sal, lo kok bisa setenang itu sih dari sebelum masuk sampe keluar ruangan." Tanya Selin.
"Iya gue juga gugup sebenernya, tapi gue ngga mau kelihatan gugup. Jadi, gue pura-pura aja ngajakin lo cengengesan." Jelas Salwa yang selesai tepat dengan sampainya mereka di kantin.
Merekapun memesan makanannya masing-masing lalu memilih tempat duduk favorit mereka.
"Gue mau cerita Sal." Ucap Selin disela kegiatan makannya.
"Gue dengerin."
"Menurut lo gue harus gimana ke kak Alvin?" Tanya Selin.
"Ya perlakukan selayaknya pasangan pada umumnya." Jawab Salwa tanpa berpikir lama.
"Gue sayang sama kak Alvin, tapi lo tau kan gue belum pernah pacaran. Dan lagi gue lebih nyaman sebelum pacaran karna gue rasa kak Alvin lebih posesif semenjak pacaran, padahal baru sebulan." Jelas Selin.
"Lo cinta ngga sama kak Alvin?" Tanya Salwa serius.
"Gue ngga tau, pokoknya kalo sama kak Alvin sayang aja, karna dari dulu bareng, terus kak Alvin udah tau gue gimana, dulu juga kak Alvin yang selalu belain kalo gue di usilin, dan masih banyak lagi. Jadi gue ngrasa terlindungi aja." Jelas Selin antusias.
"Astaga! Asal lo tau, barusan itu deskripsi seorang kakak atau ngga sahabat, sama sekali ngga ada rasa cinta buat kak Alvin dari deskripsi lo barusan." Ucap Salwa yang berhasil membuat Selin bingung.
Salwa tau apa maksud ekspresi itu tanpa Selin mengeluarkan pertanyaannya "Dua minggu yang lalu, Lo galau ngga pas kak Alvin ngilang sehari?" Tanya Salwa seolah menginterogasi.
"Awalnya bertanya-tanya kenapa, tapi ngga lama setelah itu langsung kepikiran masalah lain." Jawab Selin apa adanya sembari mengingat hari itu.
"Lo gugup ngga kalo diajak jalan kak Alvin?" Lagi, Salwa mengeluarkan pertanyaannya.
"Engga lah! Kalo kak Alvin ngajak pergi ya seneng." Sahut Selin spontan.
"Oke, satu pertanyaan lagi. Lo selalu mikirin kak Alvin? Atau ngga terbayang mukanya kak Alvin pas lo lagi bengong gitu?" Salwa berharap pertanyaan ini dijawab iya oleh Selin.
"Emmm..? En-ngga? Kayaknya ngga selalu. Pas di cium kak Alvin aja, pulang ke rumah gue malah mikirin hal lain." Jelas Selin
"Oke, lo emang beneran ngga ada rasa cinta ke Kak Alvin. Coba lo tutup mata terus siapa yang muncul di pikiran lo." Titah Salwa yang langsung mendapat gelengan kepala dari Selin.
"Ngga mau, tadi sebelum sidang gue gitu yang muncul malah Jimmy." Ucap Selin memberi penjelasan.
Salwa menggelengkan kepala seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya barusan.
"Kenapa lo?" Tanya Selin
"Udah lanjut aja makannya, kayaknya lo emang kelaperan banget." Ucap Salwa mengalihkan topik.
"Dasar, aneh lo." Ucap Selin pelan dengan tangan yang siap memasukkan sesuap nasi ke mulutnya.
Setelah pembahasan tadi mereka sibuk menghabiskan makanan masing-masing dan diselingi pembahasan random.
Sampai akhirnya mereka sudah berdiri didepan ruang sidang lagi.
Beruntungnya tidak ada pemberitahuan apa-apa selama mereka di kantin. Kurang lebih tiga puluh menit mereka disana, tiba-tiba ada dosen yang nyuruh peserta sidang masuk ke suatu ruangan.
Dan di ruangan sekarang ini, mereka semua was-was. Karna lulus atau tidaknya akan di umumkan.
Nama Salwa sudah dipanggil dan dinyatakan lulus tadi, Selin senang mendengarnya. Tapi tentu dirinya masih was-was karna namanya belum dipanggil.
"Marselina Adhitama." Panggil dosen.
"Bagaimana sidangnya tadi?" Tanya dosennya setelah Selin maju.
"Lancar pak." Jawab Selin seadanya.
"Kamu yakin lulus, setelah sidang yang menurutmu lancar?" Tanya dosennya lagi.
'Ya Tuhan, apa maksudnya ini? Apa pak dosen meremehkanku karna aku terlalu percaya diri?' dalam hati Selin benar-benar cemas.
"Iya, Saya yakin pak." Jawab Selin masih percaya diri.
"Tapi mohon maaf-"
"Baik pak, Saya mengerti. Terimakasih." Ucap Selin membungkukan badannya empat puluh lima derajat sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Kamu tidak sopan sekali ya! Untung kamu keluar tahun ini." Ucap dosen yang memberhentikan langkah Selin.
"Maaf pak, tapi salah Saya apa? Kenapa dikeluarkan? Saya tidak apa-apa kok kalau ikut sidang tahun depan." Ucap Selin yang sudah berdiri dihapan dosennya lagi.
"Kamu ini dinyatakan lulus! Ngapain sidang tahun depan." Ucap dosennya.
"Tapi tadi bapak minta maaf?" Tanya Selin bingung.
"Makanya kalo orang ngomong jangan di potong." Ucap dosennya pura-pura marah.
Tentu saat itu juga semua peserta diruangan menertawakannya.
'Selin, ingatlah ini kapanpun untuk mengajari anakmu nanti agar tidak memotong ucapan orang.' ucap Selin dalam hati dengan menundukkan kepalanya dan mata yang terpejam.
"Maaf pak, dan terimakasih." Ucap Selin kembali membungkukkan badannya sebelum benar-benar kembali ke tempat duduknya.
"Memorable banget kan Sel. Gue juga bakal nginget ini deh kayaknya." Ucap Salwa yang masih tertawa setelah Selin duduk disampingnya.
"Diem lo!" Ucap Selin
"Btw, Congratulation ya. Kita wisuda bareng." Ucap Salwa yang sudah menghentikan tawanya.
'Berterimakasih lah sama gue, karna suasananya jadi cair.' batin Selin.
"Dan satu lagi, gue kasih tau. Belajarlah mencintai kak Alvin, karna gue ngga mau lo jatuh cinta sama hantu alias Jimmy." Bisik Salwa dengan memberikan senyuman hangatnya.
.
.
.
.
.
.
.To be continue...
-애인-
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost ✓
Teen Fiction[Proses Revisi] -Aku menemukanmu- Marselina atau akrab disapa Selin ini tiba-tiba bisa melihat arwah, syok sudah pasti. Dia sudah pernah, bahkan sering bicara padanya untuk menghilang darinya. Tapi arwah ini bilang, kalau dia hanya bisa menunjukkan...